Akhir- akhir ini di Indonesia sering sekali kita mendengar kalimat “ Waspada Wabah Difteri”.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa, dan apabila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini akan berdampak buruk pada kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu ada baiknya kita mengetahui apa sebenarnya penyakit difteri ini. Kenalilah gejala-gejalanya dan tindakan apa saja yang harus segera Anda dilakukan agar orang yang Anda sayangi terutama anak-anak Anda dapat terhindar dari penyakit ini. Berikut penjelasannya!
Apa Itu Difteri?
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini menghasilkan toksin yang bisa membahayakan atau menghancurkan jaringan dan organ tubuh manusia.
Salah satu jenis difteri yang sering dijumpai yaitu difteri yang dapat merusak tenggorokan dan kadang-kadang dapat merusak atau menyerang amandel (tonsil). Ada juga difteri dengan tipe lain, yang umummnya terjadi di daerah tropis,yang biasanya dapat menyebabkan bisul pada kulit (cutaneous diphteri).
Difteria dapat menyerang orang dari segala usia, namun paling sering menyerang anak- anak yang tidak diimunisasi.
Apa yang Menyebabkan Difteri pada anak?
Bakteria difteri bisa masuk ke tubuh melalui hidung dan mulut. Bisa juga masuk melalui sela-sela di kulit. Bakteri ini tertular dengan cara terhirupnya udara yang mengandung bakteri difteri dari orang yang telah terinfeksi ,terutama pada saat orang tersebut batuk, bersin, atau tertawa.
Apa Saja Gejala-gejala Difteri pada Anak?
Gejala difteri biasanya terjadi 2 sampai 5 hari maksimal 10 hari setelah kontak dengan orang yang terinfeksi (masa inkubasi) . Gejala ini biasanya tidak spesifik dan terkadang hanya muncul seperti infeksi pernafasan atas (ISPA) . Gejala yang paling umum terjadi adalah seperti di bawah ini.
Gejala umum difteri pernafasan dapat meliputi:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Muncul selaput putih pada langi-langit (pseudomembran) merupakan kumpulan bakteri,sel-sel mati, sel darah putih dan eritrosit
- Pembengkakan atap mulut (langit-langit mulut)
- Suara serak
- Suara nafas yang nyaring terdengar (stridor)
- Pembesaran kelenjar getah bening di leher (bull neck)
- Kesulitan menelan
- Kesulitan bernafas seperti sesak atau mengi
Gejala kulit pada penyakit difteri biasanya lebih ringan dan mungkin terdapat nyeri, kemerahna, bengkak dan luka . Pastikan jika terdapat gejala-gejala seperti diatas segera periksakan anak Anda ke dokter untuk diagnosis.
Bagaimana Mengobati Penyakit Difteri pada Anak?
Pengobatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum anak Anda. Ini juga akan tergantung pada seberapa parah kondisinya.
Obat penurun panas dibutuhkan agar anak Anda tidak mengalami komplikasi kejang.
Anak yang terkena difteri harus diberi difteri antitoksin dan antibiotik, seperti eritromisin atau penisilin. Mereka harus diisolasi agar tidak menularkan penyakit difteri ini ke orang lain . Untuk mengkonfirmasi diagnosis, petugas kesehatan atau dokter harus mendapatkan kultur tenggorokan dari kasus pasien.
Namun, pengobatan terhadap penyakit ini harus segera dimulai tanpa menunggu hasil kultur yaitu dengan menggunakan antibiotik berdasarkan peta kuman.
Obat antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati difteri pernafasan sesegera mungkin, sebelum racun atau toksin dilepaskan ke dalam darah. Antitoksin bisa diberikan bersamaan dengan antibiotik, jika diperlukan.
Bicarakan dengan dokter anak Anda tentang risiko, manfaat, dan kemungkinan efek samping dari semua obat-obatan yang diberikan.
Jika anak Anda mengalami masalah pernapasan atau sulit untuk bernafas , anak Anda mungkin memerlukan mesin pernapasan (ventilator mekanis).
Sebuah tabung pernapasan yang dimasukkan di bagian depan tenggorokan dalam sebuah tindakan operasi kecil. Tindakan Ini biasa disebut dengan trakeostomi. Alat ini akan dibiarkan menempel pada tenggorokan selama anak Anda membutuhkannya dan dapat pula dilepas apabila ada perbaikan.
Apa Kemungkinan Komplikasi Penyakit Difteri yang Dapat Terjadi pada Anak?
Komplikasi yang paling parah dari difteri adalah obstruksi pernapasan yang diikuti oleh kematian. Komplikasi dari difteri dapat meliputi:
- Pemblokiran jalan nafas (gagal nafas)
- Kerusakan otot jantung (miokarditis)
- Kerusakan saraf (polyneuropathy)
- Hilangnya kemampuan bergerak (kelumpuhan)
- Infeksi paru-paru (gagal napas atau pneumonia)
- Syok septik
- Infeksi organ lain seperti limpa, sistem saraf pusat, atau jaringan jantung.
Bagi sebagian orang, difteri bisa mengakibatkan kematian. Bahkan dengan pengobatan, sekitar 1 dari 10 pasien difteri meninggal dunia. Tanpa pengobatan, sebanyak 1 dari 2 pasien bisa meninggal akibat penyakit difteri.
Seorang anak yang mengalami difteri mungkin dapat meninggal karena kehilangan nafas, hal ini dapat terjadi jika penyakit ini menghalangi atau menyumbat tenggorokan anak.
Masalah lain yang mungkin dapat terjadi pada penyakit difteri pernafasan adalah gagal ginjal atau jantung. Hal ini bisa disebabkan oleh toksin atau racun difteri yang dilepaskan didalam darah.
Bagaimana Prognosis dari Penyakit Difteri?
Prognosis dari penyakit difteri dapat tergolong baik hingga buruk , tergantung pada seberapa awal infeksi yang ditangani oleh pasien, dan bagaimana pasien merespons pengobatan.
Jika pada pasien terdapat sepsis atau bakteremia, atau jika ada keterlibatan infeksi pada jantung, prognosis biasanya buruk. Angka kematian tertinggi pada penyakit ini biasanya pada pasien berusia kurang dari 5 tahun dan pada pasien berusia di atas 40 tahun.
Tingkat kematian rata-rata adalah sekitar 5% -10%.
Bagaimana Mencegah Terjadinya Difteri pada Anak ?
Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit difteri adalah mempertahankan tingkat imunisasi yang tinggi di kalangan masyarakat. Vaksin difteri diberikan pada bulan ke 2,4 dan 6 , 4-6 tahun dan 15-18 tahun.
Kombinasi vaksin ini juga melindungi anak Anda terhadap tetanus dan pertusis yang disebut DPT. Vaksin ini terdiri dari 2 jenis yaitu yang menimbulkan demam (DPTwhole) dan jarang atau sedikit menimbulkan deman (DPTaseluler).
Baru-baru ini, beberapa negara telah menggunakan vaksin kombinasi yang mencakup vaksin untuk difteri, tetanus, pertusis, vitamin A (HepB), dan kadang-kadang Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Di Indonesia bernama Pentabio (mengandung DPT whole) dan Infarix atau Hexaxim (DPTaselular)
Kira-kira setiap sepuluh tahun, dosis booster dari vaksin dewasa, vaksin toksin tetanus-diphtheria (Td), mungkin akan diperlukan untuk menjaga kekebalan tubuh.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.