Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling mudah digunakan dan biasanya terbuat dari bahan lateks atau karet. Kondom digunakan pada alat kelamin ketika berhubungan seks dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pembuahan atau penularan penyakit seksual antar pasangan.
Baca juga: Cara Memakai Kondom yang Benar
Pada beberapa orang, penggunaan kondom kadang dapat menyebabkan gatal, kemerahan, bahkan hingga bengkak. Hal ini bisa disebabkan karena alergi terhadap bahan pembuatan kondom. Bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan kondom adalah lateks sehingga disebut alergi kondom lateks.
Gejala alergi kondom
Alergi terhadap kondom lateks ini dapat berkembang secara bertahap terutama jika terjadi kontak berulang atau terus menerus. Gejala alergi pun bervariasi dan berbeda tergantung tingkat keparahan. Beberapa gejala reaksi alergi ringan yang terjadi meliputi tenggorokan gatal, pilek, batuk, mengi, maupun sulit bernapas.
Sementara reaksi alergi berat pun dapat mengancam keselamatan, sering disebut anafilaksis. Pada kondisi anafilaksis, sistem kekebalan tubuh memicu pelepasan sejumlah besar senyawa inflamasi yang disebut histamin. Senyawa ini dapat menyebabkan peradangan yang cepat dan parah di seluruh tubuh.
Gejala anafilaksis dapat terjadi secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Jika mengalami ini, diperlukan penanganan segera melalui obat seperti epinephrine atau adrenaline yang dapat menangkal reaksi alergi. Beberapa tanda anafilaksis yang terjadi seperti:
- Gatal
- Pembengkakan
- Tekanan darah rendah
- Mual
- Sesak di tenggorokan
- Pusing
- Muntah
- Diare
- Mata berair
- Sakit perut
- Pingsan
- Sulit bernapas
- Detak jantung lebih cepat
- Gagal jantung
Diagnosis alergi kondom lateks dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat kesehatan dan gejala medis yang dialami. Tidak hanya bagi mereka yang sering menggunakan kondom berbahan lateks, orang yang sering memiliki kontak dengan lateks juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena alergi lateks.
Setelah menggunakan kondom saat berhubungan seksual lalu menemukan adanya keputihan atau kondisi penis yang tidak biasa, disarankan untuk berkonsultasi ke dokter. Terutama ketika kondisi atau gejala tersebut terjadi selama beberapa hari setelah penggunaan kondom atau paparan pemicu alergi. Beberapa gejala infeksi yang dapat terjadi lainnya meliputi sering buang air besar dan disertai sensasi terbakar, urin berbau, sakit pada perut atau pinggang, mual atau muntah, serta demam.
Jika beberapa gejala di atas dialami, maka pemeriksaan ke dokter sangat diperlukan untuk menemukan penyebabnya. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik akan menjadi pemeriksaan awal. Jiak terdapat infeksi genital maka dokter mungkin akan memberikan obat antibiotik.
Beberapa pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mendiagnosis reaksi alergi kondom adalah pemeriksaan dengan tes tusuk kulit yang dapat membantu memeriksa kulit seseorang yang mungkin memiliki reaksi alergi terhadap protein dalam lateks. Selain itu, tes darah juga dapat membantu mengetahui adanya antibodi terhadap lateks.
Jenis alergi terkait penggunaan kondom lainnya
Selain bahan lateks yang biasanya digunakan dalam penggunaan kondom, beberapa penyebab lain juga dapat menyebabkan terjadinya alergi akibat kondom. Beberapa kondom juga dilapisi dengan zat spermisida ataupun pelumas yang mengandung bahan kimia sehingga dapat menimbulkan iritasi pada jaringan genital yang sensitif.
Spermisida
Spermisida merupakan alat kontrasepsi untuk mencegah sperma mencapai sel telur. Spermisida tersedia dalam bentuk gel, busa, atau supositoria. Ada pula kondom yang dilapisi dengan spermisida itu sendiri. Bahan aktif yang terkandung dalam spermisida adalah nonoxynol-9 yang dapat membunuh sel sperma. Namun penggunaan yang terlalu sering dapat menyebabkan iritasi dan nyeri.
Menurut laporan dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), penggunaan spermisida juga dapat meningkatkan risiko tertular infeksi menular seksual, seperti gonore maupun klamidia, karena mukosa vagina menjadi lebih rentan terhadap invasi dari mikroorganisme.
Pelumas
Pelumas alami biasanya digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual, tetapi beberapa pelumas yang mengandung bahan kimia seperti propilen glikol dan gliserol dapat menyebabkan iritasi pada kulit di sebagian orang. Beberapa kondom pun mengandung pelumas, di mana orang yang sensitif atau alergi terhadap senyawa dalam pelumas harus menghindarinya dan menggunakan alternatif lain yaitu kondom nonlubricated.
Sebuah penelitian mengungkapkan, pelumas yang juga terkadang mengandung spermisida dapat mengganggu struktur sel jaringan pada vagina sehingga meningkatkan risiko infeksi seperti vaginosis bakteri dan infeksi menular seksual.
Sindrom buah lateks
Tak hanya lateks yang terdapat pada kondom saja, tetapi beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi jika mengonsumsi buah-buahan tertentu yang mengandung protein mirip dengan yang ada di lateks. Buah-buahan tersebut di antaranya alpukat, pisang, kiwi, melon, pepaya, dan tomat. Termasuk juga kacang tanah dan chesnut.
Pengobatan alergi kondom
Pengobatan alergi kondom akan bergantung pada tingkat keparahan, tetapi orang yang berisiko memiliki alergi harus menghindari paparan dari apapun yang dapat memicu reaksi alergi. Jika memiliki alergi terhadap pelumas maupun spermisida, maka Anda perlu mencari kondom tanpa kedua bahan tersebut.
Dalam tahap reaksi alergi ringan, penggunaan obat antihistamin juga mungkin diresepkan untuk melawan reaksi alergi.
Alternatif pengganti bahan lateks pada kondom
Polyurethane
Kondom polyurethane (poliuretan) terbuat dari plastik dan efektif mencegah kehamilan dan melindungi diri dan pasangan dari infeksi menular seksual. Kondom polyurethane lebih tipis daripada lateks, sehingga terasa cukup alami. Tetapi karena bahan yang tipis, kondom poliuretan sulit meregang sehingga lebih mudah lepas.
Polyisoprene
Kondom Polyisoprene merupakan jenis perlindungan terbaru dengan bahan non-lateks dan berasal dari karet sintetis yang dapat menghasilkan panas lebih baik dari lateks ataupun poliuretan. Kondom ini memiliki fungsi yang sama seperti kondom pada umumnya untuk mencegah kehamilan dan pelindung dari infeksi menular seksual.
Kulit domba
Bahan kulit domba merupakan bahan alami yang sudah digunakan dalam pembuatan kondom tetapi memiliki sensitivitas yang tinggi hingga tidak terasa sedang menggunakan kondom.
Baca juga: Jenis-jenis kondom
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.