Obesitas merupakan kondisi kadar lemak dalam tubuh berlebihan. Hal ini terjadi karena masuknya asupan kalori yang berlebihan dalam tubuh baik melalui makanan tinggi lemak maupun gula.
Asupan kalori yang tinggi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak. Jika tidak diolah menjadi energi melalui aktivitas olahraga, maka lemak akan semakin menumpuk, sehingga menyebabkan obesitas.
Selain disebabkan karena pola makan yang tidak sehat, obesitas juga dapat disebabkan karena faktor keturunan, stres psikologis, maupun konsumsi obat-obatan.
Obesitas menyebabkan kadar lemak dalam tubuh meninggi, sehingga dapat memberikan beban yang berlebih pada tulang dan organ tubuh lain. Jika terus dibiarkan, lemak dapat menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan penyakit. Apabila tidak segera diatasi, maka akan menyebabkan komplikasi kronis.
Bagaimana cara menentukan Obesitas?
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah Anda mengalami obesitas atau tidak adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks Massa Tubuh diukur dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Untuk perempuan, nilai IMT normal antara 17-23, sedangkan untuk laki-laki antara 25-27.
Jika nilai IMT baik laki-laki maupun perempuan lebih dari 27, berarti terkena obesitas. Jika terus dibiarkan, obesitas dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang membahayakan jiwa.
Penyakit komplikasi akibat Obesitas
Obesitas dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, bahkan dapat memperpendek usia.
Penderita obesitas akan merasakan isolasi sosial, rasa malu, bahkan rasa bersalah. Selain itu, obesitas juga dapat menyebabkan berbagai gangguan fungsi organ tubuh.
Penyakit akibat obesitas
Obesitas sering dikaitkan dengan diabetes tipe 2. Obesitas mengakibatkan resistensi insulin, sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gula dalam darah juga akan meningkat.
Hal inilah yang menyebabkan penderita obesitas sering terkena diabetes tipe 2.
Selain itu, penderita obesitas juga berisiko mengalami hipertensi, penyakit jantung, stroke, osteoartritis, dan sakit punggung kronis. Obesitas dapat memicu hipertensi, kadar gula tinggi, dan trigliserida tinggi, sehingga dapat memicu sindrom metabolik.
Obesitas juga mempengaruhi sistem reproduksi manusia. Wanita yang mengalami obesitas dapat mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur bahkan infertilitas.
Sedangkan laki-laki yang mengalami obesitas dapat mengalami gangguan kesehatan seksual dan disfungsi ereksi.
Wanita hamil yang mengalami obesitas dapat berisiko terkena penyakit preeklamsia, infeksi saluran kencing, kehamilan tua, komplikasi operasi caesar, hingga gangguan persalinan.
Gangguan pernapasan
Obesitas dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti apnea. Apnea membuat pernapasan terhenti beberapa kali saat tidur.
Hal ini terjadi karena pangkal tenggorokan tidak dapat membuka akibat obesitas. Jika terus dibiarkan, gangguan apnea dapat menyebabkan hipertensi, gagal jantung, aritmia, gangguan memori, depresi, dan kecemasan.
Obesitas juga dapat menyebabkan sindrom hiperventilasi obesitas, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk menarik napas. Hal ini menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah lebih tinggi.
Sindrom hiperventilasi disebabkan penyempitan rongga dada karena kelebihan berat badan, serta terganggunya kontrol otak terhadap pernapasan. Munculnya sindrom hiperventilasi ditandai dengan kualitas tidur yang buruk, sering mengantuk di siang hari, mudah lelah, dan sering sakit kepala.
Memicu kanker
Obesitas sering dikaitkan dengan berbagai jenis kanker seperti kanker rahim, kanker usus besar dan anus, kanker payudara, kanker tiroid, dan kanker pankreas. Hal ini karena obesitas dapat meningkatkan kadar insulin, sehingga dapat memicu beberapa jenis kanker.
Selain itu, obesitas juga mengakibatkan sel-sel lemak memproduksi estrogen dalam jumlah yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan beberapa jenis kanker.
Penderita obesitas akan mengalami peradangan, sehingga dapat meningkatkan risiko terkena kanker.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.