5 Jenis Alat Kontrasepsi yang Aman Bagi Ibu Menyusui
Bagi para wanita yang sedang menyusui, pastinya belum siap untuk mengalami kehamilan lagi. Faktornya bermacam-macam, mulai dari kondisi fisik yang belum siap hingga keinginan untuk merawat anak hingga mencapai usia yang cukup untuk mendapatkan adik. Sejatinya, masa menyusui dapat menjadi alat kontrasepsi alami bagi wanita.
Namun karena jangka waktunya yang kurang panjang, akhirnya para wanita membutuhkan alat kontrasepsi. Selama masa menyusui, alat kontrasepsi yang digunakan harus dipilih jenis yang aman digunakan. Jika sembarangan memilih, maka hal tersebut akan menghambat kegiatan menyusui.
Booking Klinik Birth Control (Kontrasepsi) via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket birth control (kontrasepsi) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Sejatinya seluruh jenis alat kontrasepsi aman digunakan. Namun ketika memasuki masa menyusui, Anda harus memilih jenis alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon estrogen.
Hal ini dikarenakan hormon estrogen pada alat kontrasepsi mampu menurunkan kadar produksi ASI Anda. Berikut adalah jenis-jenis alat kontrasepsi yang aman untuk digunakan oleh ibu menyusui.
Pil KB Mini
Berbeda dengan pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron. Pil KB mini hanya mengandung hormon progestron (progestin) sehingga aman digunakan untuk ibu menyusui.
Berbeda dengan hormon estrogen yang menghambat produksi ASI. Hadirnya hormon progesteron justru akan memacu produksi ASI. Namun yang harus diperhatikan, pil KB mini ini harus dikonsumsi setiap hari di waktu yang sama agar dapat bekerja secara maksimal.
IUD (Intraurine Device)
Dibandingkan dengan pil KB , IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang aman dan juga dapat digunakan dengan jangka waktu yang lebih lama. Penggunaan alat ini biasa dilakukan oleh dokter kandungan dengan memasukkan alat berbentuk T langsung ke dalam rahim. Pemasangannya bisa dilakukan 6 minggu pasca melahirkan.
IUD sendiri memiliki dua jenis yaitu IUD yang tidak mengandung hormon sama sekali dan juga IUD yang mengandung hormon progesteron. Kedua jenis ini tidak akan mempengaruhi kadar produksi ASI dalam tubuh Anda.
Booking Klinik Birth Control (Kontrasepsi) via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket birth control (kontrasepsi) hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Suntikan Depo Provera
Untuk mencegah kehamilan, Anda juga bisa melakukan suntik depo provera. Suntikan ini biasanya dilakukan tiga kali selama sebulan. Jenis kontrasepsi yang satu ini juga sangat aman bagi ibu menyusui karena tidak mengandung hormon estrogen.
Walaupun tidak menghambat produksi ASI, kontrasepsi yang satu ini memiliki kelemahan karena dapat melemahkan tingkat kesuburan rahim Anda. Anda membutuhkan waktu 1 tahun untuk bisa mengembalikan tingkat kesuburan rahim agar kembali seperti semula.
Implan
Jika Anda merasa terganggu dengan hadirnya berbagai macam alat di organ reproduksi, maka pilihan implan dapat menjadi solusi andalan. Implan biasanya ditempatkan di bagian bawah kulit lengan atas dan mengandung hormon progesteron.
Kontrasepsi dengan menggunakan implan ini bisa dilakukan hingga 3 tahun lamanya. Selain itu, implan juga tidak akan mengganggu produksi ASI karena tidak mengandung hormon estrogen.
Kondom dan Kap Serviks
Jika menginginkan alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon sama sekali maka menggunakan berbagai alat penghalang dapat menjadi pilihan terbaik karena tidak akan menimbulkan masalah terutama bagi para ibu menyusui. Metode penghalang ini merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang menghadirkan alat yang mampu menghalangi bertemunya sel sperma dan juga sel telur. Contohnya antara lain kondom yang biasa digunakan oleh para pria untuk menghalangi sperma masuk kedalam rahim atau kap serviks yang berfungsi untuk menutup jalan serviks.
Demikianlah sekilas informasi mengenai beberapa jenis-jenis alat kontrasepsi yang aman digunakan oleh ibu menyusui. Semoga menjadi tambahan wawasan yang bermanfaat bagi Anda.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.