Kualitas udara Jakarta dinyatakan tidak sehat. Bahkan per hari Selasa (25/6) kemarin, Jakarta disebut-sebut sebagai kota paling polusi sedunia karena indeks kualitas udara (AQI) mencapai 240 atau masuk ke kategori sangat tidak sehat (very unhealthy).
Sementara untuk nilai konsentrasi partikulat (PM) 2.5, Kota Jakarta menyentuh angka di atas 100 µg/m3. Hal ini menandakan bahwa udara Jakarta tak lagi sehat, sehingga Anda wajib memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan.
Apa itu AQI?
Air Quality Index atau AQI adalah indeks yang digunakan aplikasi AirVisual untuk mengukur tingkat keparahan polusi udara di sebuah kota. Indeks ini merupakan gabungan dari 6 polutan utama, yaitu PM2.5, PM10, karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) di permukaan tanah.
Rentang nilai AQI adalah 0-500. Semakin tinggi nilai AQI, maka semakin parah pula tingkat polusi udara di kota tersebut dan efeknya pun semakin berbahaya.
Supaya lebih jelas, berikut nilai AQI berdasarkan kategorinya:
0-50: Baik (hijau)
Kualitas udara dianggap sangat baik alias minim polusi. Kandungan oksigen di udara masih sangat banyak sehingga risiko gangguan kesehatan yang muncul sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dengan nilai AQI yang seperti ini, setiap orang bisa bebas beraktivitas di luar rumah dan menghirup udara segar. Anda bahkan dianjurkan untuk membuka jendela dan ventilasi rumah dengan lebar supaya oksigen bisa masuk.
51-100: Sedang (kuning)
Kadar polusi udara masih bisa ditolerir karena tergolong rendah. Namun, beberapa zat polutan tetap dapat memengaruhi kesehatan bagi sebagian orang. Contohnya, orang yang sensitif terhadap ozon mungkin saja mengalami gejala gangguan pernapasan, meskipun tergolong ringan.
Selama tingkat polusi udara masih dalam kategori sedang, Anda masih bisa beraktivitas di luar rumah dengan leluasa. Bukalah jendela dan ventilasi rumah Anda lebar-lebar supaya rumah dipenuhi dengan oksigen.
Baca Selengkapnya: Gejala dan Ciri-Ciri Penyakit Paru-Paru Sesuai Jenisnya
101-150: Tidak sehat untuk kelompok sensitif (oranye)
Masyarakat umum yang tubuhnya fit mungkin tidak terpengaruh dengan nilai AQI ini. Akan tetapi, efek polusi udara bisa dirasakan oleh orang-orang yang tubuhnya rentan, mulai dari anak-anak, lansia, orang yang sensitif terhadap ozon, hingga penderita penyakit paru-paru atau gangguan pernapasan lainnya.
Jika Anda termasuk salah satunya, sebaiknya hindari terlalu banyak aktivitas di luar rumah. Gunakan masker selama berada di luar dan nyalakan humidifier untuk membantu melembapkan udara dalam rumah.
151-200: Tidak sehat untuk semua orang (merah)
Ketika kadar polusi udara mulai mencapai 151-200, seluruh masyarakat perlu waspada. Pasalnya, partikel-partikel yang berkeliaran di udara dapat membahayakan kesehatan semua orang tanpa terkecuali.
Sebelum pergi ke luar rumah, sebaiknya gunakan masker terlebih dahulu. Bila tidak ada kepentingan, sebaiknya hindari beraktivitas terlalu lama di luar ruangan.
201-300: Sangat tidak sehat (ungu)
Menurut aplikasi AirVisual, suatu kota dinilai memiliki udara yang buruk jika angka AQI-nya berada dalam rentang 201-300. Kondisi ini perlu diwaspadai karena efek polusi udara bisa sangat membahayakan kesehatan.
Supaya tubuh tidak ikut tercemar, Anda wajib memakai masker selama berada di luar ruangan meskipun hanya sebentar. Kurangi aktivitas di udara terbuka jika memungkinkan.
301-500: Berbahaya (merah tua)
Rentang AQI 301-500 merupakan puncak bahaya polusi udara. Pasalnya, kondisi ini menandakan bahwa udara sudah sangat tercemar dan bisa membahayakan jantung dan paru-paru. Setiap orang dianjurkan tetap di dalam rumah dan menutup semua jendela untuk mencegah udara kotor masuk.
Apa itu PM2.5?
PM 2.5 termasuk salah satu parameter yang terlibat dalam nilai AQI. Melansir dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Particulate Matter atau PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer), atau sekitar 3% dari diameter rambut manusia.
Selain dari asap kendaraan bermotor, paparan PM2.5 juga bisa berasal dari hasil pembakaran kayu, kebakaran hutan, atau cerobong asap pabrik. Bahkan, partikel PM2.5 juga terkandung di dalam asap rokok, asap hasil memasak (goreng maupun bakar), membakar lilin atau minyak lampu, hingga asap perapian.
Baca Juga: 7 Akibat Menghirup Kabut Asap yang Penting Diketahui
Mengacu pada standar WHO, batas aman tahunan PM2.5 adalah 10 µg/m3 dan batas aman hariannya 25 µg/m3. Semakin besar angka PM2.5, maka partikel-partikelnya dapat membuat udara tampak lebih pekat sehingga mengurangi jarak pandang manusia. Begitu juga dengan risikonya pada kesehatan.
Penggunaan masker memang bisa sedikit membantu mencegah paparan polusi udara ke dalam tubuh. Namun sayangnya, ukurannya yang begitu kecil membuat partikel PM2.5 mampu menembus masker yang biasa Anda pakai.
Dalam jangka pendek, paparan partikel PM2.5 dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan hingga memicu batuk, bersin, pilek, dan sesak napas. Hal ini umumnya dialami oleh orang-orang yang tubuhnya rentan seperti anak-anak dan lansia.
Semakin lama dibiarkan, partikel PM2.5 ini dapat menumpuk di paru-paru dan mulai memunculkan penyakit. Sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa paparan partikel PM2.5 jangka panjang dapat mengakibatkan bronkitis kronis, penurunan fungsi paru-paru, kanker paru-paru, hingga penyakit jantung.
Baca Selengkapnya: Waspadai Risiko Pencemaran Udara
Apa itu PM10?
Pada dasarnya, PM10 tidak jauh berbeda dengan PM2.5. Keduanya sama-sama parameter yang turut memengaruhi indeks kualitas udara (AQI), bedanya hanya pada ukuran partikel udaranya saja.
Particulate Matter atau PM10 adalah partikel udara yang ukurannya 10 mikron (mikrometer). Paparan PM10 umumnya berasal dari debu, diesel truk, pembangkit listrik, tungku kayu, dan sebagainya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, batas aman harian PM10 adalah 150 µg/m3. Semakin banyak jumlah PM10 yang masuk, maka efeknya bagi kesehatan tentu akan semakin buruk.
Penderita penyakit jantung atau paru-paru, lansia, dan anak-anak paling rentan terkena paparan polusi. Bagi orang-orang yang tubuhnya fit atau sehat, mereka juga bisa saja jatuh sakit akibat terkena polusi.
Apalagi jika Anda terkena polusi terus-menerus dan tidak menggunakan pelindung masker, tubuh Anda lama-kelamaan akan mengalami gejala berikut:
- Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan
- Batuk dan sesak napas
- Penurunan fungsi paru-paru
- Detak jantung tidak teratur
- Serangan asma
- Serangan jantung
- Kematian diri, terutama bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru
Walaupun udara di luar tampak bersih atau jernih, sebaiknya tetap gunakan masker kemana pun Anda pergi. Hal ini dapat membantu melindungi tubuh Anda dari paparan polusi yang bisa membahayakan kesehatan.
Baca Juga: Polusi Jakarta Memburuk, Harus Pakai Masker Anti Polusi yang Mana?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.