Batuk adalah salah satu kondisi menyebalkan yang membuat aktivitas tidak nyaman. Apalagi kalau hal ini sudah terjadi dalam jangka waktu lama dan tak kunjung sembuh. Bila Anda mengalaminya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hati-hati, mungkin Anda mengalami gejala batuk rejan.
Apa itu batuk rejan?
Batuk rejan adalah istilah bahasa indonesia yang menggambarkan kondisi batuk yang berupa suara "rejan", atau dalam istilah medis disebut dengan pertusis. Batuk pertusis dapat disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, B. parapertussis, B. bronchiseptica.
Batuk pertusis juga dikenal dengan istilah batuk 100 hari, karena memang gejala batuk yang panjang dan butuh waktu yang lama untuk sembuh - walaupun tidak benar-benar pas 100 hari. Masa inkubasi setelah anak terpapar bakteri tersebut antara 6-21 hari, atau rata-rata 7-10hari sebelum muncul demam atau gejala lainnya.
Batuk rejan cenderung mudah menyebar atau menular ke segala usia. Ketika Anda menghirup droplet berisi bakteri pertusis dari si penderita, baik lewat batuk atau bersin, maka bakteri tersebut bisa masuk ke tubuh dan menginfeksi tubuh Anda. Alhasil, Anda pun berisiko ketularan batuk rejan alias pertusis.
Selain lewat batuk atau bersin, seseorang juga bisa tertular batuk 100 hari ini lewat kontak langsung dengan penderita lewat berjabat tangan. Jika tangannya kotor terkena cairan dari hidung atau tenggorokan yang terinfeksi, kemudian Anda meletakkan tangan ke area wajah, maka siap-siap saja Anda bisa ketularan.
Faktor higienitas lingkungan yang buruk juga dapat mempercepat terjadinya penularan. Begitu juga bila Anda melewatkan vaksinasi DPT, hal ini berpotensi meningkatkan risiko Anda mengalami batuk rejan atau pertusis.
Apa saja gejala batuk rejan?
Batuk rejan ditandai dengan suara yang khas, yaitu suara yang melengking atau menggonggong. Saking kuatnya batuk, muka Anda juga akan tampak kemerahan.
Beda dengan batuk biasa, gejala batuk rejan juga akan membuat Anda kesulitan menarik napas di antara periode batuk. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya suara melengking saat Anda menarik napas.
Itulah sebabnya, batuk rejan juga biasa disebut dengan whooping cough. Di akhir batuk, penderita juga dapat mengalami muntah karena pengaruh batuknya.
Gejala batuk rejan yang khas tersebut dapat dialami sejak usia anak-anak di atas 6 bulan. Pada bayi yang usianya kurang dari 6 bulan, suara melengking cukup jarang ditemukan. Karena bisa dialami sejak bayi, Anda perlu lebih waspada karena di usia itulah anak-anak berisiko mengalami komplikasi komplikasi pertusis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Cara Mengobati Batuk pada Bayi dan Anak
Sementara pada orang dewasa, gejala batuk pertusis biasanya hanya ditandai dengan batuk kering yang disertai napas melengking. Jenis batuk ini umumnya akan sembuh dalam 6-8 minggu, walaupun sudah diobati dengan antibiotik.
Namun, pada sebagian kasus, batuk rejan bisa mencapai 3 bulan atau lebih. Itulah sebabnya pertusis ini disebut juga dengan batuk 100 hari.
Secara umum, gejala pertusis muncul dalam 3 tahap. Dua tahap pertama merupakan periode yang sangat menular sehingga harus diwaspadai sejak awal. Berikut penjelasannya:
Pertusis tahap 1 (1-2 Minggu): Periode katarlis
Gejala pertusis pada 1-2 minggu pertama disebut dengan periode katarlis. Sekilas, gejala batuk rejan di awal kemunculannya mirip dengan flu biasa, yaitu:
- Ingusan
- Bersin-bersin
- Demam ringan
- Mata merah dan berair
- Secara bertahap memburuk menjadi batuk yang menjengkelkan
Pertussis tahap 2 (2-4 minggu atau lebih): Stadium paroksimal atau spasmodik
Lewat dari 2 minggu menuju 1 bulan, gejala batuk rejan mulai meningkat dan kian mengganggu. Tanda dan gejalanya meliputi:
- Serangkaian batuk tanpa napas. Orang yang sakit bahkan mungkin berhenti bernapas sementara
- Batuk berupa teriakan bernada tinggi
- Pada akhir batuk biasanya terjadi muntah
- Kelelahan karena batuk yang begitu sering
Pada orang dewasa, gejala batuk rejan mungkin mirip dengan bronkitis. Bayi di bawah usia 6 bulan, anak-anak divaksinasi, dan orang dewasa mungkin tidak berteriak keras, atau bahkan tidak sama sekali.
Pertusis tahap 3: Stadium konvalesenses (selama 1-2 minggu)
Memasuki tahap ketiga, gejala batuk rejan umumnya ditandai dengan:
- Batuk cenderung tidak menular pada tahap ini. Episode batuk secara bertahap terjadi lebih jarang dan tidak terlalu parah.
- Setelah pengobatan untuk membunuh bakteri, seseorang dapat terus batuk. Namun, ini merupakan bentuk perbaikan tubuh terhadap kerusakan pada lapisan saluran pernapasan. Batuk mungkin lebih buruk di malam hari.
- Penderita batuk 100 hari juga dapat mengembangkan infeksi pernapasan lain seperti pneumonia.
Apa bahaya atau komplikasi batuk 100 hari?
Dibandingkan orang dewasa, kasus pertusis pada bayi dan anak-anak bisa lebih berbahaya. Bayi berisiko tinggi mengalami komplikasi serius akibat pertusis, yaitu:
- Pneumonia (terjadi pada lebih dari 1/20 anak)
- Kejang
- Kerusakan otak
- Gizi kurang
- Perdarahan
- Hernia
- Kematian
Pada orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh mungkin lebih sulit memerangi infeksi bakteri pertusis dalam tubuhnya. Risiko komplikasi batuk rejan yang mungkin terjadi antara lain:
- Penurunan berat badan karena muntah
- Pneumonia
- Masalah pernapasan yang parah
- Patah tulang rusuk
- Peningkatan nyeri angina
Bagimana cara mengobati batuk rejan?
Sama seperti batuk pada umumnya, batuk rejan atau batuk 100 hari dapat diobati dengan penanganan yang tepat. Cara mengobati batuk rejan adalah sebagai berikut:
- Pemberian antibiotik golongan makrolid atau ampisilin.
- Antibiotik berguna untuk meredakan periode infeksius dan mengurangi tingkat keparahan penyakit.
- Minum antibiotik sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter dan pastikan antibiotik tersebut dihabiskan sesuai anjuran dokter.
- Jika muncul efek samping obat batuk rejan, segera konsultasikan ke dokter.
- Seseorang tidak lagi menular setelah mengonsumsi antibiotik yang tepat selama 5 hari.
- Tanpa antibiotik, seseorang dapat menularkan bakteri batuk rejan selama 3 minggu dari awal gejalanya.
- Tanyakan lebih lanjut pada dokter mengenai jenis obat untuk mengurangi gejala batuknya.
Baca juga: 3 Obat Batuk Berdahak Paling Manjur Sesuai Kondisi
Bagaimana cara mencegah pertusis?
Ingat pepatah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Agar tidak terkena batuk 100 hari, ikuti cara mencegah pertusis seperti berikut ini:
- Hindari penularan dengan memutus mata rantai penyebaran infeksi
- Dapatkan vaksinasi DPT pada bayi, remaja, dan orang dewasa
- Untuk perlindungan penuh terhadap pertusis, bayi dan balita membutuhkan 4 dosis vaksin pertusis mulai usia 2 bulan (dikombinasikan dengan vaksin untuk melindungi terhadap penyakit anak lainnya seperti difteri, tetanus, polio dan Haemophilus influenzae B)
- Anak usia sekolah harus menerima dosis booster ketika mereka berusia 4-6 tahun. Remaja harus menerima booster pada usia 14-16 tahun.
- Lakukan etika batuk yang baik
- Penuhi kebutuhan gizi yang cukup, terutama pada anak
- Menjaga kebersihan dan higienitas yagn baik, salah satunya dengan rajin mencuci tangan
Baca selengkapnya: Etika Batuk dan Bersin Agar Tidak Merugikan Orang Lain
Gejala batuk rejan alias batuk 100 hari memang sangat mengganggu, apalagi jika gejalanya tak kunjung sembuh. Namun, bukan berarti penyakit ini tidak bisa diobati atau dicegah. Yang terpenting, selalu jaga higienitas lingkungan dan lengkapi jadwal vaksinasi sejak bayi. Jika gejala tak kunjung membaik, segera konsultasikan ke dokter.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.