Tidak dipungkiri bahwa wanita yang menderita HIV, memiliki risiko yang cukup tinggi untuk menularkan infeksi HIV pada bayi selama masa kehamilan, selama persalinan, dan, ketika menyusui.
Mengurangi Risiko Penularan HIV ke Bayi
1. Minum obat HIV
Untungnya, penggunaan obat HIV tertentu selama kehamilan dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi.
Seorang wanita yang terinfeksi HIV harus berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam yang ahli mengenai HIV dan dokter kandungan sebelum mencoba hamil.
Walaupun sebagian besar obat-obatan aman digunakan selama kehamilan, dan sebagian besar wanita tidak perlu mengganti obat ketika mereka hamil, tetapi idealnya hal ini harus dibahas sebelum kehamilan.
Penting bagi seorang wanita hamil dengan HIV positif untuk minum obat HIV secara teratur.
Wanita dengan muatan virus yang rendah, memiliki risiko yang jauh lebih rendah untuk menularkan HIV ke bayi mereka daripada wanita yang memiliki muatan virus yang tinggi.
2. Operasi sesar
Risiko penularan dari ibu ke anak pada perempuan terinfeksi HIV dengan muatan virus yang tinggi dapat dikurangi dengan melakukan operasi sesar sebelum persalinan dan sebelum pecah ketuban, bersamaan dengan penggunaan terapi antiretroviral ibu peripartum.
Walaupun operasi sesar adalah metode yang memiliki risiko penularan penyakit HIV yang paling rendah, bukannya tidak mungkin bagi seorang wanita yang terinfeksi HIV dapat melahirkan normal.
Hal yang Perlu Diperhatikan Jika Ibu Positif HIV Melahirkan Secara Normal
Menurut American College Obstetricians, Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, jika seorang wanita dengan HIV positif ingin melahirkan secara normal :
- Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan wanita hamil yang terinfeksi HIV yang dengan terapi antiretroviral (cART) memiliki risiko penularan ibu-ke-bayi 1-2% atau lebih rendah, jika muatan virus di dalam tubuh sang ibu kurang dari 1.000 salinan. / mL.
- Seorang wanita hamil yang terinfeksi HIV harus menerima terapi antiretroviral selama kehamilan sesuai dengan pedoman yang digunakan untuk orang dewasa. Tingkat plasma asam ribonukleat HIV (RNA) plasma pada wanita hamil harus dipantau pada kunjungan prenatal awal, 2-4 minggu setelah memulai rejimen pengobatan menggunakan ART, hingga level RNA tidak terdeteksi; dan kemudian setidaknya dilakukan setiap 3 bulan selama kehamilan.
- Wanita hamil yang terinfeksi HIV yang muatan virusnya lebih dari 1.000 salinan. / mL pada saat hampir melahirkan, terlepas dari terapi antepartum antiretroviral, atau yang kadarnya tidak diketahui, harus dikonseling mengenai manfaat potensial dari persalinan sesar untuk mengurangi risiko penularan dari ibu ke anak. Pasien-pasien ini juga harus menerima AZT intravena (ZDV), idealnya 3 jam sebelum operasi sebagai dosis awal intravena 1 jam (2 mg / kg), diikuti dengan infus kontinu selama 2 jam (1 mg / kg / jam) hingga obat mencapai kadar yang diinginkan dalam tubuh.
- Terlepas dari hasil viral load ibu sebelum melahirkan, perencanaan untuk perawatan dan manajemen semua bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV harus dimulai dengan penyedia perawatan anak yang berpengalaman dalam memulai dan memantau kelanjutan terapi profilaksis HIV untuk neonatus dan bayi yang berisiko. Idealnya proses ini harus dilakukan sebelum proses kelahiran, tetapi bisa dilakukan segera setelah proses kelahiran.
- Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati HIV mungkin memiliki interaksi yang signifikan dengan obat yang digunakan selama persalinan dan melahirkan, khususnya uterotonik. Penggunaan bersamaan methergine atau ergotamin lainnya dengan protease inhibitor atau cobicistat, atau keduanya, telah dikaitkan dengan respon vasokonstriktor (penyempitan pembuluh darah) yang berlebihan.
- Keinginan pasien dalam membuat keputusan mengenai metode persalinan harus dihormati. Setelah mendapatkan edukasi, seorang pasien dapat memutuskan metode persalinan apa yang ingin mereka pilih, terlepas dari muatan virus yang terdapat di dalam tubuhnya.
- Yang perlu Anda ingat adalah skrining cepat selama proses persalinan dan melahirkan atau selama periode postpartum segera perlu dilakukan untuk wanita yang tidak memiliki hasil pemeriksaan yang jelas dalam kehamilan atau yang status HIV-nya tidak diketahui. Hasil pemeriksaan skrining harus tersedia 24 jam pasca seorang ibu datang ke rumah sakit.
- Durasi pecahnya selaput sebelum persalinan bukan merupakan faktor risiko independen yang dapat menyebabkan penularan ibu-anak pada wanita yang dinyatakan memiliki kadar muatan virus yang rendah.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.