Minum susu merupakan salah satu cara untuk memenuhi nutrisi harian dalam tubuh, terutama untuk kalsium dan protein. Ada banyak jenis dan merek susu yang bisa Anda pilih, namun sudah pernah dengar soal susu A2?
Kalau diperhatikan, keberadaan susu sapi A2 kini sudah banyak beredar di supermarket bahkan lalu-lalang di iklan televisi maupun media lainnya. Jenis susu ini disebut-sebut memiliki nutrisi yang lebih banyak dan lebih sehat daripada susu biasa. Apa benar susu sapi A2 sehebat itu?
Apa bedanya susu sapi A2 dengan susu biasa?
Hadirnya susu sapi A2 menarik perhatian masyarakat dan para ahli, terutama yang bergerak di bidang kesehatan. Sebab katanya, jenis susu ini digadang-gadang lebih sehat dan lebih aman dikonsumsi oleh orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mencerna susu. Lantas, apa saja perbedaanya?
Label A2 dan A1 pada susu sebetulnya menandakan jenis sapi yang diperah. Perbedaannya juga terletak pada tipe protein beta-kasien yang terkandung dalam masing-masing jenis susu.
Kasien adalah golongan protein dalam susu yang komposisinya mencapai 80% dari total protein susu. Ada banyak jenis kasein pada susu, tapi 30% di antaranya berupa beta-kasein.
Nah, susu sapi A1 berarti mengandung A1 protein beta-kasein, sedangkan susu A2 artinya mengandung A2 protein beta-kasein. Untuk lebih jelasnya, simak perbedaannya berikut:
1. A1 protein beta-kasein
Susu yang diambil dari keturunan sapi asal Eropa Utara umumnya mengandung tinggi protein A1. Jenis sapi dalam golongan ini termasuk Holstein, Friesian, Ayrshire, dan British Shorthorn.
Susu A1 memiliki asam amino histidin. Ketika Anda minum susu ini, protein A1 akan dicerna dalam usus halus dan kemudian memproduksi peptida bernama beta-casomorphin-7 (BCM-7). Nah, BCM-7 inilah yang berpotensi memicu gejala mirip intoleransi laktosa, seperti perut bergas, kembung, dan diare setelah minum susu.
Baca Juga: 5 Tanda dan Gejala Intoleransi Laktosa
2. A2 protein beta-kasein
Susu yang tinggi protein A2 banyak ditemukan pada sapi yang berasal dari Kepulauan Channel dan Prancis Selatan. Contohnya sapi Guernsey, Jersey, Charolais, dan Limousin.
Kebanyakan susu yang ada di pasaran mengandung protein A1 dan A2. Namun, jenis susu A2 hanya mengandung protein beta-kasein A2 saja. Sebagian besar sapi perah di Asia dan Afrika cenderung menghasilkan susu yang hanya mengandung protein A2.
Dibandingkan protein A1, struktur protein A2 lebih mirip dengan susu manusia alias ASI. Keunggulan lainnya, susu A2 memiliki asam amino prolin dan tidak memiliki asam amino histidin, sehingga tidak akan menghasilkan BCM-7. Karena itulah, susu A2 cenderung lebih mudah dicerna dan lebih ramah bagi pencernaan.
Menurut sebuah studi yang melibatkan beberapa orang asal Tiongkok juga menemukan bahwa partisipan yang minum susu sapi A2 lebih jarang mengalami perut kembung daripada saat minum susu sapi biasa. Senyawa asama amino prolin juga diketahui dapat membantu menjaga kesehatan otot dan sendi, mengurangi peradangan, hingga mencegah perdarahan.
Baca Juga: Seberapa Ampuh Manfaat Susu Beruang untuk Cegah Dampak Polusi?
Lalu, jenis susu mana yang lebih sehat bagi tubuh?
Pada dasarnya, susu sapi A1 maupun A2 mengandung nutrisi yang sama, baik dalam hal kalori, lemak, total protein, hingga laktosanya. Rasanya pun sama, sehingga Anda bisa memilih mana pun yang disukai selama itu aman bagi kesehatan Anda.
Kunci terpentingnya adalah pahami kondisi tubuh Anda sendiri. Berhentilah minum susu jika Anda mengalami diare, perut kembung, atau gangguan pencernaan lainnya. Bisa jadi itu pertanda Anda mengalami intoleransi laktosa atau alergi susu.
Baca Selengkapnya: Baru Mengalami Alergi Susu Saat Dewasa, Kok Bisa?
Ada banyak alternatif susu yang mungkin lebih aman bagi Anda yang tidak cocok dengan laktosa pada susu sapi. Contohnya susu kedelai, susu almond, santan, dan sebagainya. Setiap jenis susu tersebut berbeda-beda dalam hal rasa dan kandungan nutrisinya, jadi pilihlah sesuai kebutuhan dan selera masing-masing.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba susu A2?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.