Bedah saraf adalah sebuah prosedur medis yang mendiagnosa atau mengobati penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf.
Tidak hanya dilakukan pada otak, bedah saraf juga dilakukan pada saraf tulang belakang dan serabut saraf tepi yang tersebar di beberapa bagian tubuh.
Macam-macam teknik bedah saraf
Bedah saraf dilakukan berdasarkan tekniknya, yaitu:
1. Teknik diagnosis
Teknik diagnosis dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya:
- Bedah saraf tumor: dilakukan untuk mendiagnosis dan mengobati tumor pada sistem saraf.
- Bedah saraf vaskular: dilakukan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf yang disebabkan oleh kelainan pembuluh darah otak.
- Bedah saraf fungsional: dilakukan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf karena kelainan fungsi sistem saraf.
- Bedah saraf traumatik: dilakukan untuk mengobati penyakit saraf pada otak dan tulang belakang yang disebabkan oleh cedera tertentu.
- Bedah saraf pediatrik: adalah prosedur bedah saraf yang dilakukan untuk mengobati penyakit saraf pada bayi dan anak-anak.
- Bedah saraf spinalis: dilakukan untuk mengobati penyakit pada tulang belakang.
2. Teknik pengobatan
Teknik dan metode pengobatan bedah saraf dilakukan untuk mengobati penyakit saraf, diantaranya:
1. Stereotactic radiosurgery (SRS)
Metode bedah saraf SRS dilakukan dengan radiasi yang difokuskan pada titik-titik tertentu pada bagian otak. Hal ini bertujuan untuk menghancurkan sel-sel tumor pada otak.
Radiasi yang dipancarkan akan merusak DNA dan membunuh sel-sel tumor. Radiasi yang digunakan dalam SRS bisa berupa:
- Sinar Rontgen
- Gamma
- Tembakan proton
2. Neuroendoskopi
Metode bedah ini dilakukan untuk memantau kondisi saraf secara visual lalu kemudian bisa dilakukan operasi tanpa membuka tulang tengkorak.
Metode ini dilakukan menggunakan endoskop yang dimasukkan lewat hidung atau mulut hingga sampai ke tengkorak. Tujuan dari metode ini adalah untuk:
- Mendiagnosis tumor otak secara visual
- Mengambil sampel jaringan
- Mengangkat tumor
Bedah otak atau kraniotomi
3. Metode bedah ini dilakukan dengan cara:
- Membius total pasien
- Membuka dan mengangkat sebagian kecil tulang tengkorak untuk melakukan tindakan medis pada otak
- Bone flap atau penutup tulang tengkorak tersebut diangkat
- Setelah tulang tengkorak dipotong dan bone flap diangkat, prosedur medis bisa dilakukan oleh dokter
Tujuan dari metode ini adalah untuk:
- Mengangkat tumor
- Membuang abses otak
- Memperbaiki tulang tengkorak
- Membuang gumpalan darah
4. Awake brain surgery
Prosedur ini dilakukan ketika pasien sadar dan obat bius yang diberikan kepada pasien hanyalah obat bius lokal dan obat penenang. Tujuan dari metode ini adalah untuk:
- Mengobati tumor otak
- Kejang epilepsi yang disebabkan oleh bagian otak yang dekat dengan pusat:
- Penglihatan
- Pergerakan anggota badan
- Pusat bicara
Karena kondisi itulah, pasien harus tetap sadar agar bisa memberikan respon pada dokter untuk memastikan lokasi yang tepat.
5. Bedah mikro
Teknik ini menggunakan mikroskop untuk memperbaiki saraf tepi pada bagian organ tubuh yang rusak. Tujuan dari metode ini adalah:
- Memberikan gambaran visual saraf yang sangat halus untuk membantu perbaikan saraf
6. Pemasangan ventriculoperitoneal shunt
VP shunt adalah saluran khusus yang dipasang pada pembedahan untuk: Mengurangi penumpukan cairan otak pada penderita hidrosefalus
Komplikasi bedah saraf
Komplikasi yang dapat terjadi saat operasi maupun setelah operasi bedah saraf, diantaranya:
- Neuroendoskopi:
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kebocoran cairan serebrospinal
- Pendarahan
- Infeksi
- SRS:
- Lemas dan lemah setelah menjalani SRS
- Kulit kepala memerah
- Rambut rontok
- Peradangan otak
- Mual dan muntah
- Kranotomi:
- Terbentuk gumpalan darah
- Kejang
- Otot melemah
- Kelumpuhan
- Awake brain surgery:
- Hilang ingatan
- Stroke
- Meningitis
- Kejang
- Kesulitan bicara dan belajar
- VP shunt:
- Pendarahan
- Infeksi otak
- Kerusakan jaringan otak
Untuk menghindari komplikasi di atas, biasanya pasien akan mendapat perawatan dan pengawasan ketat di rumah sakit sampai diperbolehkan untuk pulang.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.