Pada saat hamil, ada berbagai kondisi yang menyebabkan ibu hamil merasa tidak nyaman. Seringkali sakit kepala menjadi salah satu gangguan yang menghampiri ibu hamil selama masa kehamilan.
Kondisi ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan karena jenis sakit kepala yang umumnya terjadi pada masa kehamilan berbeda dengan sakit kepala biasa.
Sakit kepala yang terjadi selama trimester pertama kehamilan biasanya terjadi karena alasan yang berbeda dibandingkan sakit kepala pada trimester kedua maupun trimester ketiga kehamilan.
Bisa saja sakit kepala hanyalah sebagai tanda adanya masalah kesehatan lainnya. Namun, sebelum gejala sakit kepala bertambah parah, ibu hamil sebaiknya segera berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan kondisi kehamilan.
2 Jenis sakit kepala saat hamil
1. Sakit kepala primer
Sebagian besar sakit kepala yang dialami ketika hamil merupakan sakit kepala primer di mana sakit kepala terjadi dengan sendirinya dan bukan menjadi tanda akan adanya gejala penyakit lain selama kehamilan. Sakit kepala ini dapat disebabkan oleh sakit kepala sebelah (migrain) ataupun sakit kepala akibat terlalu tegang.
2. Sakit kepala sekunder
Sementara itu, jenis sakit kepala lain yang umum terjadi pada ibu hamil adalah sakit kepala sekunder. Sakit kepala sekunder ini biasanya disebabkan karena adanya komplikasi yang terjadi selama kehamilan, seperti sinus maupun tekanan darah tinggi (hipertensi).
Baca juga: Jenis-Jenis Sakit Kepala Yang Harus Dikenali
Penyebab sakit kepala saat hamil
Tanda sakit kepala yang umumnya terjadi selama hamil biasanya termasuk nyeri kepala, kepala berdenyut, sakit parah di salah satu sisi ataupun kedua sisi kepala, mual dan muntah, adanya garis tipis saat melihat cahaya, hingga adanya blind spot (titik buta). Namun, penyebab sakit kepala saat hamil bisa berbeda di setiap trimester kehamilan. Berikut penjelasannya.
Sakit kepala di trimester pertama kehamilan
Sakit kepala tegang biasanya menjadi alasan utama yang dialami ibu hamil di trimester pertama kehamilan. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya beberapa perubahan fisik maupun kondisi mental terutama di awal kehamilan.
Beberapa tipe perubahan lain yang dapat menyebabkan sakit kepala saat hamil, di antaranya akibat perubahan hormon, volume darah yang tinggi, serta perubahan berat badan.
Penyebab sakit kepala tegang di trimester pertama kehamilan dapat juga terjadi akibat dehidrasi, mual dan muntah, kurang tidur, jumlah kafein yang dikonsumsi, serta nutrisi yang buruk.
Selain itu, kadar gula darah yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, sensitivitas terhadap cahaya, dan perubahan jarak penglihatan (vision) juga dapat menjadi penyebab sakit kepala saat hamil. Bahkan sakit kepala juga dapat terjadi akibat pola makan yang salah, seperti susu, cokelat, keju, ragi, maupun tomat.
Sakit kepala di trimester kedua dan ketiga kehamilan
Sakit kepala selama trimester kedua dan ketiga kehamilan mungkin memiliki penyebab yang berbeda, di antaranya berat badan yang berlebih (obesitas), diet yang berlebihan, kurang tidur, ketegangan pada otot, tekanan darah tinggi (hipertensi), hingga diabetes.
Jika dibiarkan, sakit kepala dapat menyebabkan komplikasi serius selama kehamilan dan meningkatkan risiko preeklamsia, stroke, kurangnya jumlah oksigen pada bayi, serta kelahiran prematur dengan berat badan bayi rendah. Untuk mengatasi sakit kepala sekunder akibat hipertensi sebaiknya tidak asal mengonsumsi obat sakit kepala.
Anda dapat mulai mengatur pola makan yang lebih sehat dengan mengurangi asupan garam dan menambahkan lebih banyak serat pada makanan yang Anda konsumsi untuk membantu mengatasi sakit kepala. Selain itu, olahraga teratur juga sangat penting untuk membantu menjaga tekanan darah agar berada di posisi normal.
Selain tekanan darah tinggi, beberapa gangguan lain juga dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit di kepala, seperti infeksi sinus, tekanan darah rendah, terjadi gumpalan darah, perdarahan, anemia, tumor otak, aneurisma, stroke, gangguan jantung, maupun meningitis.
Baca juga: Hati-Hati, Ibu Hamil Rentan Alami 7 Keluhan Ini!
Cara mengatasi sakit kepala saat hamil
Salah satu cara mengatasi sakit kepala secara cepat dan praktis adalah dengan mengonsumsi obat sakit kepala.
Namun, bagi ibu hamil sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsinya untuk memastikan keamanan kandungan obat dan kondisi kehamilan Anda.
Selain itu, ibu hamil juga dilarang mengonsumsi obat seperti aspirin dan ibuprofen (Advil, Motrin). Obat penghilang rasa sakit tersebut berisiko menyebabkan efek berbahaya bagi bayi dalam kandungan yang sedang mengalami masa pertumbuhan terutama jika diminum di awal kehamilan. Oleh karena itu, cara mengatasi sakit kepala saat hamil sebaiknya dengan menggunakan bahan alami dibandingkan obat sakit kepala.
Beberapa saran yang dianjurkan sebagai alternatif cara mengatasi sakit kepala saat hamil, antara lain:
- Minum air putih lebih banyak
- Istirahat yang cukup
- Hindari stres atau tegang
- Kompres es dan pijat kepala dengan lembut
- Gunakan bantal pemanas
- Latihan, olahraga dan lakukan peregangan
- Pakai minyak esenssial yang mengandung peppermint oil
Baca juga: 5 Essential Oil Ini Ampuh Atasi Sakit Kepala
Jika cara mengatasi sakit kepala di atas kurang berhasil dan Anda mengalami sakit kepala yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama selama kehamilan, maka itu menjadi tanda sakit kepala yang Anda alami tergolong berat.
Terlebih jika sakit kepala disertai dengan beberapa tanda lain, seperti demam, mual, muntah, penglihatan kabur, rasa nyeri yang parah, bahkan hingga pingsan, maka segera lakukan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat tertangani dengan cepat.
Beberapa pemeriksaan kesehatan mungkin dapat membantu mencari jenis sakit kepala yang dialami serta memastikan diagnosis sakit kepala yang dialami dan cara pengobatan yang aman bagi ibu hamil dan bayi dalam kandungan.
Demi mendapatkan solusi yang tepat, pemeriksaan sakit kepala tersebut dapat berupa tes tekanan darah, tes darah, tes gula darah, tes penglihatan dan pemeriksaan mata, USG bagian kepala dan leher, hingga pemindaian bagian jantung atau kepala.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.