Setiap wanita harus menjaga kesehatan dan kebersihan organ intimnya setiap hari. Meskipun demikian, ada saja wanita yang masih membersihkan vagina dengan rutin, tanpa sadar bahwa caranya salah. Akibatnya, bukannya vagina menjadi bersih, malah sebaliknya.
Tak jarang, timbul masalah kesehatan vagina yang terbilang serius seperti muncul bau tak sedap, gatal, dan jamur. Nah, kira-kira, kebiasaan apa saja yang dilakukan wanita untuk merawat vagina, namun berdampak buruk terhadap vagina?
Apakah Anda termasuk salah satu yang melakukannya? Yuk simak selengkapnya pada ulasan berikut ini!
Mengenakan celana dalam yang ketat
Salah satu cara merawat kesehatan organ intim adalah memperhatikan pakaian dalam yang dikenakan. Sebagian besar wanita lebih memilih celana dalam yang ketat daripada yang longgar untuk menjaga penampilan dan kepercayaan dirinya.
Namun, tahukah Anda bahwa celana dalam yang ketat, ternyata tidak baik bagi kesehatan vagina? Ya, ketika Anda menggunakan celana dalam ketat, maka frekuensi gesekan antara vagina dengan area vagina lebih besar. Akibatnya, vagina sering mengalami iritasi dan timbul masalah kewanitaan lainnya.
Selain itu, kondisi celana dalam yang lembab juga berisiko terhadap munculnya jamur atau ragi pada area kewanitaan Anda. Tentu, hal ini harus dihindari karena mengganggu kesehatan organ vital Anda.
Untuk itu, demi menjaga kebersihan vagina dan kenyamanannya, pastikan celana dalam yang digunakan terbuat dari bahan dasar katun murni. Tahukah Anda, bahan celana dalam dari kain sintetis seperti nilon dan polyester dapat berisiko menyebabkan vagina mudah teriritasi dan mengalami masalah kesehatan lainnya.
Douching vagina
Apakah Anda salah satu wanita yang sering melakukan douching vagina demi menjaga kebersihannya? Jika iya, sebaiknya Anda harus lebih waspada dan hati-hati. Sebab, douching vagina digadang-gadang sebagai salah satu aktivitas yang membahayakan vagina.
Douching vagina artinya aktivitas menyemprotkan cairan pembersih dalam lubang vagina. Alasan praktik ini berbahaya karena campuran cairan tersebut seperti baking soda, yodium, cuka, dan pewangi yang berisiko mengiritasi serta menginfeksi vagina.
Oleh karena itu, pastikan untuk memilih antiseptik kewanitaan yang terjamin aman. Sebagai rekomendasi, gunakanlah antiseptik berbahan povidone iodine pada bagian luar dan bagian dalam dengan douche.
Tahukah Anda, zat aktif ini efektif untuk mengatasi kuman penyebab bau tidak sedap, mencegah infeksi, bahkan iritasi pada vagina.
Jarang mengganti pembalut
Berapa kali Anda mengganti pembalut setiap harinya? Ketahuilah, kebersihan vagina dipengaruhi oleh faktor cairan darah menstruasi yang keluar dari tubuh melalui vagina. Ketika darah haid tersebut keluar, maka akan terkontaminasi oleh organisme lain secara langsung.
Nah, untuk mencegah adanya infeksi, para pakar kesehatan menyarankan wanita untuk mengganti pembalut tiap 4-6 jam sekali. Frekuensi tersebut dapat lebih sering ketika darah yang keluar lebih banyak. Praktik ini, digadang-gadang mampu mencegah bau tidak sedap pada vagina.
Lalu, bagaimana jika darah yang keluar tidak terlalu banyak? Apakah frekuensi mengganti pembalut masih sesering itu? Ya, aturan tersebut juga berlaku bagi darah haid yang keluar tidak banyak.
Sebab, pembalut akan tetap lembab dan mengangkut organisme lain berupa bakteri maupun keringat dari kelamin Anda. nah, ketika bakteri berada lama pada lingkungan lembab, kemungkinan besar akan berkembang biak dan menyebabkan infeksi pada vagina, saluran kemih, maupun ruam kulit.
Mengonsumsi makanan penyebab vagina bau
Inilah kebiasaan buruk yang secara tidak sadar dilakukan wanita sehingga vagina mengeluarkan bau tidak sedap. Makanan yang berpotensi menyebabkan vagina bau yaitu kopi, kari, bawang, dan rempah-rempah. Daging merah, susu, dan alkohol berlebihan juga dapat mengubah aroma vagina.
Oleh karena itu, pastikan untuk diet tinggi probiotik demi menjaga keseimbangan pH alam pada vagina dan mengeluarkan aroma yang ringan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.