Jika kebanyakan orang ditanya soal apakah rokok berbahaya bagi ibu hamil, maka semua pasti kompak menjawab “ya”. Namun apa saja sebenarnya bahaya merokok atau asap rokok bagi ibu hamil dan janinnya itu?
Rokok dan kehamilan tidak bisa dan tidak akan pernah dapat berjalan beriringan. Merokok saat hamil membuat ibu maupun janin berada dalam bahaya. Penyebabnya karena rokok mengandung zat kimia berbahaya, setidaknya seperti nikotin, karbonmonoksida, dan tar. Oleh karenanya, merokok saat hamil dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan yang mana beberapa di antaranya sangat fatal untuk nyawa ibu dan juga bayinya.
Bahaya Merokok Ketika Hamil
Ketika seorang wanita ingin punya anak dan jika sebelumnya memiliki kebiasaan merokok, maka menghentikan kebiasaan buruk tersebut haruslah menjadi prioritas utama. Alasannya karena salah satu bahaya merokok adalah sulitnya untuk hamil.
Menurut American Society for Reproductive Medicine, perokok baik pria maupun wanita biasanya mengalami masalah kesuburan 2 kali lebih besar dibanding yang tidak merokok. Dan kalau ibu perokok sampai berhasil hamil sekalipun, maka rokok dapat memengaruhi kesehatan janin sejak trisemester pertama.
Baca: 16 Penyakit Paling Berbahaya Akibat Merokok
Lebih dari yang disebutkan barusan, berikut ini adalah beberapa bahaya merokok lainnya ketika hamil:
Keguguran dan Lahir Mati
Keguguran merupakan musibah tragis yang biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan. Namun pada kasus yang tergolong jarang, hal ini dapat terjadi di usia kehamilan 20 minggu atau lebih yang lebih lanjut disebut bayi lahir mati (stillbirth).
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), rokok bisa meningkatkan kedua komplikasi kehamilan tadi. Bahaya dari zat kimia dalam rokoklah yang seringkali menjadi penyebab keguguran ataupun stillbirth.
Komplikasi lain dari merokok selama hamil juga dapat memicu masalah plasenta atau lambatnya perkembangan janin. Kedua hal ini juga bisa menimbulkan keguguran atau bayi lahir mati.
Hamil di Luar Kandungan
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal PloS One, nikotin dapat menyebabkan kontraksi di saluran tuba falopi. Kontraksi inilah yang mencegah embrio melewati saluran tuba untuk menuju rahim.
Sebagai hasilnya, terjadilah yang namanya kehamilan ektopik (di luar kandungan). Kondisi ini terjadi kalau sel telur yang sudah dibuahi menempel di luar rahim, apakah itu di saluran tuba falopi atau rongga perut. Pada situasi seperti ini, biasanya embrio harus diangkat agar keselamatan ibunya tidak terancam.
Abrupsi Plasenta
Saat kehamilan, plasenta boleh dibilang merupakan garis kehidupan bagi janin karena melaluinyalah, janin dapat memperoleh asupan nutrisi dan oksigen. Dan rokok merupakan faktor utama munculnya berbagai komplikasi plasenta.
Salah satu masalah yang dimaksud adalah abrupsio plasenta. Kondisi ini terjadi kalau plasenta terlepas dari rahim sebelum persalinan sehingga menyebabkan pendarahan parah yang dapat mengancam nyawa ibu dan janinnya. Sayangnya, tidak ada operasi atau metode pengobatan lain yang dapat menyambungkan plasenta kembali ke rahim.
Plasenta Previa
Bahasa medis juga menyebutnya dengan istilah plasenta letak rendah. Pada kehamilan normal, plasenta biasanya tumbuh di rahim bagian atas. Namun, pada plasenta previa plasenta tumbuh di rahim bagian bawah dekat leher rahim (seviks). Arah pertumbuhan seperti ini bisa menutupi jalan lahir sehingga menghambat persalinan.
Jika persalinan sudah dekat, maka hubungan antara plasenta dan rahim seringkali robek sehingga menyebabkan pendarahan berlebih dan mencegah janin mendapatkan nutrisi serta oksigen yang cukup.
Bayi lahir prematur
Bahaya merokok bagi ibu hamil lainnya menurut CDC adalah memperbesar risiko bayi lahir prematur. Jika ini terjadi, maka bukan tidak mungkin bila si kecil mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti:
- Kerusakan kemampuan melihat dan mendengar.
- Disabilitas mental.
- Masalah perilaku dan kemampuan belajar.
- Komplikasi yang berujung pada kematian.
Berat badan lahir rendah
Efek rokok lainnya pada janin yaitu menyebabkan berat badan lahir rendah. Ini tak berarti kalau bayinya hanya terlahir kecil saja, namun juga dapat memicu gangguan kesehatan dan disabilitas lainnya seperti:
- Tumbuh-kembang bayi terhambat.
- Cerebral palsy.
- Gangguan penglihatan atau pendengaran.
Pada kasus ekstrim, berat badan lahir rendah dapat menyebabkan kematian. Menurut American Cancer Society, bila ibu berhenti merokok sebelum hamil maka itu dapat menurunkan risiko berat badan lahir rendah ini. Bahkan ibu yang memutuskan berhenti merokok selama kehamilan juga beresiko lebih kecil melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dibanding yang terus merokok.
Bayi cacat lahir
Merokok selama kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi cacat lahir. Gangguan yang sering terjadi adalah penyakit jantung bawaan dan gangguan pada struktur jantung. Masalah kesehatan lain yang disebabkan merokok selagi hamil adalah bibir sumbing.
Sayangnya, kebanyakan perempuan tetap saja merokok meski sudah tahu berbagai bahaya asap rokok bagi kehamilan. Menurut data CDC, sekitar 10% ibu hamil dilaporkan tetap merokok sampai hamil tua. Padahal satu-satunya cara untuk menghindari komplikasi kehamilan adalah dengan berhenti merokok.
Bahaya bagi ibu hamil bila jadi perokok pasif
Bagaimana dengan ibu hamil yang tidak merokok namun di rumahnya banyak asap rokok?
Pada prinsipnya yang berbahaya adalah asap rokoknya. Jadi, selain berhenti merokok, ibu hamil juga harus berhenti menjadi perokok pasif. Yang dimaksud perokok pasif adalah mereka yang menghirup asap rokok orang lain.
Tentu saja hal ini bisa dibicarakan baik-baik dengan orang rumah yang merokok.
( ! ) Paparan asap rokok bagi ibu hamil perokok pasif juga bisa memberikan dampak berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayinya.
Diperkirakan terdapat sekitar 4000 zat kimia yang dihirup oleh perokok pasif, kebanyakan dari itu menyebabkan kanker. Maka dari itu, tak heran kalau Environmental Protection Agency telah memasukkan perokok pasif dalam grup A karsinogen (berisiko terkena kanker). Ini menunjukkan kalau, perokok pasif juga sama berbahayanya dengan perokok aktif.
Beberapa komplikasi kehamilan yang bisa muncul bila ibu hamil menjadi perokok pasif adalah:
- Keguguran.
- Berat badan lahir rendah.
- Bayi lahir prematur.
- Masalah belajar atau perilaku pada anak.
- SIDS atau sindrom kematian bayi mendadak yang biasanya terjadi saat si kecil tidur.
Untuk menghindari risiko berbahaya di atas, ada baiknya ibu hamil tidak merokok dan juga tidak menjadi perokok pasif.
Waspada juga dengan “third hand smoke” !
Selain itu, ibu hamil juga mesti hati-hati dengan fenomena “third hand smoke” yang melibatkan residu atau sisa-sisa yang ditinggalkan rokok, apakah itu di baju, perabot, karpet, interior mobil, dll. Walau si perokok mungkin tidak ada di tempat tersebut, namun residu rokok bisa melekat hingga berbulan-bulan bahkan tahunan lamanya.
Jadi kalau ibu hamil masuk ke ruangan, mobil, atau tempat yang ada aroma rokoknya, lebih baik segera pergi dari sana. Sebab toksin yang dihirup (atau disentuh) bisa masuk ke pembuluh darah, dan itu juga bisa dirasakan oleh si janin.
Sebuah studi yang dilakukan di Los Angeles Research Insitute mendapati, third hand smoke dapat menimbulkan penyakit paru-paru pada janin sehingga ia berisiko mengalami gangguan pernafasan di kemudian hari.
Kesimpulan
Kalau Anda dan pasangan ingin punya anak, sedang hamil, atau baru saja melahirkan anak, maka bebaskan lingkungan dari asap rokok. Hindari menghidrup asap rokok, baik sebagai perokok aktif, perokok pasif, ataupun third hand smoke.
Jika suami merokok, suruh ia melakukannya di luar rumah, dan jangan memasuki rumah dengan mengenakan pakaian yang sama. Selain itu, setelah terekspos dengan rokok, selalu cuci tangan sebelum menyentuh si kecil.
Begitu bayi lahir, jangan juga biarkan ia menjadi perokok pasif sebab risiko SIDS jadi meningkat karenanya. Dampak buruk lain bila bayi jadi perokok pasif ataupun third hand smoke adalah terganggunya sistem kekebalan tubuh sehingga mereka berisiko mengalami:
- Infeksi telinga.
- Demam.
- Gangguan pernafasan.
- Masalah gigi.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.