Mie ramen adalah jenis mie instan yang dinikmati oleh banyak orang di seluruh dunia.
Karena harganya murah dan hanya membutuhkan beberapa menit untuk dipersiapkan, mie ramen sangat menarik bagi orang-orang yang memiliki anggaran terbatas atau kekurangan waktu.
Meskipun mie ramen instan mungkin enak dan mudah, akan tetapi apakah ini sehat untuk dikonsumsi terlalu sering?
Artikel ini akan membahas informasi tentang mie ramen instan untuk membantu Anda memutuskan apakah hidangan yang enak ini dapat masuk ke dalam diet sehat.
Kekurangan Nutrisi Utama
Mie ramen adalah mie instan kemasan yang terbuat dari tepung terigu, berbagai minyak nabati, dan perasa.
Mie tersebut sudah dimasak sebelumnya, artinya sudah dikukus dan kemudian dikeringkan atau digoreng untuk mempersingkat waktu memasak bagi konsumen.
Mie ramen instan dijual dalam paket dengan paket bumbu kecil atau dalam cangkir yang airnya dapat ditambahkan dan kemudian dimasukkan dalam microwave.
Mempersiapkan mie ramen instan termasuk menambahkan mie ke dalam panci berisi air mendidih. Mie juga bisa dimasak dalam microwave, itulah sebabnya mereka sering menjadi makanan pokok bagi mahasiswa yang tinggal di asrama.
Tidak ada keraguan bahwa mie ramen enak dan mudah dibuat, tetapi nilai gizinya layak untuk dicermati lebih dekat.
Nutrisi
Meskipun informasi nutrisi bervariasi antar produk, kebanyakan mie ramen instan rendah kalori tetapi kekurangan nutrisi utama.
Misalnya, satu porsi mie ramen instan rasa ayam memiliki:
- Kalori: 188
- Karbohidrat: 27 gram
- Total lemak: 7 gram
- Protein: 5 gram
- Serat: 1 gram
- Sodium: 891 mg
- Thiamine: 16% dari Reference Daily Intake (RDI)
- Folat: 13%
- Mangan: 10%
- Besi: 9%
- Niasin: 9%
- Riboflavin: 6%
Mie ramen instan dibuat dengan tepung terigu yang telah diproses dengan bentuk sintetis nutrisi tertentu seperti zat besi dan vitamin B untuk membuat mie lebih bergizi.
Namun, mereka kekurangan banyak nutrisi penting, termasuk protein, serat, vitamin A, vitamin C, vitamin B12, kalsium, magnesium, dan kalium.
Terlebih lagi, makanan kemasan seperti mie ramen instan kekurangan antioksidan dan fitokimia yang secara positif berdampak pada kesehatan dalam banyak hal.
Selain itu, mie instan dikemas dalam jumlah kalori yang cukup tanpa beragam nutrisi yang terkandung di dalamnya sepertii protein, sayuran, dan karbohidrat kompleks.
Perlu diingat bahwa mie ramen instan berbeda dari mie ramen segar, yang merupakan mie tradisional Cina atau Jepang yang biasanya disajikan dalam bentuk sup dan diberi bahan-bahan bergizi seperti telur, daging bebek, dan sayuran.
Penuh dengan Sodium
Sodium adalah mineral yang penting untuk tubuh dapat berfungsi baik. Namun, terlalu banyak sodium dari kelebihan garam dalam makanan tidak baik untuk kesehatan Anda.
Salah satu kontributor terbesar asupan sodium dalam makanan adalah makanan olahan, termasuk makanan kemasan seperti mie ramen instan.
Kekurangan konsumsi sodium telah dikaitkan dengan berbagai efek samping. Akan tetapi terlalu banyak mengonsumsi sodium pun dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Misalnya, melakukan diet tinggi garam telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung, penyakit jantung dan stroke.
Terlebih lagi, pada orang-orang tertentu yang dianggap sensitif terhadap garam, diet tinggi sodium dapat meningkatkan tekanan darah, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung dan ginjal.
Mie ramen instan mengandung sodium yang sangat tinggi, dengan satu paket mengandung 1.760 mg natrium, atau 88% dari rekomendasi 2 gram yang disarankan oleh WHO.
Mengandung MSG dan TBHQ
Seperti banyak makanan olahan, mie ramen instan mengandung bahan-bahan seperti penambah rasa dan pengawet, yang dapat membahayakan kesehatan Anda.
Tersier butylhydroquinone , atau yang lebih dikenal sebagai TBHQ adalah bahan umum dalam mie ramen instan. Ini merupakan pengawet yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mencegah pembusukan makanan olahan.
Sementara TBHQ dianggap aman dalam dosis yang sangat kecil, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan kronis terhadap TBHQ dapat menyebabkan kerusakan neurologis, meningkatkan risiko limfoma dan menyebabkan pembesaran hati.
Plus, beberapa orang yang terpapar TBHQ telah mengalami gangguan penglihatan, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengawet ini dapat merusak DNA.
Bahan kontroversial lainnya yang ditemukan di sebagian besar merek mie ramen instan adalah monosodium glutamate (MSG). Ini merupakan zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan rasa makanan gurih dan membuatnya lebih enak.
Orang-orang tertentu mungkin lebih sensitif terhadap MSG daripada yang lain. Konsumsi bahan pengawet ini telah dikaitkan dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, mual, tekanan darah tinggi, kelemahan, otot tegang.
Meskipun bahan-bahan ini telah dikaitkan dengan beberapa efek kesehatan yang merugikan dalam dosis besar, makanan ini masih tergolong aman apabila dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit.
Namun, bagi mereka yang sangat sensitif terhadap aditif seperti MSG, sebaiknya menghindari mie ramen instan, serta makanan olahan lainnya.
Cara membuat Mie Ramen lebih sehat
Bagi mereka yang menikmati makan mie instan, ada beberapa cara untuk membuat hidangan yang nyaman ini lebih sehat.
- Tambahkan sayuran: Menambahkan sayuran segar atau dimasak seperti wortel, brokoli, bawang atau jamur ke mie ramen instan akan membantu menambah nutrisi yang kurang dari mie ramen biasa.
- Tambahkan protein: Karena mie ramen rendah protein, tambahkan dengan telur, ayam, ikan atau tahu akan menyediakan sumber protein yang akan membuat Anda kenyang lebih lama.
- Pilih versi rendah sodium: Mie ramen instan tersedia dalam pilihan rendah sodium, yang dapat memotong kandungan garam dari hidangan secara drastis.
- Singkirkan paket rasa: Buat kaldu Anda sendiri dengan mencampur kaldu ayam rendah sodium dengan rempah-rempah segar dan rempah-rempah untuk versi mie ramen yang lebih sehat dan rendah sodium.
Walaupun mie ramen instan merupakan sumber karbohidrat murah, ada banyak pilihan karbohidrat sehat dan terjangkau lainnya di luar sana, seperti nasi merah, gandum dan kentang.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.