Terapi inhaler atau obat hirup telah digunakan sebagai pengobatan utama pada penyakit pernapasan kronis seperti asma.
Obat Agonis beta-2, bronkodilator antikolinergik, kortikosteroid inhalasi, dan natrium kromoglikat merupakan obat-obatan yang sering digunakan sendiri atau dalam kombinasi dalam bentuk inhalasi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa obat yang dihirup atau obat inhaler yang digunakan dalam pengobatan asma memiliki beberapa efek buruk pada kesehatan mulut berdasarkan dosis, frekuensi, dan durasi penggunaan.
Beberapa kondisi mulut seperti xerostomia, karies gigi, kandidiasis, ulserasi, radang gusi, periodontitis, dan perubahan indra pengecap telah dikaitkan dengan terapi inhaler pada asma.
Karena prevalensi penyakit pernapasan kronis meningkat, penting untuk memberikan perawatan mulut yang optimal kepada individu yang menerima terapi inhaler.
Artikel di bawah ini akan mengulas pengaruh obat-obatan inhaler pada kesehatan mulut individu dan manajemen yang memadai serta pencegahan yang sama.
Pengertian tentang Inhaler Asma
Terapi inhaler merupakan pengobatan yang biasa digunakan pada penyakit pernapasan yang bermanifestasi dengan obstruksi jalan nafas seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Asma merupakan masalah kesehatan global yang serius yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan seringkali orang yang mengalami asma harus menjalani terapi inhaler seumur hidup.
Prevalensi asma juga meningkat di banyak negara di dunia. Dosis tinggi dan durasi lama terapi inhaler telah terkait erat dengan beberapa efek buruk pada jaringan mulut.
Efek samping obat Inhaler Asma pada gigi dan mulut
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, obat yang dihirup juga dapat mengubah persepsi rasa karena interaksi metabolit obat dan air liur. Berikut beberapa efek samping penggunaan obat inhaler untuk kesehatan gigi dan mulut
Xerostomia
Mulut kering atau xerostomia didefinisikan sebagai pengurangan keseluruhan keluaran air liur. Mulut kering merupakan efek samping yang diamati dengan penggunaan agonis beta-2, inhaler antikolinergik, dan kortikosteroid inhalasi.
Orang asma yang menggunakan obat inhaler jangka panjang umumnya mengeluh kesulitan berbicara atau menelan, indra pengecap yang berubah, nyeri mulut, dan sensasi terbakar.
Karies gigi
Efek samping yang paling mudah terjadi dari penggunaan inhaler asma yaitu terbentuknya karies gigi yang bisa berakhir jadi lubang gigi yang semakin besar dan dalam.
Ketika enamel semakin terkikis, maka gigi lebih rentan jadi berlubang. Awalnya lubang akan terbentuk dengan ukuran kecil, dan lama-lama akan semakin membesar.
Lubang tersebut pun semakin dalam hingga menyentuh serabut saraf kecil di dalam gigi. Di sinilah seseorang biasanya baru menyadari kalau mengalami gigi berlubang.
Perubahan mukosa oral
Dengan penggunaan kortikosteroid inhaler, kandidiasis orofaringeal terjadi sebagai efek samping yang potensial.
Perubahan mukosa mulut paling umum dilihat sebagai lesi pseudomembran (sariawan), secara klinis muncul sebagai plak putih yang meninggalkan permukaan berwarna kemerahan.
Tempat umum terjadinya sariawan adalah mukosa bukal, orofaring, dan aspek lateral lidah. Orang asma yang menggunakan inhaler mungkin mengeluh nyeri tekan, rasa terbakar, dan disfagia setelah sariawannya mengganggu.
Penggunaan kortikosteroid inhaler juga dapat menyebabkan iritasi tenggorokan, disfonia, batuk, dan kekeringan pada rongga mulut.
Ulserasi
Ulserasi mukosa mulut terlihat terutama karena xerostomia dan supresi kekebalan imun tubuh yang disebabkan oleh obat inhaler asma. Sebelum munculnya ulkus, area yang terlibat menghasilkan sensasi terbakar atau kesemutan.
Gingivitis dan periodontitis
Peningkatan kadar gingivitis (infeksi gusi) diamati dengan penggunaan kortikosteroid inhaler jangka panjang. Kebiasaan bernafas lewat mulut pada pasien asma semakin meningkatkan terjadinya gingivitis karena dehidrasi mukosa alveolar.
Prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi telah dilaporkan kemungkinan disebabkan oleh aktivasi patologis sistem kekebalan tubuh, dan obat yang dihirup.
Air liur memainkan peran penting dalam membatasi penyakit periodontal, sehingga setiap obat yang mempengaruhi sekresi air liur sangat mempengaruhi keparahan penyakit periodontal.
Lainnya
Bau mulut dan gangguan indra perasa juga dapat muncul akibat penggunaan obat inhaler asma jangka panjang.
Cara meminimalkan efek samping Inhaler Asma
Berikut beberapa cara khusus yang harus diberikan kepada individu pada penggunaan terapi inhaler asma:
- Anjurkan penggunaan pemeriksaan gigi rutin setidaknya setiap 6 bulan sekali.
- Budayakan praktik kebersihan mulut rutin yang mencakup menyikat gigi dengan benar setelah setiap makan dan menggunakan benang gigi setidaknya sekali sehari.
- Berkumur secara teratur dengan pH netral atau larutan kumur segera setelah menggunakan inhaler terutama sebelum tidur. Penggunaan larutan kumur dapat menetralkan pH asam dari penggunaan inhaler.
- Menyikat gigi segera setelah menggunakan inhaler harus dihindari karena dapat merusak enamel yang sudah melemah karena pH asam.
- Gunakan obat kumur antimikroba seperti kumur klorheksidin.
- Lakukan modifikasi diet yang meliputi pembatasan makanan atau minuman yang manis di antara waktu makan, hindari mengkonsumsi makanan olahan, dan konsumsi makanan yang kaya akan pati dan serat. Makanan seperti buah-buahan, sayuran, keju, kacang tanah memiliki potensi kariogenik yang rendah. Pengganti gula seperti aspartam, sakarin, xylitol, dan sorbitol juga dapat digunakan sebagai pemanis.
- Konsumsi suplemen nutrisi dan konsumsi lebih banyak asupan cairan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.