Pernahkah Anda mengalami migrain dan mata kering secara bersamaan? Kedua hal ini mungkin bukan hanya kebetulan. Faktanya ada hubungan antara keduanya.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa serangan migrain mungkin lebih lama dan lebih parah pada orang dengan sindrom mata kering dibandingkan dengan mereka yang tidak memilikinya.
Tampaknya ada beberapa kesamaan antara keduanya dalam hal mekanisme yang mendasari yang menyebabkan mereka terjadi. Untuk lebih jelasnya, mari disimak artikel berikut :
Mengapa Mata Kering terjadi?
Sindrom mata kering (penyakit mata kering) adalah kondisi kompleks yang melibatkan gangguan fungsi kelenjar air mata, serta kelainan permukaan mata. Kondisi ini biasnya disebabkan akibat berkurangnya kadar air dari permukaan mata, peningkatan kadar garam dalam air mata Anda, atau penurunan produksi air mata.
Namun, semakin banyak bukti bahwa kebanyakan orang yang memiliki gejala mata kering, tidak terkait dengan penyebab ini, sehingga membuktikan bahwa sindrom mata kering lebih rumit dari yang diperkirakan sebelumnya.
Sebagai contoh, kadang-kadang sindrom mata kering berkembang sebagai akibat dari kondisi medis yang mendasarinya, seperti sindrom Sjögren.
Secara kebetulan, orang dengan kondisi autoimun ini juga memiliki insiden migrain dan sakit kepala yang secara signifikan lebih sering terjadi daripada mereka yang tidak.
Migren dan Sindrom Mata Kering memiliki mekanisme yang sama
Tidak ada yang tahu secara pasti apa yang menyebabkan munculnya sindrom mata kering dan migrain secara bersamaan, tetapi ada sejumlah teori yang menjelaskan mekanisme keduanya, yaitu :
- Peradangan: Proses peradangan tampaknya dapat menyebabkan sindrom mata kering dan migrain.
- Sensitisasi sentral: Kondisi ini terjadi ketika sistem saraf pusat Anda menjadi terlalu reaktif terhadap rangsangan tertentu, seperti cahaya, kebisingan, sentuhan, atau suara, sehingga menyebabkan rasa sakit yang lebih hebat dan toleransi rasa sakit yang lebih rendah. Ini terkait dengan berbagai kondisi nyeri kronis, termasuk migrain, dan tampaknya juga terjadi pada sindrom mata kering yang muncul akibat sakit mata akibat angin, dingin, atau cahaya.
- Genetika: Peneliti telah menemukan komponen genetik yang berkaitan dengan kedua kondisi ini, yang berarti bahwa kondisi ini mungkin merupakan penyakit keturunan. Sindrom mata kering bahkan telah dikaitkan secara genetik dengan IBS, nyeri panggul kronis, dan fibromyalgia.
- Jalur saraf trigeminal: Saraf trigeminal adalah saraf yang terbesar dari 12 saraf kranial. Saraf ini berfungsi untuk memasok saraf ke mata dan terlibat dalam produksi air mata. Para ilmuwan percaya bahwa ketika sistem saraf trigeminal diaktifkan, ia dapat memicu migrain. Selain menyebabkan migraine, aktivasi saraf trigeminal juga dapat memicu munculnya gejala mata kering, terutama karena ada ujung saraf trigeminal di kornea.
Penderita Migren cenderung mengalami kondisi Mata Kering
Sindrom mata kering dan migrain, serta kondisi nyeri kronis lainnya yang disebutkan di atas, memiliki beberapa faktor predisposisi yang sama, seperti:
- Wanita: Sindrom mata kering dan kondisi nyeri kronis seperti migrain keduanya jauh lebih sering terjadi pada wanita.
- Komorbiditas bersama: Kedua kondisi cenderung terjadi bersamaan dengan gangguan tidur, kelelahan, kecemasan, depresi, dan kondisi nyeri kronis lainnya.
- Kualitas hidup yang menurun: Kedua kondisi ini dapat berdampak negatif pada kualitas hidup karena keduanya dapat mengurangi kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari seperti menonton TV, membaca, mengemudi, atau bekerja dengan komputer.
- Tidak adanya hubungan antara tanda dan gejala yang terjadi: Meskipun gejala hadir dalam kedua kondisi, biasanya keduanya tidak memiliki tanda-tanda klinis yang jelas yang dapat menunjukkan penyebab fisik secara langsung, seperti kerusakan saraf atau masalah struktural lainnya.
- Disfungsi somatosensorik: Ada bukti terjadinya disfungsi respon somatosensorik baik pada penderita sindrom mata kering maupun pada penderita migrain. Respons somatosensorik mengalami kelainan dalam cara otak Anda merasakan impuls saraf. Disfungsi yang terjadi meliputi : allodynia (merasakan rasa sakit dari sesuatu yang biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, seperti sentuhan), hyperalgesia (merasakan sensasi rasa sakit yang berlebihan dari sesuatu yang secara normal tidak terlalu menyebabkan rasa sakit), dan hypoesthesia (mengalami sensasi yang kurang peka terhadap rangsangan secara normal).
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.