Hingga saat ini pemerintah terus gencar melakukan tracing (pelacakan) dan testing (pemeriksaan) untuk mendeteksi sekaligus memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia. Seseorang yang pernah kontak erat dengan pasien COVID-19 dianjurkan untuk segera melakukan tes COVID-19, baik dengan rapid test, swab antigen, hingga PCR. Sudahkah Anda tahu perbedaan dari ketiganya?
Apa bedanya PCR, swab antigen, dan rapid test?
Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah PCR, swab antigen, dan rapid test, atau mungkin bahkan sudah melakukan salah satu pemeriksaannya. Namun, terkadang ketiga tes COVID-19 ini masih sering menimbulkan pertanyaan di khalayak umum, terutama soal keakuratannya.
Nah, untuk lebih jelasnya, pahami perbedaan PCR, swab antigen, dan rapid test berikut ini:
1. Cara kerja
PCR
Polymerase Chain Reaction atau PCR adalah tes COVID-19 yang dilakukan dengan cara mengambil sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Jenis pemeriksaan bekerja dengan memperbanyak (amplifikasi) DNA invitro secara enzimatis untuk mencari material genetik virus.
Virus yang aktif memiliki material genetik berupa DNA atau RNA. Virus corona SARS-CoV-2 termasuk virus RNA, artinya tubuhnya hanya mengandung materi genetik RNA untuk berkembang biak dan bertahan hidup.
Agar bisa dideteksi dalam tubuh, RNA virus harus diubah dulu menjadi DNA dengan proses transkripsi balik (reverse trancriptase) menggunakan alat PCR. Biasanya, proses ini memakan waktu 6 jam hingga 2 hari sampai bisa menunjukkan ada-tidaknya virus corona dalam tubuh.
Tes PCR bisa dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi, pemeriksaan ini diutamakan untuk orang-orang yang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, pilek, demam, terganggunya indra penciuman atau perasa, hingga sesak napas. Apalagi jika orang tersebut memiliki riwayat kontak langsung dengan pasien COVID-19 sebelumnya.
Baca selengkapnya: Prosedur Tes Corona COVID-19 dengan Metode PCR, Ini Tahapannya
Swab antigen
Beda dengan PCR, swab antigen dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein yang hidup di permukaan virus COVID-19. Jika hasilnya positif, itu artinya ada antigen virus yang sedang menginfeksi tubuh seseorang dan dicurigai sebagai antigen virus corona.
Proses pengambilan sampelnya sama seperti saat Anda melakukan tes PCR. Petugas menggunakan alat seperti cotton bud yang tangkainya cukup panjang untuk mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan.
Setelah itu, alat swab akan dimasukkan ke dalam tabung khusus untuk dicek lebih lanjut di laboratorium. Hasil swab antigen bisa diketahui lebih cepat daripada PCR, biasanya 15-60 menit setelah pemeriksaan.
Rapid test
Rapid test adalah metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi protein antibodi dari sampel darah pasien. Antibodi adalah protein yang terbentuk saat tubuh terinfeksi virus corona maupun patogen lainnya. Jika hasilnya positif, artinya ada 2 kemungkinan yakni antibodi tubuh Anda bereaksi terhadap infeksi virus corona atau malah jenis virus lainnya.
Rapid test dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengambilan sampel darah di ujung jari atau di pembuluh darah di lengan. Jika Anda melakukan rapid test di ujung jari, maka darah Anda akan diteteskan pada alat rapid - mirip seperti pemeriksaan kolesterol atau asam urat. Hasil rapid test jari umumnya akan muncul dalam waktu 10-15 menit, sehingga bisa mencakup banyak orang dalam satu waktu.
Sedangkan jika Anda melakukan rapid test di lengan, maka prosesnya sama seperti saat Anda melakukan tes darah. Darah yang diambil akan diuji di laboratorium untuk mendeteksi antibodi virus. Biasanya, hasil sudah bisa didapatkan minimal 1 jam setelah pengambilan darah.
Baca selengkapnya: Rapid Test untuk Deteksi Virus Corona, Begini Prosedurnya
2. Rasa nyeri
Banyak orang yang menolak tes COVID-19 dengan berbagai alasan. Selain soal biaya dan takut dijemput petugas medis jika terbukti positif COVID-19, masyarakat juga khawatir dengan sensasi nyeri yang ditimbulkan selama pemeriksaan.
Pada dasarnya, kebanyakan rapid test dilakukan dengan mengambil darah di ujung jari. Hal ini sama seperti saat Anda melakukan pemeriksaan gula darah, kolesterol, atau asam urat. Jadi, rasa nyerinya hanya seperti digigit semut dan akan segera hilang.
Lain halnya dengan swab antigen maupun PCR, Anda mungkin akan merasakan sensasi kurang nyaman ketika alat swab masuk ke hidung atau tenggorokan. Biasanya, hal ini disebabkan oleh rasa tegang atau takut pasien sehingga otot-otot tubuh mengencang dan lebih mudah merasakan nyeri selama pemeriksaan berlangsung.
Namun, Anda tak perlu khawatir sebab prosedur ini tidak akan lama, kok. Semakin Anda rileks dan tenang, proses pengambilan sampel akan berjalan cepat dan minim rasa sakit.
3. Akurasi
Dibandingkan tes COVID-19 lainnya, PCR memberikan hasil paling akurat. Pasalnya, jenis pemeriksaan ini menggunakan berbagai reagen dan teknologi canggih yang mampu mendeteksi materi genetik SARS-CoV-2 secara langsung. Tingkat akurasinya mencapai 80-90%.
Karena itulah, tak heran jika CDC menganggap tes PCR sebagai standar emas tes COVID-19. Kekurangannya adalah hasil tes yang keluar lebih lama, sekitar 6 jam hingga 2 hari bahkan bisa sampai seminggu, tergantung kelengkapan alat dan jumlah sampel yang diperiksa.
Tes swab antigen memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan PCR karena menggunakan bahan kimia yang lebih sedikit. Namun, hal tersebut juga membuat hasil pemeriksaan tidak terlalu sensitif dan tidak seakurat PCR. Setengah dari hasil negatif swab antigen dilaporkan tidak akurat atau dengan kata lain sebetulnya menunjukkan positif COVID-19.
Itulah sebabnya, orang yang menunjukkan hasil positif swab antigen dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan PCR untuk memastikan hasilnya. Begitu juga bila hasil swab antigennya negatif, sebaiknya tetap lakukan tes PCR untuk menghindari hasil false negative, apalagi kalau pasien sudah menunjukkan gejala COVID-19.
Sedangkan untuk rapid test, hasil akurasinya berada di bawah swab antigen maupun tes COVID-19 lainnya. Hal ini karena rapid test hanya menunjukkan bahwa tubuh memproduksi antibodi terhadap suatu patogen, tapi tidak bisa dijelaskan apakah itu COVID-19 atau virus corona jenis lainnya. Terlebih, setiap orang bisa memberikan respon antibodi yang berbeda-beda saat terinfeksi penyakit.
Baca juga: Harus Berapa Banyak Virus Corona dalam Tubuh Sampai Bikin Kita Sakit?
Kenapa tes COVID-19 itu penting?
Angka kasus COVID-19 yang terus meningkat membuat pemerintah kian gencar melakukan testing atau pemeriksaan COVID-19 di masyarakat. Namun, sayangnya, hal ini tidak sejalan dengan kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
Padahal, tes COVID-19 itu sangat penting untuk mendeteksi virus corona sejak awal. Apalagi sekarang ini banyak kasus Orang Tanpa Gejala (OTG) yang diam-diam terinfeksi COVID-19, meskipun tampaknya minim gejala atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Hati-hati, hal ini justru berbahaya karena orang yang tidak bergejala sekali pun bisa menularkan virus ke orang lain, sehingga penyebaran virus tentu akan semakin meluas.
Oleh karena itu, jangan lagi takut untuk melakukan tes COVID-19. Tidak masalah jika Anda baru berani melakukan rapid test, meskipun hasilnya tidak seakurat swab antigen maupun PCR.
Justru, jika hasilnya Anda reaktif, Anda bisa melakukan antisipasi dengan isolasi mandiri di rumah. Meskipun belum tentu Anda terjangkit virus corona, setidaknya Anda sudah membentengi diri agar tidak menularkan atau tertular dari orang lain. Hal ini tentu menjadi langkah awal yang baik untuk memutus rantai penularan COVID-19. Lebih baik lagi bila Anda segera melakukan tes PCR untuk memastikan apakah Anda terinfeksi COVID-19 atau tidak.
Baca juga: Seseorang Suspek Virus Corona, Harus Dikarantina atau Isolasi?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.