Penyakit kanker menjadi momok yang menakutkan untuk setiap orang. Tak ada yang ingin kesehatannya direnggut oleh penyakit kanker. Meskipun begitu seringkali kita lupa dan jarang memerhatikan tanda-tanda yang dapat mengakibatkan kanker.
Selain itu, pola hidup yang tidak sehat juga terabaikan. Walaupun sederhana, hal tersebut dapat mencegah kanker di kemudian hari kelak.
Kanker adalah penyakit berbahaya yang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang usia. Oleh karena itu perlu kiranya untuk mendeteksi kanker sejak dini. Stadium awal kanker biasanya tidak menimbulkan gejala yang dapat dilihat.
Pemeriksaan atau skrining dapat mengenali keberadaan dari kanker dan bisa menjadi langkah pencegahan agar kanker tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih berbahaya.
Skrinning Kanker
Skrinning atau pemeriksaan awal adalah upaya untuk mengetahui cikal bakal kanker pada tubuh. Upaya ini juga merupakan tindakan pencegahan bagi orang yang memiliki resiko tinggi terkena kanker.
Beberapa tes skrining biasanya diperuntukkan bagi orang dengan resiko genetik khusus. Riwayat kesehatan keluarga dan usia pasien akan menentukan tes mana yang disarankan untuk diambil
Berikut adalah beberapa jenis kanker beserta tes yang dapat dilakukan :
Kanker serviks
Adapun rangakaian skrinning untuk mendeteksi kanker serviks adalah sebagai berikut :
- Pap Smear : digunakan untuk mencari perubahan sel yang berpotensi menjadi kanker serviks.
- HPV : dapat mendeteksi human papillomavirus ya.ng dapat menyebakan perubahan sel.
- Ultrasound Pelvis.
- Computed Tomography (CT) Pelvis.
- Terjadi pendarahan pada vagina yang tidak normal.
- Sakit saat berhubungan seksual.
- Keluar cairan tidak normal pada vagina.
- Siklus haid berubah.
- Anemia.
- Urine atau tinja masuk ke vagina.
- Berat badan menurun.
Skrinning ini disarankan untuk wanita dengan kondisi sebagai berikut :
- Usia 25 tahun lebih, aktif berhubungan seksual.
- Usia 25-49 tahun, Pap Smear bisa dilakukan tiga tahun sekali.
- Usia ≥49 tahun, dianjurkan tes lima tahun sekali.
- Usia ≥65 tahun, hanya perlu melakukan tes jiak tes terakhir tidak normal atau tidak pernah tes sejak umur 50 tahun.
Kanker prostat
Adapaun rangkaian skrinning yang dapat dilakukan :
- PSA (Prostate Spesific Antigen) : PSA merupakan protein yang diproduksi oleh jaringan kanker prostat
- Digital Rectal Exam : dokter akan memperkirakan ukuran prostat dan mencoba mencari benjolan atau kelainan lainnya.
- Seiring buang air kecil terutama pada malam hari.
- Aliran urine lemah
- Tersaki sakit atau perih saat ejakulasi dan buang air.
- Keluarnya air seni disertai dengan darah.
- Disfungsi ereksi.
- Sulit mengeluarkan atau menghentikan aliran urine.
Skrinning ini disarankan untuk pria dengan kondisi sebagai berikut :
- Usia 40-75 tahun.
- Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kanker prostat.
Kanker paru-paru
Adapun skrinning yang dapat dilakukan adalah :
- Rontgen dada.
- CT scan dosis rendah.
- Sitologi sputum : pemeriksaan sampel dahak untuk memeriksa sel kanker.
- Tumur Marker for Lung Cancer
Gejala kanker paru-paru :
- Batuk yang tak kunjung sembuh dan bertambah parah.
- Suara serak.
- Sesak napas.
- Nyeri pada dada.
- Keluar dahak berdarah.
- Berat badan menurun.
- Infeksi seperti bronkitis atau pneumonia.
Skrinning ini disarankan bagi Anda dengan kondisi sebagai berikut :
- Usia 55-74 tahun, aktif merokok atau sudah berhenti meroko dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
- Usia 55-74 tahun, Memiliki 30 smocking pack years.
- Orang yang berprofesi rentan terpapar bahan kimia asbestos, bensin atau zat kimia sejenis lainnya.
Kanker payudara
Adapun skrinning yang dapat dilakukan adalah :
- Mamogram : pemeriksaan rontgen untuk mengetahui rupa pada jaringan payudara dan menemukan kelainan sel.
- SADARI : Periksa Payudara Sendir minimal sebualn sekali. Mendeteksi apakah ada benjolan atau perubahan pada puting atau kulit payudara.
- MRI Breast.
- Ultrasound Breast.
- Terdapat benjolan keras pada payudara.
- Beberapa bagian payudara bengkak.
- Nyeri pada bagian payudara.
- Keluar cairan bukan ASI yang berwarna kuning, cokelat, merah atau bening.
- Puting berubah bentuk
Skrinning ini disarankan bagi Anda dengan kondisi sebagai berikut :
- Wanita usia 47 tahun ke atas dan masuk masa menopause.
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker payudara.
Kanker usus
Adapun skrinning yang dapat dilakukan adalah :
- Pemeriksaan tinja : bisa dengan tes FOBT, FIT dan FIT-DNA
- Tes sigmoidoskopi.
- Kolonoskopi.
- Diare yang berlangsung lama.
- Keluar darah saat buang air besar.
- Perut terasa kram dan nyeri terus menerus
Skrinning ini disarankan bagi Anda dengan kondisi sebagai berikut :
- Usia 60-75 tahun untuk tes FOBT
- Usia 55 tahun untuk tes sigmoidoskopi.
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker usus.
Kanker hati
Adapun skrinning yang dapat dilakukan adalah :
- Scan USG
- MRI
- Laparaskopi
- Angiografi
- Tinja berwarna putih
- Kulit dan bagian putih mata berwarna kuning
- Berat badan menurun
- Limpa membesar.
- Perut membengkak.
Skrinning ini disarankan bagi Anda dengan kondisi sebagai berikut :
- Orang pengidap hepatitis B dan C.
- Orang pengidap hemakromatosis.
- Pecandu minuman berakohol.
Kanker darah.
Adapun skrinning yang dapat dilakukan adalah :
- Pemeriksaan darah lengkap.
- Rontgen dada.
- Spinal tap.
Gejala kanker darah :
- Demam atau menggigil.
- Mudah berdarah atau mimisan.
- Letih dan lemas terus menerus.
- Berat badan menurun.
- Sering infeksi.
Skrinning ini disarankan bagi Anda dengan kondisi sebagai berikut :
- Orang yang memiliki gangguan genetik.
- Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kanker darah.
- Orang yang bekerja pada tempat berpotensi terpapar zat kimia berbahaya.
Pemeriksaan untuk mengetahui sel kanker pada seseorang perlu dilakukan yang namanya biopsi. Sel yang diduga terkena kanker akan diperiksa lebih lanjut oleh dokter dan ditentukan apakah sel tersbut masih normal atau berubah menjadi sel kanker.
Deteksi dini kanker dapat menambah peluang kesembuhan bagi seseorang apalagi sebelumnya memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker atau faktor berisiko lainnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.