HIV merupakan virus mematikan yang menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Munculnya ruam di kulit menjadi salah satu gejala HIV pada tahap awal. Seperti apa ciri-ciri ruam HIV? Berikut uraiannya.
Ciri-ciri ruam HIV
Ruam HIV biasanya muncul dalam dua bulan pertama setelah seseorang terpapar virus HIV. Kondisi ini dapat disertai dengan beberapa gejala lainnya, seperti demam, kelelahan, sakit tenggorokan dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Baca juga : Seperti Inilah Gejala Awal HIV 3 Bulan Pertama
Selain karena virusnya sendiri, kondisi yang dialami oleh sekitar 90% penderitanya ini bisa jadi merupakan efek samping dari penggunaan obat-obatan HIV yang disebut dengan antiretroviral.
Ada tiga kelas utama obat antiretroviral yang bertanggung jawab terhadap timbulnya ruam di kulit, diantaranya:
- Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti nevirapine dan efevirenz.
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTIs), seperti abacavir dan tenofovir.
- Protease inhibitor (PI), seperti amprenavir dan tipranavir.
Baik itu karena virus atau terapi antiretroviral, ruam HIV yang bersifat maculopapular, yaitu berupa bintil-bintil kecil merah seperti jerawat dengan dasar kulit di sekelilingnya yang memerah. Pada kulit yang putih terlihat pink atau merah, sedangkan pada orang yang berkulit hitam, ruam tersebut terlihat ungu atau kehitaman.
Ruam HIV tidak gatal. Ruam karena obat umumnya gatal (ketika reaksi alergi yang terjadi).
Ruam ini dapat muncul dibagian tubuh mana saja, namun paling sering terjadi di area dada, punggung, dan wajah. Bila sudah disertai sariawan atau luka di mulut dengan bau yang cukup menyengat, kemungkinan besar pertanda dari adanya infeksi sekunder.
Tingkat keparahan ruam pun berbeda-beda antar individu. Ada yang ringan tanpa reaksi sistemik hingga reaksi alergi berat seperti Sindrom Stevens-Johnson yang ditandai dengan beberapa gejala yang meliputi:
- Demam
- Penyebaran ruam yang begitu cepat
- Pembengkakan pada lidah
- Munculnya bintil berisi air (seperti cacar), terasa sakit hingga dapat menyebabkan kulit melepuh dan terkelupas
Baca juga: 10 Masalah Kulit Penderita HIV yang Patut Diwaspadai
Bagaimana cara mengatasi ruam HIV yang muncul?
Ruam HIV akan hilang sendiri ketika fase infeksi akut berakhir. Bila ruam yang terjadi menimbulkan ketidaknyamanan, maka dapat menggunakan hidrokortison atau antihistamin topikal untuk meminimalisir kemerahan dan rasa gatal.
Di samping itu, terapkan pula beberapa pengobatan rumahan dengan cara menghindari mandi air hangat dan sengatan matahari secara langsung, mengenakan pakaian berbahan lembut serta menerapkan emolien atau pelembab kulit berbahan dasar berupa air.
Bila ruam HIV yang muncul sudah tergolong parah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter maupun rumah sakit terdekat guna mendapatkan pengobatan terbaik sekaligus menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Tips mencegah infeksi HIV
Infeksi HIV merupakan kondisi medis yang sangat berbahaya, siapapun dapat berisiko terinfeksi. Oleh karena itu, lakukan tindakan pencegahan guna melindungi diri dari virus mematikan ini. Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya:
- Ketahui riwayat kesehatan pasangan hidup. Bicaralah dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara bersama-sama.
- Setialah pada pasangan, jangan pernah melakukan hubungan badan dengan orang lain, terlebih yang tidak jelas statusnya.
- Jauhi narkoba dan gaya hidup bebas.
- Kegemaran menindik dan menato pada beberapa bagian tubuh menjadi salah satu faktor risiko, oleh karena itu sebaiknya dihindari.
- Bila mengalami kelainan seksual, seperti mencintai pasangan sesama jenis, segera atasi dan berkonsultasilah dengan dokter ahli.
Ingat, infeksi HIV tidak hanya akan merugikan diri sendiri, namun akan memengaruhi pasangan juga anak yang kelak akan dilahirkan (ibu pengidap HIV dapat menularkannya ke anak). Perdalam aspek spiritual sebagai kunci utama menghindari infeksi HIV dan berbagai penyakit menular seksual lainnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.