Bagi perokok tembakau, munculnya rokok elektrik atau yang lebih dikenal dengan vape membawa angin segar bagi mereka yang kesulitan berhenti merokok.
Sensasi yang diberikan oleh vape sama dengan kenikmatan yang diberikan rokok tembakau, namun dengan nol risiko. Ini terjadi karena Anda hanya menghirup uapnya saja dengan sisa nikotin yang sedikit.
Walaupun pemakaian vape dirasa aman, tidak sedikit yang mencurigai tentang bahaya yang ditimbulkan. Bagaimanapun juga proses vaping juga melibatkan nikotin yang tentunya tidak baik bagi kesehatan paru-paru. Nah, untuk mengetahui bahaya vaping secara menyeluruh, simak ulasannya dibawah ini.
Vaping Memicu Peradangan pada Paru-paru
Menggunakan vape bagi sebagian besar orang terlihat aman karena tanpa kandungan tembakau sama sekali. Namun fakta berkata lain, ada beberapa masalah kesehatan yang muncul usai menghisap vape.
Data penelitian menunjukkan, pengidap asma yang menghisap vape akan terkena peradangan paru-paru yang cukup parah. Vape akan merusak fungsi paru-paru dan hanya butuh waktu 30 menit saja. Efek jangka pendek yang dihasilkan lebih berbahaya dari rokok tembakau dan dapat memicu penyakit paru.
Vaping Dapat Menyebabkan Kanker
Penyebab kanker sebenarnya tidak hanya berasal dari nikotin, tapi juga asap yang dihasilkan ketika rokok dinyalakan. Tidak hanya menyebabkan penyakit kanker, rokok tembakau juga bisa memicu masalah kesehatan lainnya seperti jantung dan juga paru. Karena alasan inilah banyak perokok yang berusaha berhenti dengan beralih menggunakan vape.
Namun fakta berkata lain. Nyatanya Vape juga bisa memicu kanker. Anggapan bahwa Anda hanya menghirup uap air dan jejak nikotin saja tidak sepenuhnya benar.
Cairan vape yang terdiri dari campuran nikotin, gliserol, dan perasa akan dipanaskan menggunakan tenaga baterai pada suhu yang lebih rendah. Dengan kinerja seperti ini racun yang dilepaskan tidak begitu banyak.
Tapi uap vape mengandung bahan kimia yang bisa menyebabkan kanker seperti formalin, aldehida, dan logam seperti nikel. Semakin tinggi tegangan baterai, maka semakin banyak pula bahan kimia yang dilepaskan.
Tingkat emisi yang dihasilkan oleh vape pun beragam. Jika rokok elektrik sudah lama digunakan, maka semakin banyak pula bahan kimia yang dilepaskan. Semua zat kimia tersebut bersifat karsinogen yang dapat mengiritasi pernapasan.
Sel-sel tubuh yang terpengaruh asap vape akan mengalami kerusakan dan tidak bisa bekerja dengan maksimal. Kondisi inilah yang kemudian disebut dengan kanker.
Aturan Mengenai Vape Masih Belum Ada
BPOM RI tidak mengatur pemakaian rokok elektrik. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh produsen vape untuk melakukan penjualan tanpa banyak pengawasan mengenai kadar nikotin dan bahan kimia lainnya yang ada di cairan vape.
Data yang ada saat ini menunjukkan bahwa vape menghasilkan racun yang lebih rendah. Jadi risiko masalah kesehatan yang ditimbulkan juga lebih rendah ketimbang rokok tembakau.
Perkembangan beberapa penyakit berbahaya seperti kanker, paru-paru, dan jantung juga membutuhkan waktu yang lama. Pemakaian vape tidak langsung menunjukkan gejala dalam waktu yang singkat.
Disamping itu sebagian besar pengguna rokok elektrik adalah mantan perokok tembakau. Jadi akan sulit mengambil kesimpulan apakah beberapa masalah kesehatan tersebut disebabkan oleh vape ataukah dari rokok tembakau.
Sampai saat ini belum ada hasil akurat yang menunjukkan efek jangka panjang dari pemakaian vape. Namun begitu, menjaga kesehatan merupakan hal yang mutlak dilakukan dan salah satu caranya adalah menghindari rokok.
Meski vape mengandung risiko yang kecil, namun ada baiknya Anda tetap waspada agar bisa terbebas dari penyakit mematikan seperti kanker dan penyakit jantung.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.