Pada artikel ini, Anda bisa mendapatkan informasi atau update virus Corona (Covid-19) baik di Indonesia maupun di seluruh dunia yang disiapkan oleh tim Honestdocs khusus untuk Anda. Sumber informasi yang tertulis di sini juga didasarkan dari data para ahli kesehatan dan situs kesehatan terpercaya.
Ingat! Selalu gunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam mencegah paparan virus Covid-19
Perkembangan berbagai hasil penelitian mulai dari metode perawatan, pengenalan gejala, hingga cara pencegahan dan pengobatan terkait Covid-19 dari para ahli kesehatan tersebut akan kami berikan guna memperbaharui informasi yang Anda miliki serta terangkum dalam informasi yang ringkas dan akurat. Perlu diketahui bahwa informasi dapat terus berubah seiring dilakukannya berbagai penelitian terkait virus Corona Covid-19 hingga saat ini.
Baca juga: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganan Virus Corona (Covid 19)
Varian Baru Covid-19 Omicron (B.1.1.529) yang Perlu Diwaspadai
Kasus Covid-19 di beberapa negara kembali meningkat setelah ditemukannya varian baru Covid-19, Omicron. Sejak pertama kali muncul di Afrika Selatan akhir tahun 2021, penyebarannya makin meluas. Omicron B.1.1.529 sendiri diklasifikasikan ke dalam Variant of Concern (VOC) oleh WHO.
- Varian baru Covid-19 Omicron B.1.1.529 dilaporkan pertama kali di Afrika Selatan pada 24 November 2021 dan terus ditindaklanjuti oleh WHO
- Varian baru Covid B.1.1.529 telah menyebar ke banyak negara, termasuk Indonesia, dan menyebabkan kasus harian Covid-19 terus meningkat
- Gejala covid varian baru Omicron diperkirakan cukup ringan dibandingkan varian Delta, seperti flu, demam, dan sakit tenggorokan selama 1-2 hari
- Seluruh data perkembangan terkait varian baru covid B.1.1.529 Omicron masih dapat berubah karena masih dalam tahap penelitian
Baca juga: Omicron (B.1.1529): Varian Baru Covid-19 yang Perlu Diwaspadai
Akankah Molnupiravir Efektif sebagai Obat Covid-19?
Kabar baik mulai banyak terdengar. Mulai dari penurunan jumlah kasus harian Covid-19, peningkatan jumlah orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, hingga yang terbaru mengenai proses uji klinis terhadap obat antivirus Molnupiravir yang diperkirakan ampuh mengatasi virus Covid-19.
- Obat Molnupiravir adalah obat antivirus yang diharapkan mampu mengobati Covid-19. Hasil uji sementara menunjukkan bahwa penggunaannya bisa menurunkan risiko rawat inap ataupun kematian
- Selama ini obat Molnupiravir yang dikonsumsi dalam bentuk tablet oral melalui mulut diketahui merupakan obat flu dengan efek samping ringan dan dapat ditoleransi tubuh dengan baik
- Fungsi obat Molnupiravir bekerja dengan cara menghambat perkembangbiakan virus Covid-19 dengan mengganggu proses replikasi virus sehingga mencegah penyebaran dalam tubuh
- Obat Molnupiravir masih dalam uji klinis tahap 3 dan terus diteliti lebih lanjut. Merck dan Ridgeback Biotherapeutics telah mengajukan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) ke FDA Amerika Serikat dan sedang menunggu persetujuan
Tips Sehat Pasca Sembuh dari Covid-19
Tes Covid-19 yang telah menunjukkan hasil negatif memang perlu dimaknai sebagai suatu cara bersyukur dan upaya menjaga kesehatan diri sendiri lebih baik lagi. Berikut ini sejumlah tips sehat yang bisa diikuti pasca sembuh dari Covid-19.
- Meski sudah terbebas dari virus Corona (Covid-19), Anda tetap perlu menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
- Menjaga pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan sehat dan suplemen vitamin yang diperlukan tubuh serta minum air putih
- Berolahraga atau melakukan latihan fisik secara rutin untuk mengembalikan kebugaran tubuh serta menjaga tubuh tetap fit
- Perhatikan kesehatan mental dan hindari stress sebaik mungkin. Lakukan hal yang menyenangkan dan cukupi kebutuhan istirahat
- Cek pemeriksaan kesehatan lanjutan secara rutin dengan melakukan medical check up untuk mencegah efek risiko jangka panjang
Baca selengkapnya: Sembuh dari COVID-19, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Isolasi mandiri yang Aman di Rumah Saat Terinfeksi Covid-19
Setelah menlakukan tes Covid-19 dan dinyatakan positif, Anda tak perlu panik yang berlebihan. Konsultasikan dengan dokter atau fasilitas kesehatan yang terpercaya untuk mengetahui langkah yang harus dilakukan. Jika memiliki gejala ringan, Anda dapat menjalani isolasi mandiri di rumah. Tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama masa isoman tersebut. Apa saja?
Berikut ini beberapa tips yang bisa membantu ketika menjalani isolasi mandiri Covid-19 di rumah:
- Lakukan isolasi mandiri di rumah selama 10-14 hari secara disiplin dan mandiri agar aman bagi seluruh anggota keluarga lain. Tetap lakukan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
- Hindari kontak langsung dengan anggota keluarga dan lakukan isoman di ruang terpisah, termasuk kamar mandi. Gunakan peralatan yang berbeda, baik alat makan dan alat mandi
- Jaga kondisi kesehatan fisik dan mental dengan melakukan yang menyenangkan, baik baca buku, nonton film, main games, atau olahraga ringan
- Pantau kondisi kesehatan selama masa isolasi mandiri dan catat gejala serta perkembangan kondisi kesehatan. Konsultasikan dengan dokter yang merawat
- Siapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan saat isoman, baik pulse oximeter, termometer, tensimeter, masker, disinfektan, serta suplemen vitamin pendukung
Baca selengkapnya: Lawan COVID-19, Ini Tips Isolasi Mandiri yang Aman buat Kamu
Akankah Pandemi Virus Corona (Covid-19) Berakhir Awal Tahun 2022?
- Beberapa waktu belakangan ini ada sejumlah berita baik terkait pandemi Covid 19 di seluruh dunia, mulai dari program vaksinasi yang sudah mulai berjalan hingga perkiraan kapan pandemi virus Corona akan berakhir
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Direktur Regional Eropa, Hans Kluge, optimis bahwa pandemi Corona Covid 19 mungkin akan segera berakhir di awal tahun 2022 mendatang
- Kondisi itu diungkapkan atas keyakinan sudah cukup banyak informasi mengenai virus Covid 19 yang tersedia sehingga rencana penanganan bisa dilakukan lebih baik termasuk program vaksinasi yang sudah mulai berlangsung
- Dikatakan bahwa virus akan terus ada dan mutasi merupakan sesuatu yang normal sehingga diharapkan sudah tidak ada lagi pembatasan, tetapi perhatian akan lebih dibutuhkan untuk mengatasi penyebaran virus itu sendiri
- Program vaksinasi dan keefektifan vaksin Covid 19 juga terus dipantau dalam melawan virus Corona terutama pada negara-negara dengan kemampuan sistem kesehatan yang kurang baik
Proses Vaksinasi Corona (Covid-19) Sudah Mulai Dilangsungkan secara Bertahap
- Pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah dimulai sejak awal Januari 2021 dan pemerintah telah menyediakan vaksin Covid-19 secara gratis demi menghentikan penularan virus Covid 19
- Vaksin Covid 19 berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh atau antibodi terhadap virus Covid 19 sehingga dapat membantu melindungi tubuh dari risiko yang lebih parah dan terbentuk herd immunity di masyarakat
- Salah satu merk vaksin yang sudah mendapatkan persetujuan dari WHO dan akan digunakan di Indonesia adalah vaksin Sinovac buatan China. Rencananya program vaksinasi Covid 19 ini akan dilakukan secara bertahap hingga ke seluruh Indonesia
- Setiap masyarakat Indonesia berhak mendapatkan vaksin Covid 19, hanya saja ada beberapa kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan seseorang divaksin sehingga harus dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu
- Sembari menunggu giliran vaksin Covid 19, masyarakat tetap diminta untuk menerapkan protokol kesehatan Covid 19 di manapun berada, termasuk mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak
- Proses vaksin Covid 19 juga akan dibagi menjadi 2 tahapan yang diberi jeda selama 14 hari antara suntikan pertama dan kedua. Antibodi juga baru akan terbentuk secara maksimal sekitar 3 bulan sejak vaksin dilakukan
Baca selengkapnya: Kupas Tuntas Vaksin COVID-19: Efikasi, Syarat, dan Efek Samping
Dunia Masih Menunggu Tersedianya Vaksin Corona (Covid-19)
- Pandemi Covid-19 diperkirakan mulai mereda setelah tersedianya vaksin Covid-19 sebagai sebuah harapan besar dalam melawan infeksi virus Corona di seluruh dunia
- Ada beberapa jenis vaksin Corona Covid-19 yang sedang dikembangkan, di antaranya Moderna, Pfizer-BioNTech, Oxfod Uni-AstraZeneca, Sinovac, Sputnik V serta vaksin Merah-Putih dari Indonesia
- Pemberian vaksin Corona akan diutamakan kepada mereka yang memiliki risiko tinggi terpapar virus Corona yaitu tenaga kesehatan serta masyarakat usia produktif (19-59 tahun)
- Pemberian vaksin kepada orang lanjut usia (lansia) mungkin dapat menjadi kurang efektif karena umumnya sistem imun tubuh sudah tidak mampu merespons dengan baik
Kasus Demam Berdarah Meningkat Saat Pandemi Covid-19
- Sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia sedang menghadapi tantangan lain saat pandemi Covid-19 masih berlangsung, yaitu meningkatnya kasus demam berdarah
- Sejak awal tahun 2020 jumlah kasus DBD di Indonesia sudah hampir mencapai 70.000 kasus, begitu pula dengan kisaran jumlah kasus Covid-19 di tanah air yang masih meningkat
- Peningkatan kasus DBD sendiri umumnya terjadi saat memasuki musim hujan, mulai pertengahan tahun antara Juli hingga November sehingga pencegahan demam berdarah harus segera dilakukan
- Demam berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti bisa menimbulkan gejala demam, nyeri otot dan persendian, sakit kepala parah dan bahkan kematian
- Aktivitas yang lebih banyak dilakukan di rumah selama pandemi Covid-19 membuat risiko terinfeksi DBD meningkat terutama di lingkungan rumah yang kotor dan tidak terawat
Penyebaran Virus Corona Mungkin Bisa Lewat Udara
- Penyebaran virus Corona lewat udara sebelumnya telah dibantah WHO. Dikatakan bahwa virus Corona hanya menyebar melalui droplet penderita Covid-19 saat batuk, bersin, ataupun berbicara
- Tetapi penelitian terbaru dari sekitar 200 peneliti menemukan bukti bahwa penularan virus Corona dalam bentuk partikel sangat kecil kemungkinan besar bisa terjadi lewat udara pada ruangan tertutup
- Untuk mengurangi dampak risiko yang mungkin timbul, pencegahan penyebaran virus Corona harus lebih ketat terutama di ruangan tertutup dengan banyak orang dan berventilasi buruk
- Cara pencegahan mungkin akan diubah, tetapi aturan wajib penggunaan masker, rajin cuci tangan, dan menjaga jarak tetap harus diutamakan terutama di bar, restoran, kantor dan transportasi umum
Obat Dexamethasone Disebut Ampuh Obati Pasien Covid-19 dan Tingkatkan Angka Kesembuhan
Dari sekian banyak penelitian selama pandemi Covid-19 berlangsung, ada sejumlah obat yang dianggap mampu mengobati pasien Covid-19. Berdasarkan penelitian terbaru di Inggris, obat Dexamethasone, yang tergolong murah disebut mampu mengobati dan meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19.
- Obat Dexamethasone (Deksametason) adalah obat anti-inflamasi yang tersedia dengan harga cukup murah disebut mampu meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan risiko kematian pada sejumlah besar pasien Covid-19
- Obat Dexamethasone yang termasuk dalam golongan kortikosteroid umumnya digunakan untuk mengurangi peradangan atau inflamasi, mengatasi infeksi, pilek atau gangguan pernapasan lainnya, serta membantu mengurangi dampak kerusakan akibat gangguan sistem imun tubuh
- Dalam penelitian selama 10 hari, penggunaan obat Dexamethasone pada pasien Covid-19 dengan kondisi yang cukup berat dan penggunaan ventilator ataupun bantuan tabung oksigen menunjukkan hasil kesembuhan yang lebih baik
- Hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan Inggris ini juga direspon baik oleh WHO. Apalagi harga obat Dexamethasone yang cukup terjangkau diharapkan dapat membantu pasien Covid-19 yang membutuhkan di seluruh dunia
- Tetapi penggunaan obat Dexamethasone tidak bisa dibeli secara sembarangan dan harus dengan resep dokter karena penyalahgunaan dosis dan indikasi obat justru dapat membahayakan kesehatan. Apalagi obat ini tidak akan ampuh digunakan pada pasien Corona ringan yang tidak membutuhkan bantuan pernapasan
Mengetahui Cara Kerja Tes Antibodi dalam Kasus Covid-19
Tes antibodi yang dilakukan melalui pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengembangkan penelitian terkait kemampuan antibodi dalam melawan virus Covid-19. Tes ini bisa diuji pada mereka yang mungkin terinfeksi Covid-19, pernah terinfeksi, atau sedang menjalani perawatan akibat virus Covid-19.
- Hasil tes antibodi tersebut diharapkan bisa menjadi kunci untuk mengembangkan antibodi dalam melawan virus Covid-19 serta mengetahui tingkat infeksi sekaligus gejala yang menyertai dan mengetahui jumlah populasi yang sekiranya telah memiliki antibodi jika diterapkannya herd immunity
- Antibodi sendiri adalah cara tubuh dalam merespon suatu infeksi yang masuk ke dalam tubuh sehingga dapat melakukan perlawanan jika itu patogen (jenis virus/bakteri/kuman) yang sama. Antibodi juga bermanfaat untuk menurunkan risiko terjadinya pengulangan infeksi
- Antibodi adalah protein berbentuk Y yang diproduksi oleh sel darah putih untuk membantu melawan dan menghentikan virus yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi dalam darah terdiri dari imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) yang bertugas melawan semua jenis infeksi termasuk virus Covid-19
- Tes antibodi dilakukan dengan meneliti bagian spesifik bahan genetik virus pada lapisan virus paling rentan (ada antibodi yang menempel), lalu penelitian dilanjutkan ke kode genetik virus (RNA) dan diuji coba pada sel lain seolah-olah sama dengan tujuan mengelabui sel virus tersebut
- Jika sampel darah dan bagian darah yang mengandung antibodi dijadikan sebagai serum. Sementara itu, struktur virus akan dikenal sebagai antigen atau zat asing oleh sistem imun tubuh
WHO Tidak Merekomendasikan Herd Immunity Meski Itu Bisa Diterapkan
Herd immunity atau kekebalan kawanan mungkin bisa diterapkan di beberapa negara di mana sebagian besar populasi akan dibiarkan terinfeksi hingga terbentuk antibodi dalam melawan virus itu sendiri. Tetapi hal tersebut tidak direkomendasikan oleh WHO.
- Selain menunggu tersedianya vaksin atau obat virus Corona (Covid-19), beberapa negara ada yang menerapkan lockdown untuk melindungi warganya, tetapi strategi herd immunity yang sempat dihentikan kembali muncul ke pemberitaan sebagai strategi perlawanan terhadap virus Covid-19
- Menurut peneliti, herd immunity bisa diterapkan di India atau negara lain dengan penduduk padat seperti yang juga dilakukan di Swedia dan Inggris tetapi kemungkinan keberhasilannya masih diperdebatkan karena dinilai terlalu berisiko
- Herd immunity adalah suatu strategi kontroversial dalam perlawanan terhadap virus baru seperti Covid-19 di mana sebagian besar populasi akan dibiarkan terinfeksi hingga terbentuknya resistensi/antibodi terhadap virus itu sendiri
- WHO sendiri menyatakan belum mengetahui detail tentang virus Covid-19 beserta kemampuannya dalam penerapan strategi herd immunity tersebut apalagi herd immunity dinilai terlalu berbahaya dengan risiko kematian yang tinggi
- Ada kekhawatiran pula bahwa penerapan herd immunity justru memperburuk situasi dibandingkan dengan melakukan antisipasi awal. Karena rentan dialami oleh mereka yang memiliki sistem imun lemah, entah diperburuk akibat polusi udara atau penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes
Vitamin D Penting Untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh
Seperti diketahui, vitamin D memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan tulang. Tetapi ternyata vitamin D juga bermanfaat dalam menjaga daya tahan tubuh untuk melawan virus, termasuk virus Corona (Covid-19). Vitamin D bisa didapatkan dari makanan, sinar matahari, dan suplemen.
- Daya tahan tubuh yang kuat menjadi salah satu kunci untuk melawan virus Corona (Covid-19). Meskipun terpapar virus, tetapi dengan sistem kekebalan tubuh yang kuat itu dapat mengurangi risiko jatuh sakit
- Selama ini vitamin yang dianggap mampu meningkatkan kekebalan tubuh adalah vitamin C, tetapi ternyata vitamin D juga dapat mendukung daya tahan tubuh serta mengurangi peradangan dan infeksi saluran pernapasan
- Salah satu fungsi vitamin D adalah mengaktifkan sel T atau sel pembunuh yang berguna untuk mendeteksi dan menghancurkan virus atau patogen asing yang masuk ke dalam tubuh. Itulah mengapa vitamin D sangat penting untuk menjaga imun tubuh
- Vitamin D bisa didapatkan dari makanan (kuning telur, hati sapi, ikan berlemak) tetapi jumlahnya tergolong kecil. Vitamin D juga bisa didapatkan dari paparan sinar matahari serta suplemen vitamin D
Baca selengkapnya: Jaga Sistem Imun dengan Konsumsi Vitamin dan Mineral
Uji Coba Plasma Darah pada Pasien Virus Corona (Covid-19)
Penelitian terkait obat dan vaksin virus Corona (Covid-19) masih terus dilakukan. Tetapi bersamaan dengan itu, uji coba plasma darah dari penderita Covid-19 yang telah sembuh juga sedang diupayakan di AS. Hal ini nantinya diharapkan dapat membantu pasien Covid-19 melawan infeksi virus secara lebih efektif.
- Penggunaan plasma darah didasarkan pada konsep kekebalan tubuh pasif, di mana seseorang yang telah pulih dari infeksi Covid-19 dianggap memiliki respon sistem imun yang kuat dalam melawan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19
- Untuk memastikan keamanan transfusi plasma dari penderita Covid-19 yang telah pulih atau sembuh maka akan dilakukan sebuah tes antibodi. Jika hasil tes negatif terhadap infeksi virus, maka plasma darahnya akan diinfuskan ke pasien Covid-19
- Setiap pasien Covid-19 mungkin akan menerima sekitar 200-250 sentimeter kubik dalam 1 unit plasma darah. Tetapi karena jumlah antibodi pada pendonor bervariasi, maka masih diteliti cara penentuan dosis yang tepat demi hasil yang konsisten
- Penggunaan plasma darah sudah pernah digunakan untuk mengobati penyakit menular akibat infeksi bakteri seperti influenza H1N1, SARS, ataupun MERS. Meskipun begitu hasilnya tidak selalu berhasil
Baca selengkapnya: Donor Pasma Darah Pasien Sembuh, Harapan Baru Pengobatan Virus Corona
Warna Virus Corona (Covid-19) Cenderung Tidak Terlihat Jelas oleh Mata
Jika selama ini beragam ilustrasi hasil penelitian terkait virus Corona (Covid-19) menunjukkan warna merah dengan bentuk bulat berduri, ternyata virus tersebut cenderung tidak terlihat jelas oleh mata dan muncul berdasarkan efek cahaya.
- Dari hasil penelitian, virus Corona (Covid-19) cenderung tidak memiliki warna sama sekali, bahkan tidak dapat terlihat jelas oleh mata secara keseluruhan
- Warna merah yang muncul pada virus Covid-19 didasari oleh objek yang menyerap dan memantulkan warna cahaya tertentu, sama seperti tanaman hijau terbentuk akibat daun yang mengandung klorofil akan menyerap cahaya merah dan berwarna biru, tetapi justru gagal menyerap cahaya hijau
- VIrus Corona (Covid-19) berukuran sangat kecil sekitar 50 nanometer (sekitar 1/1000 diameter helai rambut), padahal cahaya baru bisa terlihat ketika berada di ukuran 400-700 nanometer
- Virus Corona sendiri berbentuk bulat kasar dengan sulur menonjol seperti duri dan mahkota seperti namanya ‘Corona’ yang dalam bahasa Latin disebut mahkota. Untuk melihatnya dapat menggunakan radiasi ultraviolet atau mikroskop elektron
China Setujui Uji Coba Vaksin Virus Corona pada Manusia
Penelitian vaksin Covid-19 yang dilakukan di China sudah akan memasuki tahap uji coba pada manusia. Keputusan ini diambil untuk mempercepat penemuan dan penggunaan vaksin demi menurunkan jumlah korban akibat virus Corona (Covid-19).
- China telah setuju untuk melakukan tes pada manusia sebagai langkah awal uji coba vaksin Coronavirus. Di saat bersamaan, China juga sedang menangani kasus impor Covid-19 dan mencegah terjadinya gelombang kedua
- Selain China, Amerika Serikat juga menjadi negara yang sedang melakukan uji coba vaksin virus Corona pada manusia. Tetapi vaksin ini diperkirakan baru bisa tersedia dalam waktu 12-18 bulan. Walau sangat dibutuhkan tetapi diharapkan tidak tergesa-gesa
- Tidak seperti pada umumnya, pengujian vaksin pada manusia yang dilakukan oleh China ini tidak melewati percobaan pada hewan kecil atau hewan besar (primata) terlebih dahulu, sehingga dianggap sebagai keputusan yang besar dan berani
- Uji coba vaksin akan dikembangkan oleh Sinovac Biotech dan diharapkan bisa segera membantu mengatasi masalah Covid-19. Di seluruh dunia, kasus Covid-19 telah menewaskan sekitar ratusan ribu jiwa dan menginfeksi lebih dari jutaan orang
- Sebagian besar kasus kematian akibat Covid-19 umumnya dialami oleh orang lanjut usia. Maka perlu diketahui secara mendalam respon antibodi pada orang tua terhadap virus Covid-19
Chloroquine dalam Pengobatan Covid-19 Dapat Menyebabkan Masalah Jantung
Penelitian seputar obat Covid-19 masih terus dilakukan termasuk penggunaan obat malaria, Chloroquine, yang diperkirakan ampuh mengobati pasien Covid-19. Tetapi setelah dilakukan studi justru didapati gangguan irama jantung (aritmia) pada pasien Covid-19 pengguna Chloroquine dengan dosis tinggi.
- Chloroquine dan obat terkait hydroxychloroquine yang digunakan sebagai obat malaria awalnya diperkirakan bisa menjadi solusi pengobatan Covid-19 tetapi ternyata dapat menimbulkan komplikasi masalah irama jantung (aritmia)
- Sebuah penelitian di Brasil menguji penggunaan Chloroquine pada penderita Covid-19. Pada kelompok dosis tinggi, penggunaan Chloroquine 600 mg 2 kali sehari dalam 10 hari atau 450 mg Chloroquine selama 5 hari untuk dosis rendah
- Penggunaan Chloroquine dalam dosis tinggi justru menimbulkan adanya gangguan irama jantung dibandingkan dengan penggunaan dosis rendah. Bahkan ada yang mengalami takikardia (detak jantung abnormal) sebelum akhirnya meninggal dunia
- Untuk mengurangi komplikasi yang mungkin ditimbulkan termasuk risiko kematian bagi para pasien Covid-19, maka penggunaan Chloroquine dalam dosis tinggi sebaiknya dihentikan hingga penelitian lanjutan
Penggunaan Robot dalam Membantu Perawatan Pasien Covid-19
Penanganan pasien virus Corona (Covid-19) tentu harus dilakukan secara hati-hati karena penularannya bisa terjadi juga pada petugas medis di rumah sakit. Maka dari itu, penggunaan robot telah diaplikasikan dalam membantu merawat pasien Covid-19.
- Beberapa rumah sakit di China maupun Italia sudah mulai menggunakan bantuan robot dalam merawat pasien Covid-19 untuk mengurangi risiko penularan virus Covid-19 ataupun infeksi lainnya pada dokter dan perawat
- Salah satu fungsi penggunaan robot adalah untuk memberikan obat bagi para pasien positif Covid-19, termasuk sebagai sarana penghubung antara pasien dengan dokter dalam berkonsultasi
- Tetapi penggunaan robot juga masih menimbulkan perdebatan, termasuk soal ancaman terhadap pekerjaan. Padahal dalam masa krisis seperti menghadapi pandemi Covid-19, fungsi robot dapat memberikan bantuan dalam hal perawatan pasien
- Selain manfaat positifnya, penggunaan robot dalam merawat pasien Covid-19 mungkin juga bisa menimbulkan tekanan dan efek negatif bagi para pasien, sehingga hal ini masih harus dipertimbangkan
Ilmuwan Ungkap Bukti Bahwa Virus Covid-19 Telah Bermutasi Menjadi 3 Tipe
Dengan merebaknya virus Corona (Covid-19), beragam penelitian terkait sifat dan detail penting virus Covid-19 terus dilakukan. Termasuk bagaimana 3 (tiga) tipe virus Covid-19 dapat terbentuk dan menyebar dengan cepat hampir ke seluruh dunia.
- Ada 3 tipe virus Covid-19 yang terbagi menjadi tipe A, tipe B, dan tipe C. Pada awalnya semua virus berasal dari patogen yang sama yaitu kelelawar, tetapi virus tersebut berevolusi dengan cara berbeda
- Penemuan menunjukkan bahwa virus telah beradaptasi dengan baik terhadap penularan pada manusia dan bermutasi saat penyebaran. Hal itu pun menjadi cara ilmuwan meneliti sumber dan mencari tahu penyebab penularan terjadi begitu cepat
- Covid-19 tipe A memiliki kemiripan dengan virus Corona pada kelelawar yang ada di Wuhan, China tetapi ternyata tipe A lebih banyak ditemukan pada orang AS yang pernah tinggal di Wuhan atau penderita Covid-19 yang ada di AS dan Australia
- Sementara Covid-19 tipe B paling banyak dialami oleh orang yang tinggal di wilayah Wuhan, China dan Asia Timur. VIrus tipe B ini secara umum lebih berpusat hanya di satu wilayah saja dan berasal dari salah satu mutasi virus Covid-19 tipe A
- Untuk Covid-19 tipe C adalah lanjutan virus yang berasal dari tipe B dan lebih banyak terjadi pada penderita Covid-19 di Eropa seperti Perancis, Italia, Swedia, dan UK serta wilayah Asia seperti Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan
Mencegah Covid-19, Terapkan Jarak Aman Sejauh Mungkin
Untuk mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19) semakin meluas, beragam aktivitas di luar rumah dihentikan sementara waktu. Jarak aman dengan orang lain yang disarankan minimal 1-2 meter. Tetapi pada kondisi tertentu, jarak aman untuk berlari sebaiknya melebihi itu.
- Jarak aman yang disarankan umumnya berkisar 1-2 meter, tetapi hal tersebut hanya dianggap efektif jika di dalam ruangan tanpa terkena paparan angin. Sementara ketika berada di luar ruangan sebaiknya lebih berhati-hati dalam menerapkan jarak aman (physical distancing)
- Untuk mengurangi risiko terpapar virus Covid-19 ketika berlari, bersepeda atau melakukan olahraga di luar rumah, maka jarak aman yang dianjurkan bergantung pada posisi dan seberapa jauh dengan orang lain
- Ketika orang bersin atau batuk, maka droplet akan menyebar secara lebih luas dan terbawa oleh angin (saat di luar rumah), termasuk saat bernapas pun partikel akan terbawa ke arah belakang
- Oleh karena itu, risiko kontaminasi terbesar terjadi ketika seseorang berada tepat di belakang orang lain dalam posisi yang sama. Untuk meminimalkan risiko, posisi yang dianjurkan adalah posisi diagonal
- Anjuran jarak berdiri dalam posisi dan arah pandang yang sama setidaknya 4-5 meter, untuk berlari (10 meter) dan bersepeda (20 meter). Hal ini didasarkan oleh hasil studi di Belgia-Belanda
Konsumsi Makanan Sehat Saat Covid-19, Termasuk Kombucha dan Chamomile
Sejak pandemi Covid-19 ini berlangsung, beragam cara terus diupayakan untuk mencegah risiko virus Corona. Termasuk memilih makanan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan sistem imun tubuh, contohnya kombucha dan chamomile. Hal ini diketahui dari hasil pencarian para konsumen terhadap produk dengan manfaat tertentu.
- Untuk terus menjaga kesehatan dan mengurangi risiko terpapar virus Covid-19, banyak orang yang akhirnya berusaha menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan sehat
- Jenis makanan yang dipilih konsumen saat ini lebih berfokus pada makanan yang memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti penguatan sistem imun tubuh serta untuk penghilang stres
- Pencarian jenis makanan yang bertujuan untuk memperkuat sistem imun tubuh, seperti elderberry bahkan melonjak mencapai 108 persen, begitupun dengan makanan yang berfungsi melawan penyakit yang meningkat hingga 35-45 persen
- Dengan kondisi saat ini yang tak menentu dan menimbulkan rasa khawatir dan stress, sebagian orang juga mencari makanan penghilang stress seperti rosemary yang meningkat hingga 114 persen
- Tak hanya itu, pencarian makanan sehat lainnya berupa buah melon dan kombucha yang baik untuk mengobati penyakit tertentu hingga chamomile yang dipercaya memiliki manfaat anti peradangan (antiinflamasi)
Penggunaan Ventilator Mungkin Dapat Memperburuk Kondisi Pasien Covid-19
Penggunaan ventilator sebagai alat bantu pernapasan bagi penderita Covid-19 dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi pasien. Karena dalam beberapa kasus ditemukan angka kematian yang cukup tinggi pada pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator di rumah sakit.
- Jumlah angka kematian saat penderita Covid-19 menggunakan ventilator yang cukup tinggi menimbulkan kekhawatiran bahwa penggunaannya justru membahayakan kondisi pasien Covid-19
- Secara umum ada sekitar 40-50 persen pasien Covid-19 yang meninggal dunia akibat mengalami gangguan pernapasan parah saat menggunakan ventilator
- Penggunaan ventilator sendiri digunakan untuk mendukung kemampuan fungsi tubuh untuk kembali pulih, tetapi penggunaan pada kondisi kronis justru dapat menimbulkan kesulitan bernapas dan nyeri dada
- Para ahli masih mencari tahu adanya kemungkinan ventilator justru dapat memperburuk dan menimbulkan reaksi bahaya dari sistem imun tubuh akibat fungsi ventilator yang memaksa oksigen masuk ke kantong paru-paru
- Untuk mengurangi risiko memburuknya kondisi pada pasien Covid-19, maka perlu dilakukan pembatasan jumlah tekanan dan ukuran napas dari ventilator atau pengurangan intensitas pemakaian ventilator
Mungkinkah Gangguan Mata Seperti Mata Merah Termasuk Gejala Covid-19?
Perkembangan informasi seputar virus Corona (Covid-19) saat ini masih terjadi terus diteliti, termasuk gejala yang mungkin dialami. Sebuah penelitian mengungkapkan adanya kemungkinan gangguan pada mata menjadi gejala lain Covid-19, termasuk mata merah.
- Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pasien Covid-19 mengalami masalah pada mata, seperti epifora, kemosis, hiperemia konjungtiva ataupun infeksi mata sehingga dikhawatirkan gangguan mata menjadi gejala lain Covid-19
- 7 dari 12 pasien Covid-19 mengalami masalah mata epifora, di mana produksi air mata terjadi secara berlebihan atau terjadinya peradangan yang menyebabkan saluran air mata tersumbat
- 8 pasien Covid-19 lainnya mengalami kemosis, yaitu peradangan dan pembengkakan pada konjungtiva yang merupakan lapisan transparan penutup atau pelindung bola mata yang ada di dalam kelopak mata
- 3 pasien Covid-19 lain juga mengalami hiperemia konjungtiva yang meningkatkan aliran darah ke konjungtiva dan menyebabkan mata merah. Sementara 7 pasien lain mengalami sekresi mata, tetapi tidak ada pasien yang mengalami penglihatan kabur
- Pemeriksaan mata yang tidak mendesak sebaiknya ditunda dulu, kecuali kehilangan penglihatan mata, sakit mata yang terjadi mendadak, hingga gangguan lain yang membahayakan
Anak-Anak Diperkirakan Bisa Menjadi Pembawa Virus Covid-19 Tanpa Gejala
Penularan virus Covid-19 terjadi begitu cepat dan beberapa penelitian mengungkapkan adanya kemungkinan penderita tidak menyadari bahwa dirinya mungkin menularkan virus ke orang lain meski tidak mengalami gejala atau sakit (asymptomatic), termasuk anak-anak.
- Penyebaran virus Covid-19 secara tidak sadar dan cepat mungkin berpindah dari satu orang ke orang lain. Hal ini dikarenakan penderita tidak menyadari telah menularkannya karena merasa tidak sakit secara fisik ataupun tidak memiliki gejala Covid-19
- Anak-anak diperkirakan menjadi pembawa virus Covid-19 tanpa gejala (asymptomatic) karena mungkin hanya menunjukkan gejala ringan, bahkan terkadang juga tidak selalu mengalami gejala umum seperti demam ataupun batuk
- Penularan virus Covid-19 umumnya dapat diketahui berdasarkan dengan gejala yang timbul (symptomatic), tetapi ada juga kasus penularan yang mungkin belum menunjukkan gejala (presymptomatic) atau bahkan terjadi tanpa gejala (asymptomatic). Hal ini menjadi hal penting untuk mengendalikan penyebaran virus
- Untuk mencegah penularan yang tidak diketahui, penggunaan masker saat berada di tempat umum sangat direkomendasikan meskipun merasa sehat dan tidak memiliki gejala Covid-19
- Penggunaan masker juga diutamakan bagi mereka yang mengalami gejala dan sebagai perlindungan bagi orang lain dari kemungkinan paparan virus Covid-19
Penyebaran Virus Covid-19 Mungkin Juga Terjadi pada Hewan
Seekor harimau melayu yang tinggal di Kebun Binatang Bronx, New York, Amerika Serikat sempat diberitakan terinfeksi virus Covid-19. Hal tersebut membuat para peneliti khawatir dan mencari tahu mengenai penyebaran Covid-19 pada hewan.
- Harimau yang terinfeksi Covid-19 tersebut mengalami batuk kering dan tidak nafsu makan, tetapi tidak memiliki gejala demam ataupun sesak nafas seperti yang umumnya terjadi pada manusia
- Penularan pada harimau tersebut mungkin berasal dari penjaganya yang terlebih dahulu dinyatakan positif Covid-19 meski tanpa gejala apapun (asimptomatik). Kondisi beberapa harimau lain pun sedang diamati karena mengalami gejala Covid-19 yang terbilang konsisten
- Penularan virus Covid-19 dari manusia ke hewan mungkin benar adanya dan masih terus diteliti, tetapi para ahli memprediksi tingkat penularannya sangat rendah. Meskipun begitu ada kemungkinan spesies kucing memiliki risiko tinggi terinfeksi Covid-19
- Jika merasakan gejala Covid-19 ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan menghindari interaksi langsung dengan hewan peliharaan untuk mengurangi risiko penularan pada hewan
- Bukan kali ini saja ada hewan yang dinyatakan terinfeksi virus Covid-19, tetapi sebelumnya seekor anjing dan kucing di Hongkong juga positif menderita Covid-19
Kapan Virus Corona Berakhir?
Seperti yang diketahui, penyebaran virus Corona (Covid-19) saat ini sangat meluas hampir di seluruh dunia. Jutaan orang terdampak akibat ini, lalu kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir? Apa saja faktor yang akan mempengaruhinya?
- Virus Covid-19 yang terjadi memang sangat berdampak bagi kesehatan. Seseorang bisa tanpa sadar menularkannya ke orang lain karena tidak merasa memiliki gejala penyakit apapun. Karena transmisi penyebaran terbilang mudah dan cepat, pembatasan aktivitas dan jaga jarak menjadi sangat penting dilakukan
- Upaya memperlambat penyebaran Covid-19 juga dilakukan untuk mencegah peningkatan drastis jumlah penderita dan memberikan waktu bagi penyedia layanan kesehatan dalam bertindak. Bersamaan dengan itu juga dilakukan pelacakan, uji coba, dan isolasi secara luas untuk mendapatkan gambaran kondisi Covid-19
- Salah satu cara pengendalian wabah Covid-19 adalah dengan vaksin. Meski pengembangan vaksin untuk penyakit tertentu umumnya memerlukan proses panjang dan kompleks, tetapi diharapkan vaksin Covid-19 bisa tersedia dalam waktu 12-18 bulan ke depan dengan bantuan teknologi canggih
- Pilihan lain yang terbilang ekstrim untuk menghadapi pandemi Covid-19 adalah dengan herd immunity (kekebalan kelompok) yang membuat sebagian besar orang terinfeksi lalu mengembangkan resistensi terhadap patogen virus Covid-19 tersebut tetapi hal ini tentu menimbulkan pro kontra
- Cuaca panas mungkin juga menjadi faktor lain yang dapat membantu mengurangi ketahanan hidup virus, seperti pada flu yang akan mereda dengan terjadinya perubahan musim
Vaksin dan Obat Covid-19 Sedang dalam Tahap Uji Coba
Kasus virus Corona (Covid-19) yang dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO masih menjadi kekhawatiran bagi semua orang di seluruh dunia. Tetapi beragam penelitian untuk menemukan vaksin dan obat yang tepat dalam mengatasi Covid-19 terus dilakukan, bahkan sedang dalam tahap uji coba pada manusia dan hewan.
- Para peneliti masih berusaha memahami detail terkait virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 karena pengobatan yang dilakukan hanya berfokus untuk meringankan gejala penyakit Covid-19
- Pengembangan vaksin dan obat Covid-19 tentu membutuhkan waktu yang cukup lama (sekitar 1 tahun) karena harus diuji secara ketat dan dipastikan aman sebelum dipergunakan secara massal
- Vaksin sendiri menurut WHO adalah cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit yang bertujuan untuk merangsang sistem imun tubuh dalam melawan patogen penyebab infeksi, seperti bakteri ataupun virus
- Bahan yang terdapat pada vaksin adalah antigen (yang dianggap tubuh sebagai benda asing) dan adjuvant (yang memperkuat respon imun tubuh terhadap antigen)
- Keamanan dan manfaat vaksin ataupun obat diproses melalui fase pemahaman, uji klinis (fase 1-3), hingga persetujuan peraturan dari badan terkait demi memastikan keamanan, keefektifan, dan tidak berbahaya.
Meski Hasil Tes Negatif Tidak Menutup Kemungkinan Virus Covid-19 Ada di Tubuh
Seperti yang diketahui, gejala umum virus Corona (Covid-19) bisa berupa batuk, demam, hingga sesak nafas. Tetapi ternyata ada juga pasien yang terjangkit Covid-19 tanpa mengalami gejala apapun atau meski tes pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.
- Virus Covid-19 yang terjadi umumnya diketahui setelah penderita mengalami gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas, tetapi ada pula yang tidak mengalami gejala apapun positif Covid-19
- Jangan meremehkan penyebaran virus Covid-19 antar manusia karena siapapun memiliki kemungkinan menjadi pembawa virus tanpa diketahui oleh orang itu sendiri (Super Speader)
- Jika mengalami gejala Covid-19 tetapi tes pemeriksaan menunjukkan hasil negatif, pemeriksaan lanjutan tentu diperlukan untuk memastikannya dan itu bukan berarti sepenuhnya tidak terinfeksi
- Dalam beberapa kasus, dari proses pemeriksaan ternyata ada kemungkinan hasil pemeriksaan tidak akurat karena ada banyak faktor penyebab. Bahkan hasil tes negatif palsu atau salah bisa mencapai 30 persen (berdasarkan penelitian yang ada di China)
- Untuk menghindari paparan virus, rajin cuci tangan dengan sabun dan air bersih, hindari menyentuh wajah, serta menjaga jarak dengan orang lain (physical distancing)
Setelah Sembuh dari Covid-19 Masih Ada Kemungkinan Bisa Terinfeksi Kembali
Dalam beberapa kasus, meski telah dinyatakan sembuh dari virus Corona (Covid-19), ternyata ada kemungkinan penderita Covid-19 kembali mengalami infeksi virus yang sama di kemudian hari. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi kebenarannya masih diteliti.
- Kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19 setidaknya dapat bertahan untuk sementara waktu, tetapi tidak menutup kemungkinan akan kambuh kembali setelah melewati jangka waktu tertentu
- Pasca perawatan virus Covid-19 diharapkan sistem kekebalan tubuh manusia mampu mendeteksi Covid-19 sebagai ancaman dan membentuk antibodi dalam melawannya sehingga tidak terinfeksi kembali
- Pembentukan antibodi (sistem imun tubuh) berfungsi untuk membersihkan sisa virus yang ada dan membuat tubuh memiliki kekebalan yang dapat melindungi tubuh dari infeksi virus yang sama
- Virus Covid-19 merupakan virus RNA yang berarti memiliki kecenderungan bermutasi dari waktu ke waktu, seperti virus influenza (flu) yang bisa terjadi setiap tahun tetapi bisa diatasi menggunakan vaksin influenza
- Karena masih tergolong virus baru, penelitian terkait Covid-19 masih terus diupayakan, meski hingga saat ini belum ada vaksin yang dinyatakan berhasil dalam mengatasi virus Covid-19
Baca selengkapnya: Sudah Sembuh dari COVID-19, Mungkinkah Kambuh Lagi?
Pengaruh COVID-19 terhadap Kondisi Kehamilan dan Perawatan Infertilitas
Mengetahui pengaruh virus Corona (Covid-19) terhadap kondisi kehamilan baik kesehatan ibu hamil maupun janin dalam kandungan, serta perawatan infertilitas yang sebaiknya ditunda terlebih dahulu dikarenakan keterbatasan yang terjadi.
- Pengaruh Covid-19 terhadap kehamilan belum diketahui secara jelas, termasuk kemungkinan virus tertular dari ibu ke janin
- Ibu hamil yang terinfeksi virus Covid-19 mungkin butuh perawatan ekstra karena penggunaan obat dikhawatirkan dapat berpengaruh pada kondisi janin
- Untuk mengurangi risiko pada bayi, ibu hamil wajib menjaga kesehatan dan kebersihan diri agar terhindar dari virus Covid-19
- Bagi pasangan yang ingin menjalani perawatan infertilitas, seperti IVF atau IUI, disarankan untuk menundanya terlebih dahulu
- Jika proses perawatan infertilitas sudah berjalan, maka disarankan untuk berkonsultasi jarak jauh terutama jika kondisi tidak mendesak
Cara Kerja Sistem Imun Tubuh dalam Melawan Virus Termasuk Covid-19
Ketika virus atau kuman masuk ke dalam tubuh, termasuk Covid-19, sistem imun tubuh akan bekerja untuk melawannya dengan membentuk sel jaringan pelindung. Dalam menjaga fungsi kekebalan tubuh, dibutuhkan pemenuhan gizi seimbang dan tidur cukup, berolahraga, serta menghindari stres.
- Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh bekerja dengan memperbanyak sel sehat yang dibangun untuk membentuk perlindungan tubuh dalam melawan patogen (virus ataupun kuman) yang masuk ke dalam tubuh
- Dalam kasus coronavirus, tubuh belum mengetahui jenis virus yang masuk tersebut memiliki sifat baik atau tidak sehingga tubuh tidak memiliki respon untuk melawan virus Corona (Covid-19) atau membentuk sel pelindung
- Sistem kekebalan tubuh juga berpotensi berbahaya bagi kesehatan dan berbalik menyerang jaringan tubuh hingga menimbulkan penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn
- Selain tindakan pencegahan seperti rajin mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang lain, tetapi kesehatan fisik juga dipengaruhi oleh imunitas (daya tahan tubuh) dalam melawan virus Covid-19
- Cara menjaga daya tahan tubuh adalah dengan mencukupi kebutuhan tidur, mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga (tetap aktif bergerak) serta belajar mengelola stress.
Baca selengkapnya: Fungsi Sistem Imun Tubuh dalam Melawan Virus Corona (Covid-19)
Benarkah Covid-19 Bisa Sebabkan Penyakit Jantung?
Berdasarkan gejala yang dialami oleh beberapa penderita penyakit jantung, ada kemungkinan virus Covid-19 yang menyebabkan peradangan pada paru-paru juga dapat mempengaruhi fungsi jantung. Selain itu, respon kekebalan tubuh yang berlebih dalam melawan virus Covid-19 dapat menyebabkan terganggunya aliran oksigen ke paru-paru dan jantung.
- Virus Corona (Covid-19) yang menyebabkan gangguan pernapasan mungkin juga dapat menimbulkan masalah penyakit jantung, seperti miokarditis, aritmia dan serangan jantung
- Seorang penderita serangan jantung berat yang diperiksa dengan elektrokardiogram menunjukkan adanya irama jantung yang tidak normal, Tetapi pemeriksaan tidak menunjukkan adanya arteri darah yang tersumbat
- Kadar protein tinggi dalam darah (troponin) yang umumnya menjadi tanda kerusakan otot jantung mungkin juga bisa menjadi tanda tubuh telah terinfeksi virus Corona (Covid-19)
- Respon kekebalan tubuh yang berlebih dalam melawan virus juga dapat mempengaruhi kondisi peradangan pada jantung dan paru-paru. Karena ketika paru-paru tidak berfungsi dan tidak menghasilkan oksigen yang cukup dapat meningkatkan risiko aritmia jantung
Covid-19 Bisa Sebabkan Hilangnya Kemampuan Indera Penciuman. Apa Artinya?
Selain munculnya gejala umum seperti demam, batuk, pilek, dan sesak nafas sebagai gejala awal Covid-19, penelitian terbaru juga menunjukkan ada kemungkinan hilangnya kemampuan indera penciuman atau yang disebut dengan istilah anosmia juga bisa menjadi gejala khas Covid-19 yang dialami sebelum gejala umum lainnya terjadi.
- Penelitian masih dilakukan guna memastikan hilangnya kemampuan indera penciuman (anosmia) dan indera perasa (sebagian-dysgeusia ataupun menyeluruh-ageusia) sebagai salah satu gejala khas Covid-19
- Dugaan gejala Covid-19 ini didasarkan dari hasil laporan pemeriksaan sebagian pasien yang positif Covid-19 serta pengalaman langsung petugas medis yang ikut terinfeksi dan mengalami gejala serupa
- Hilangnya kemampuan indera penciuman dan indera perasa bisa menjadi tanda awal terjadinya infeksi yang mungkin terjadi sebelum mengalami batuk ataupun demam yang juga menjadi gejala Covid-19
- Virus Corona (Covid-19) dapat menyebabkan infeksi pada lapisan dalam rongga hidung dan memicu peradangan. Hal tersebut yang menyebabkan indera penciuman sulit mendeteksi bau yang masuk, sehingga memungkinkan gangguan indera menjadi salah satu gejala Covid-19
- Beberapa tes diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan gangguan serta menilai tahap kerusakan pada hidung dan otak yang mempengaruhi fungsi indera
Baca selengkapnya: Gangguan Indera Penciuman dan Perasa Diperkirakan Bisa Menjadi Tanda Gejala Covid-19
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.