Ada banyak alasan yang membuat seseorang memutuskan untuk menahan buang air besar meski dorongannya sudah begitu kuat. Waktu yang mepet atau kondisi yang tidak memungkinkan menjadi alasan utamanya.
Meski menawarkan manfaat sementara waktu, ada baiknya bila hal ini tidak dijadikan kebiasaan. Pasalnya, menahan atau menunda buang air besar terlalu lama atau sering dapat menimbulkan sejumlah efek buruk bagi kesehatan.
Berikut beberapa efek buruk menahan buang air besar yang mungkin terjadi
1. Ketidaknyamanan
Efek buruk pertama kali yang dirasakan akibat menahan buang air besar yakni timbulnya ketidaknyamanan di perut. Ketidaknyamanan ini dapat berupa perut kembung, nyeri tumpul seperti ditekan atau diremas-remas hingga nyeri tajam seperti ditusuk.
2. Sembelit
Selang beberapa jam selepas menahan BAB pertama kali, feses akan mengeras dan menumpuk di usus besar. Bentuk maupun tekstur feses yang jauh dari kata ideal tersebut tentunya dapat mengundang datangnya sembelit. Mengejan ekstra kuat atau obat pencahar mau tidak mau harus dipilih sebagai solusinya.
3. Ambeien
Berawal dari sembelit, lambat laun kebiasaan menunda buang air besar yang tak jua ditinggalkan dapat berujung pada ambeien. Meski jarang menimbulkan komplikasi serius, ketidaknyamanan akibat ambeien akan sangat mengganggu aktivitas keseharian penderitanya.
Ketahui selengkapnya tentang ambeien disini: Ambeien (Wasir) : Gejala, Penyebab, Pengobatan
4. Impaksi Feses
Ternyata sembelit atau konstipasi berlarut-larut tidak hanya dapat menyebabkan ambeien, kondisi medis lain yang disebut dengan impaksi feses juga dapat terjadi apabila menunda-nunda BAB lantas dijadikan kebiasaan.
Impaksi feses sendiri merupakan pengumpulan massa feses yang mengeras dan mengendap di dalam rektum. Kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti pembengkakan pada rektum hingga inkontinensia usus yang dapat berakhir di meja operasi.
5. Fisura Ani
Feses yang mengeras, menumpuk dan berukuran besar akibat tidak segera dikeluarkan dapat mengikis atau merobek jaringan kulit juga mukosa yang melapisi saluran maupun lubang anus.
Gangguan medis yang disebut dengan fisura ani ini dapat menimbulkan sensasi terbakar atau gatal pada anus hingga keluarnya cairan berbau busuk dan menyengat dari anus.
6. Megakolon
Konstipasi menahun atau jangka panjang akibat terlalu sering menahan buang air besar dapat menyebabkan megakolon, yakni pelebaran atau pembesaran pada kolon/usus besar.
Kondisi ini mengakibatkan kotoran di dalam usus besar tidak dapat bergerak menuju rektum dan dikeluarkan melalui anus sehingga akan menumpuk begitu saja di dalam usus besar. Bila tidak segera ditangani, maka dapat berujung pada pecahnya usus besar.
Pengerasan feses di dalam usus besar dalam jangka panjang dapat menyebabkan obstruksi usus. Suatu kondisi dimana peredaran makanan juga cairan di dalam saluran pencernaan menjadi terganggu. Terkadang kondisi ini juga merupakan komplikasi dari adanya perlengketan usus, kanker usus besar dan hernia.
8. Kanker Usus Besar
Jika menahan buang air besar sudah menjadi kebiasaan, maka risiko yang paling berbahaya adalah kanker kolon atau usus besar. Hal ini terjadi karena feses yang lama tertahan di dalam usus akan berkontak lama dengan sel-sel permukaan usus besar. Jika di dalam feses tersebut terdapat zat toksik atau karsinogenik, maka risiko kanker usus besar kian besar.
Melihat berbagai efek buruk yang bisa saja terjadi, sudah sepatutnya hal kecil seperti ini tidak dijadikan kebiasaan. Lantaran dapat berubah menjadi bom waktu yang bukan tidak mungkin berujung pada kematian akibat menyebarnya bakteri dan berbagai mikroorganisme jahat lainnya dari kebocoran usus besar.
Jadi, sebisa mungkin jangan pernah menunda 'ritual rutin' yang biasa dilakukan pada pagi hari ini, kecuali sudah amat sangat mendesak. Cukupi pula asupan serat dan cairan dalam tubuh, berolahragalah secara teratur setidaknya seminggu 3 kali agar BAB menjadi lancar. Selengkapnya baca : 7 Tips Buang Air Besar Setiap Hari yang Mudah Dilakukan
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.