Seperti yang kita ketahui, banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan tembakau. Merokok menyebabkan penyakit jantung, paru-paru dan kanker kerongkongan.
Selain itu, beberapa penelitian telah mengidentifikasi bahwa merokok merupakan salah faktor risiko terjadinya osteoporosis dan patah tulang.
Merokok dan Osteoporosis
Rokok pertama kali diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya osteoporosis sekitar lebih dari 20 tahun yang lalu. Studi terbaru menunjukkan hubungan langsung antara penggunaan tembakau dan penurunan kepadatan tulang.
Sulit untuk menentukan apakah penurunan kepadatan tulang disebabkan oleh merokok itu sendiri atau karena faktor risiko lain yang umum ditemukan di kalangan perokok.
Sebagai contoh, dalam kebanyakan kasus perokok lebih kurus daripada yang bukan perokok, perokok juga cenderung minum lebih banyak alkohol, atau seorang perokok mungkin kurang aktif secara fisik, dan memiliki pola makan yang buruk.
Wanita yang merokok juga cenderung mengalami menopause lebih awal daripada wanita yang bukan perokok. Faktor-faktor ini menempatkan perokok pada peningkatan risiko terjadinya osteoporosis terlepas dari kebiasaan merokok itu sendiri.
Selain itu, sebagian besar penelitian mengenai efek merokok menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko terjadinya patah tulang. Tidak semua penelitian mendukung temuan ini, tetapi bukti semakin meningkat. Sebagai contoh:
Semakin lama Anda merokok dan semakin banyak rokok yang Anda konsumsi, semakin besar pula risiko terjadinya patah tulang di usia tua.
Perokok yang mengalami patah tulang mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh daripada yang bukan perokok dan mungkin mengalami lebih banyak komplikasi selama proses penyembuhan.
Kehilangan tulang yang signifikan telah ditemukan pada wanita yang lebih tua dan pria yang merokok.
Setidaknya satu studi menunjukkan bahwa paparan asap rokok selama masa muda dan dewasa awal dapat meningkatkan risiko berkurangnya kepadatan tulang.
Wanita yang merokok biasanya menghasilkan lebih sedikit estrogen (hormon seks) dan cenderung mengalami menopause lebih awal daripada wanita yang bukan perokok, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penipisan tulang.
Berhenti merokok tampaknya mengurangi risiko penipisan tulang dan patah tulang. Namun, mungkin perlu beberapa tahun untuk menurunkan risiko tersebut pada bekas perokok.
Mengapa merokok bias merusak Kesehatan Tulang?
Nikotin dan racun yang terkandung di dalam rokok mempengaruhi kesehatan tulang dari berbagai sudut. Asap rokok menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar.
Radikal bebas adalah molekul yang menyerang pertahanan alami tubuh yang dapat menyebabkan reaksi berantai kerusakan di seluruh tubuh, termasuk kerusakan sel, organ, dan hormon yang terlibat dalam menjaga kesehatan tulang.
Racun yang terkandung di dalam rokok mengganggu keseimbangan hormon (seperti estrogen) yang dibutuhkan tulang agar tetap kuat.
Zat yang terkandung di dalam rokok dapat memicu hati untuk menghasilkan lebih banyak enzim penghancur estrogen, yang juga dapat menyebabkan tulang keropos tulang. Merokok membuat pengeroposan tulang semakin parah pada tahun-tahun setelah menopause.
Merokok juga memicu perubahan lain yang dapat merusak tulang, seperti peningkatan kadar hormon kortisol, yang menyebabkan kerusakan tulang. Penelitian juga menunjukkan bahwa merokok dapat menghambat hormon kalsitonin, yang membantu membangun tulang, sehingga hormon ini tidak bisa melakukan tugasnya.
Selain itu, Nikotin dan radikal bebas membunuh osteoblas yang merupakan sel pembuat tulang. Merokok juga merusak pembuluh darah, sehingga mengurangi pasokan oksigen dalam tulang dan menghambat proses penyembuhan pada kasus-kasus patah tulang.
Merokok dapat merusak pembuluh darah dan juga merusak persarafan di jari kaki dan kaki, yang dapat meningkatkan resiko terjatuh dan patah tulang. Sehingga menyebabkan seorang perokok memiliki resiko dua kali lipat mengalami patah tulang.
Jika Anda berhenti merokok, apakah bias meningkatkan kesehatan tulang?
Membangun tulang adalah proses yang lambat, dan butuh waktu lama untuk memperbaiki kerusakan, sehingga beberapa kerusakan mungkin tidak dapat dipulihkan. Semakin lama dan semakin banyak jumlah rokok yang Anda konsumsi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pulih.
Tapi, sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2006 di Journal of Women's Health: Setelah satu tahun tanpa merokok, sekelompok wanita pascamenopause telah meningkatkan kepadatan tulang, dibandingkan dengan wanita yang terus merokok.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.