Sinusitis merupakan suatu kondisi di mana terjadi peradangan pada dinding sinus akibat adanya sumbatan. Sinus sendiri merupakan rongga kecil berisi udara yang terletak di bagian belakang tulang pipi dan dahi, berfungsi untuk mengatur kelembaban udara ke paru-paru.
SInusitis paling sering terjadi akibat infeksi virus yang biasanya terkait dengan virus flu atau pilek. Sinusitis dapat disebabkan pula oleh bakteri maupun jamur. Akibatnya lendir dapat menyumbat rongga sinus dan menyebabkan pembengkakan dan peradangan sehingga terjadi infeksi. Dalam beberapa kasus, risiko sinus dapat meningkat akibat alergi.
Tak hanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak saja, tetapi ibu hamil juga dapat mengalami sinus. Tanda dan gejala sinusitis juga berbeda pada setiap orang, beberapa gejala sinusitis, antara lain:
- Keluarnya lendir dari hidung
- Hidung tersumbat
- Demam
- Sakit kepala
- Batuk dan sakit tenggorokan
Diagnosis sinusitis
Dalam memastikan diagnosis sinusitis, ibu hamil memerlukan beberapa tes pemeriksaan, termasuk:
- Endoskopi bagian hidung dengan memasukkan tabung tipis ke dalam hidung untuk memeriksa sinus
- Tes pencitraan dengan menggunakan CT scan atau MRI untuk mengambil gambar sinus
Pemeriksaan lain terutama pada bagian telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab infeksi sinus serta pemeriksaan tes alergi untuk melihat apakah ada alergi yang mungkin menjadi pemicu sinusitis.
Karena infeksi sinus seringkali terjadi setelah flu atau pilek, maka cobalah untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari flu ataupun pilek. Gunakan masker untuk melindungi diri dari kuman terutama ketika berada di tempat umum serta rajin cuci tangan setelah memegang barang dan sebelum makan.
Selain itu, jika Anda memiliki alergi sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai obat yang dapat membantu meringankan gejala sinusitis tetapi aman bagi kehamilan. Hindari pula situasi atau tempat yang dapat memicu alergi, termasuk wewangian dan asap rokok.
Pengobatan sinusitis saat hamil
Gejala sinusitis selama kehamilan mungkin dapat mengganggu bagi ibu hamil sehingga dibutuhkan pengobatan yang cepat dan tepat. Beberapa obat yang dapat membantu meredakan rasa sakit akibat sinusitis, di antaranya dekongestan, antihistamin, ekspektoran, dan paracetamol.
Setiap penggunaan obat selama kehamilan memerlukan persetujuan dari dokter untuk memastikan keamanan bagi janin dalam kandungan. Tetapi ibu hamil dilarang mengonsumsi ibuprofen maupun aspirin tanpa petunjuk dokter karena mungkin dapat menimbulkan komplikasi pada kehamilan yang menyebabkan berkurangnya cairan ketuban dan mengakibatkan keguguran.
Selain itu, sinusitis yang tidak mendapatkan pengobatan dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit lain seperti meningitis (radang selaput otak). Meningitis merupakan peradangan selaput otak atau sumsum tulang belakang. Infeksi yang dibiarkan dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti tulang, mata, dan kulit, serta dapat mempengaruhi indera penciuman. Infeksi sinus yang akut dapat berlangsung sekitar 4 minggu, sementara infeksi kronis dapat berlangsung lebih dari 12 minggu.
Selain mengonsumsi obat, ibu hamil juga dapat mengobati sinusitis dengan berbagai ramuan sederhana yang berguna untuk meningkatkan asupan cairan dan meredakan sakit tenggorokan, melancarkan aliran lendir, dan membersihkan hidung tersumbat.
Cara meredakan gejala infeksi sinus, antara lain:
- Menggunakan uap untuk membantu melonggarkan lendir
- Minum air putih lebih banyak agar kebutuhan cairan dalam tubuh tetap terpenuhi
- Berkumur dengan air hangat yang dicampur garam untuk meredakan sakit tenggorokan
- Tidur dengan bantal kepala lebih tinggi sehingga dapat menghentikan lendir yang menumpuk
- Menggunakan humidifier (alat pelembab udara) untuk menjaga kelembaban udara
- Mencukupi waktu tidur karena dapat membantu memperkuat sistem daya tahan tubuh dan membantu tubuh melawan infeksi
- Kompres bagian dahi atau mandi air hangat dapat membantu mengurangi rasa sakit kepala akibat sinusitis
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.