Penggunaan rokok saat ini tergolong sangat tinggi, terutama di Indonesia Baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua memiliki kebiasaan merokok setiap hari.
Meskipun, merokok menyebabkan banyak risiko kesehatan berupa kanker paru-paru, jantung, impotensi, sampai kehamilan, tetap tidak menjadi penghambat bagi perokok untuk berhenti.
Tak hanya berdampak pada segi fisik, rokok ternyata juga menimbulkan efek samping terhadap psikologis penggunanya. Hal tersebut dialami oleh beberapa orang. Mungkin, ada juga yang memang merasakan dampak emosional akibat merokok, namun lebih memilih untuk membiarkannya.
Nah, sebenarnya bagaimana sih rokok dapat mempengaruhi efek psikologis seseorang? Yuk kita pelajari bersama!
Begini rokok mampu mempengaruhi sisi psikologis seseorang
Tentunya, sudah tidak asing lagi jika rokok mengandung zat berbahaya dan candu yaitu nikotin. Tahukah Anda bagaimana nikotin ini bekerja? Ya, secara langsung, nikotin mempengaruhi kinerja otak sehingga mampu penggunanya candu.
Hingga akhirnya, nikotin tersebut mampu mengubah pola pikir sampai perilaku penggunanya. Lebih parahnya lagi, efek tersebut dapat berlangsung secara permanen. Sebab, setelah masuk ke dalam otak, nikotin akan terakumulasi.
Bagaimana nikotin dapat mencapai otak? Pada dasarnya, nikotin dapat diserap tubuh melalui mukosa mulut. Kemudian, nikotin dapat langsung mencapai otak setelah dihisap hanya dalam waktu 10 detik saja. Apabila semakin banyak rokok yang diserap, maka semakin tinggi pula nikotin yang terjebak dalam otak.
Artinya, perubahan perilaku dan dampak emosional seseorang akibat merokok semakin besar.
Perubahan perilaku akibat merokok
Seseorang yang sudah terlanjur candu terhadap rokok, maka akan merasakan bagaimana efek dari peningkatan dopamin yang berlebih berupa perasaan tenang, bahagia, dan kesenangan saat merokok. Tentunya, perasaan tersebut tidak akan diperoleh ketika tidak menghisap rokok.
Artinya, perokok itu sendiri akan selalu mengusahakan cara untuk bisa merokok. Tanpa disadari, perilakunya berubah jadi lebih agresif dan mudah sekali marah ketika harus menahan untuk merokok. Tentu, perilaku tersebut juga berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya.
Gejala depresi dialami perokok
Depresi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya genetik, lingkungan sosial, sampai kesehatan. Namun, fakta diperoleh dari orang-orang yang sudah mengalami depresi, kebiasaan merokok hanya akan memperparah gejala depresinya. Menurut penelitian, terdapat 30% perokok mengalami depresi.
Proporsi tersebut jauh lebih besar dari populasi individu yang mengalami depresi sebesar 20%. Berikut ini adalah gejala depresi yang diakibatkan oleh aktivitas merokok.
Mood Swing
Mood swing atau perubahan mood seringkali menjadi dampak dari aktivitas merokok. Sebab, salah satu dampak merokok adalah ketergantungan dan efek fisik yang menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang saat merokok dan mood menjadi lebih baik.
Sebaliknya, ketika berhenti merokok, mood berubah drastis menjadi buruk. Inilah yang menyebabkan perokok mengalami depresi.
Perubahan hormon dopamin
Hormon dopamin berpengaruh terhadap perasaan bahagia yang dihasilkan oleh persepsi otak. Ketika seseorang memiliki kebiasaan merokok, maka akan terjadi peningkatan dopamin pada otak.
Akibatnya, responnya menjadi tidak sebaik dulu. Perokok pun cenderung tidak bahagia melainkan, hanya tetap merokok karena sudah terlanjur candu.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak psikologi akibat aktivitas merokok? Tentu tidak ada jawaban yang lebih tepat selain berhenti merokok. Pastikan untuk berusaha mengurangi porsi batang rokok yang dikonsumsi, mengalihkan perhatian ketika merasa cemas, serta mencari alternatif bantuan profesional ketika Anda mulai depresi setelah berhenti merokok.
Cara tersebut adalah langkah efektif untuk melawan efek ketergantungan dari rokok. Semoga berhasil ya!
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.