Senangnya memiliki bayi yang lucu, imut-imut, dan menggemaskan. Terasa lengkap kasih sayang kepada sang buah hati ketika ia diberi ASI langsung oleh ibunya. Namun suatu ketika hubungan ini harus berakhir, bayi harus disapih dari ASI. Memang ini tidak mudah, tapi kita bisa menggunakan metode atau cara menyapih anak dari ASI dengan efektif dan aman.
Kenapa harus efektif dan aman? Efektif maksudnya agar tujuan kita menyapih bayi dapat berhasil sesuai yang diharapkan. Aman dalam artian anak/bayi tetap sehat, nutrisinya terpenuhi, dan tidak ada trauma secara psikis. Di samping itu, jangan sampai menimbulkan masalah pada ibu, misalnya payudara menjadi bengkak dan sakit lantaran ASI tidak dikeluarkan.
Bagaimana Cara menyapih Anak dari ASI dengan Efektif dan Aman?
Tentukan waktu yang tepat
Hal yang sering ditanyakan yaitu kapan waktu yang tepat seorang bayi atau anak dapat disapih? beberapa ahli memperbolehkan menyapih anak dari ASI mulai umur 2 tahun. Di mana pada usia ini bayi air susu ibu sudah tidak mengandung cukup nutrisi yang diperlukan untuk anak sehingga dapat digantikan dari konsumsi makanan padat. Namun, pada kondisi tertentu waktu ini dapat lebih cepat apabila kondisi tidak memungkinkan seperti kehamilan saat menyusui, produksi ASI kurang, anak stunting dan masih banyak lagi.
Hal ini ditunjang oleh penyataan WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 2001, “Tidak ada keharusan menyapih anak pada usia 2 tahun. Hal yang benar adalah menyusui bayi secara eksklusif pada enak bulan pertama, kemudian ASI dapat dilanjutkan secara bersamaan dengan mekanan pendamping (MP-ASI) hingga anak berusia 2 tahun. Tapi tidak ada keharusan kapan harus menyapih.”
Lakukan Secara Bertahap
Cara menyapih anak dari ASI yang benar adalah dilakukan secara bertahap. Artinya kita kurangi frekuensi menyusui, misalnya biasanya 4 kali sehari kita kurangi 1 kali pemberian setiap 2 hari, hingga akhirnya berhenti sama sekali. Hal ini bertujuan agar ASI tidak distop secara tiba-tiba, sehingga cara ini akan mengurangi risiko pembengkakan dan nyeri pada payudara ibu.
Sapih Saat Anak Sehat
Hindari menyapih anak dari ASI apabila ia sedang sakit atau tak enak badan, bahkan ketika itu ditengah-tengah perjalanan menyapih. Mungkin rencana penyapihan perlu ditunda hingga anak benar-benar sehat. Jangan sampai anak menjadi lebih buruk kondisi kesehatannya gara-gara disapih. Baca: Manfaat ASI
Alihkan Perhatian
Pada saat awal menyapih mungkin anak akan memaksa untuk menyusu, atasi hal ini dengan mengalihkan perhatiannya atau menyibukkanya denga hal lain. Sebagai contoh mengajaknya bermain, membacakan buku, menonton TV, sembari memberinya makanan ringan yang sehat. Dengan begitu dia bisa kenyang tanpa minum ASI.
Bina Rasa
Walaupun saat ini ananda disapih, ibu harus menunjukkan bahwa perhatian dan kasih sayangnya tetaplah utuh. Hal ini dapat dilakukan dengan mendekap, mengusap atau mencium anak sehingga ini akan menunjukkan kepadanya bahwa Anda tetap menyayangi walaupun tidak menyusuinya lagi.
Ibu Harus Tegas
Salah satu cara menyapih anak dari ASI agar sukses adalah ibu tidak boleh terlihat ragu. Ingat, anak Anda sangat peka dan mampu membaca ekspresi wajah Anda, jadi ketika Anda terlihat tak tega untuk menyapih, alhasil anak juga akan tak rela untuk disapih.
Perkenalkan Jenis Makanan Baru
Akan sulit mengalihkan perhatian dari ASI ke makanan padat, anak biasanya menolak atau bahkan mengeluarkannya dari mulut terhadap makanan-makanan yang baru dikenalnya.
Untuk itu, jika anak sudah dapat diajak komunikasi cobalah perkenalkan secara bertahap dengan mendekatkan aroma makanan yeng menurut ibu lezat ke hidungnya, sambil berkata "hmmm.. betapa harum dan lezatnya makanan ini... " begitu seterusnya dengan jenis makanan yang lain.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama menyapih Anak dari ASI
- Mengolesi puting dengan sesuatu yang pahit, pedas atau makanan yang membuat alergi membungkusnya dengan plester = trauma psikis pada anak.
- Jangan menawarkan ASI ketika anak menangis = anak jadi manja, lalu gagal.
- Jangan memaksa, karena menyapih butuh waktu dan kesabaran.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.