Kehamilan memang membawa perubahan besar dalam hidup seorang wanita. Bukan hanya tubuhnya saja yang mengalami perubahan, gaya hidupnya pun juga. Jika sebelum hamil, ia bebas makan dan melakukan apa saja, kini tidak lagi. Tentang hal ini, sebagian besar perempuan pasti sudah tahu.
Tapi, bagaimana dengan kosmetik? Tahukah Anda apa saja bahan kosmetik yang harus dihindari oleh ibu hamil itu? Faktanya, tak semua bahan kosmetik aman untuk ibu hamil karena pengaruh buruknya terhadap janin.
Saat tidak hamil, tubuh mungkin dapat menganggap enteng 'kerusakan' yang ditimbulkan oleh zat tersebut. Namun lain urusannya bila ada janin yang berkembang dalam rahim.
Inilah 15 bahan kosmetik yang harus dihindari oleh ibu hamil:
1. Aluminium Chloride Hexahydrate
Bahan ini acapkali ada dalam produk antiperspirants, baik tipe spray maupun roll-on. Penggunaannya bisa memicu timbunan aluminium dalam tubuh sehingga menyebabkan anemia, lesu, penyakit tulang, dan lain sebagainya. Pihak U.S.Food & Drug Administration menyatakan kalau Aluminium Chloride Hexahydrate berbahaya bagi janin.
2. Retinol/Retinoids
Bagi yang jerawatan dan wanita yang sudah berumur pasti tak asing dengan retinol yang ternyata memiliki banyak nama seperti:
- Retinoic acid
- Retinyl palmitate
- Retinaldehyde
- Adapalene
- Tretinoin
- Tazarotene
- Isotretinoin
Ya, retinoids memang ampuh mengurangi kerutan, membebaskan pori-pori kulit yang tersumbat, serta menghaluskan kulit. Alhasil, banyak sekali produk yang menggunakannya sebagai bahan aktif produk jerawat, anti-aging, dan obat.
Sayangnya, ada kaitan erat antara retinoid dengan meningkatnya risiko kardiovaskular dan bayi cacat lahir di bagian wajah (kraniofasial). Lebih dari itu, bila dipakai dalam jumlah berlebih, retinoid jadi beracun sehingga menyebabkan:
- Bengkak disertai rasa sakit pada area yang terpapar
- Berat badan turun drastis
- Pandangan kabur
- Sakit kepala akut
- Rambut rontok
- Bengkak pada organ hati dan limfa
3. Hydroxy Acids
Antioksidan buatan manusia ini seringkali terdapat dalam makanan maupun kosmetik. BHA dapat menyebabkan iritasi kulit dan diduga bersifat karsinogenik (pemicu kanker).
Pada makanan, BHA menggunakan istilah E320. Sedangkan pada kosmetik, Anda dapat menjumpainya dalam sebagian besar produk pelembab dan lipstik sebagai zat pengawet.
Hydroxy acid seperti beta hydroxy acid (BHA) dan alpha hydroxy acid (AHA) ditemukan dalam produk untuk mengobati gangguan kulit tertentu, termasuk jerawat, peradangan kulit, dan kemerahan. Bahan-bahan ini juga ditemukan di sejumlah pembersih, toner, dan pengelupas kulit yang disebut-sebut untuk mengurangi tanda-tanda penuaan.
Asam salisilat adalah BHA paling umum dan telah dipelajari efeknya dalam kehamilan. Dosis tinggi asam dalam bentuk oralnya (aspirin) telah ditunjukkan dalam penelitian dapat menyebabkan cacat lahir dan berbagai komplikasi kehamilan. BHA lain belum diteliti pada kehamilan.
Sangat sedikit BHA akan terserap ke dalam kulit ketika itu diterapkan secara topikal. Tetapi karena asam salisilat oral tidak aman selama kehamilan, dokter juga merekomendasikan menghindari penggunaan produk kulit yang berlebihan atau mengandung BHA.
Baca juga: Bolehkah Ibu Menyusui Smoothing Rambut?
4. Butylated Hydroxytoluene (BHT)
BHT tak jauh beda dengan BHA. Bahan ini juga bisa ditemui dalam makanan dan kosmetik sebagai antioksidan sintetis (pengganti vitamin E). Pada makanan, labelnya menggunakan kode E321. Beberapa hasil studi menunjukkan BHT dapat meningkatkan risiko kanker dan asma.
5. Dihydroxyacetone (DHA)
DHA merupakan bahan populer yang ada dalam produk tanning. Sebenarnya bahan ini aman kalau dipakai di luar tubuh. Yang membuatnya berbahaya adalah bila DHA sampai terhirup. Tapi apa mungkin mengoleskanya ke tubuh tanpa menghirup aromanya?!
6. Formaldehyde
Bahan lain yang bersifat karsinogen adalah formaldehyde. Biasanya formaldehyde dipakai sebagai zat pengawet produk sabun, losion, maupun deodoran. Selain meningkatkan risiko kanker, formaldehyde juga dapat mengiritasi kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.
7. Gluten
Walau jarang terdeteksi, gluten dapat menjadi alergen (penyebab alergi) bagi beberapa orang. Ibu hamil yang mengidap penyakit Celiac atau alergi gluten harus menghindari gluten yang mudah terserap dalam kulit ini. Perlu diketahui bahwa dalam produk perawatan kulit dan kosmetik, gluten sering memakai nama lain “Triticum Vulgare”.
8. Mineral Oil
Terserah sebutan apa yang ingin Anda berikan, apakah minyak parafin (paraffin oil), petroleum, atau petroleum jelly. Mineral oil merupakan produk sampingan dari proses distilasi petroleum ke petrol.
Komponen standar yang terdapat dalam minyak atau krim anti-stretch mark ini ternyata berpotensi menutup pori-pori sehingga sulit bagi tubuh untuk mengeluarkan toksin. Lebih dari itu, jika mineral oil tidak disuling dengan benar, maka ini juga bisa menyebabkan kanker (karsinogen).
9. Paraben
Coba periksa, apakah kira-kira produk kosmetik Anda mengandung methylparaben, ethylparaben, propylparaben, butylparaben, atau isobutylparaben? Jika ya, hati-hati karena hasil studi terkini menyebutkan paparan paraben ke kulit setiap hari bisa meningkatkan risiko kanker termasuk melanoma.
Saking berbahayanya bagi anak kecil, sampai-sampai Denmark dan beberapa negara lain melarang penggunaan paraben dalam produk untuk anak batita.
10. Phenoxyethanol
Zat pengawet murah meriah ini ternyata sering ditemukan dalam produk kosmetik berlabel ‘organik’. Disebut juga dengan istilah ethylene glycol phenyl ether atau ethylene glycol monophenyl ether, phenoxyethanol ternyata berpotensi mengiritasi kulit. Efeknya bahkan bisa sampai ke otak, sistem saraf, serta kandung kemih. Selain itu, phenoxyethanol juga bersifat karsinogenik.
11. Phthalates
Komponen yang berguna untuk memperkuat aroma serta membantu losion agar lebih meresap dalam kulit ini tak hanya cuma memicu obesitas, tekanan darah tinggi, gangguan endokrin, diabetes, serta kanker payudara saja. Akan tetapi phthalates juga bisa membuat janin tumbuh abnormal. Karenanya hindari produk yang menuliskan DBP, DNOP, DiNP, DEP, BBzP, DEHP, DiDP, DnHP, DMP, DnOP, serta BPA dalam ingredients-nya.
12. Diethanolamine (DEA)
DEA merupakan bahan kosmetik terkenal yang mampu menghasilkan produk dengan tekstur halus dan berbusa. Sayangnya, DEA dapat mengiritasi kulit dan riset menduga bahan ini memiliki efek karsinogenik.
Bahan yang memiliki beberapa istilah seperti diethanolamine, oleamide, lauramide, atau cocamide ini, dijumpai mampu menghambat perkembangan kognitif pada janin tikus ketika dioleskan ke kulit induknya.
13. Sulphates
Sulphates mampu mengiritasi kulit, bahkan tipe yang paling ‘badak’ sekalipun. Sulphates kerap dijumpai dalam berbagai produk seperti pasta gigi, sabun mandi, maupun sampo.
Alasan mengapa para produsen memakainya adalah karena komponen tersebut bisa menghasilkan busa. Sayangnya, sulphates juga bisa memicu bayi cacat lahir.
14. Toluene
Selain phthalates dan formaldehyde, toluene juga sering dipakai sebagai bahan produk cat kuku (kuteks) atau nail polish remover (pembersih kuteks). Toluene tak hanya bersifat karsinogenik, namun juga berdampak negatif bagi hati, ginjal, paru-paru, sistem imun, otak, maupun sistem saraf. Untuk menghindarinya, jangan gunakan produk yang mengandung methylbenzine, toluol, atau antisal 1a.
15. Thioglycolic Acid
Nah kalau bahan yang terakhir ini biasanya ada dalam produk penghilang rambut (hair removal). Istilah alternatifnya bisa bermacam-macam, mulai dari acetyl mercaptan, mercaptoacetate, mercaptoacetic, hingga thiovanic acid.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.