Obat antidepresan banyak digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan ataupun depresi. Akibatnya, tidak sedikit orang yang mencoba minum antidepresan agar suasana hatinya lebih baik. Padahal, obat ini sebetulnya hanya mampu mencegah gejala depresi dan tidak untuk mengobati depresi sepenuhnya. Hati-hati, obat antidepresan bisa memicu efek samping dalam tubuh, apalagi bila dikonsumsi secara berlebihan. Apa saja efek samping obat depresan? Berikut daftarnya.
Beragam efek samping obat depresan yang harus diwaspadai
Obat antidepresan tergolong obat keras karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itulah, penggunaan obat depresan harus dibawah pengawasan dokter agar tidak membahayakan tubuh.
Sejumlah efek samping antidepresan yang tergolong ringan adalah munculnya rasa mual, pusing, gemetar, berkeringat, insomnia, panik, gelisah, hingga menghilangkan gairah seksual. Biasanya, efek samping tersebut akan menghilang setelah beberapa hari.
Baca Selengkapnya: Waktu yang Tepat untuk Mengonsumsi Obat Antidepresan
Meski demikian, bukan berarti Anda boleh menyepelekan efek samping obat depresan yang tergolong ringan tadi. Tanpa disadari, efek samping antidepresan bisa jauh lebih berbahaya bagi kesehatan, antara lain:
1. Hipertensi
Mengonsumsi obat antidepresan secara terus-menerus tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan risiko gangguan kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan tekanan darah alias hipertensi. Efek samping obat depresan ini biasanya terjadi pada orang yang memiliki riwayat gangguan jantung.
Pada dasarnya, depresi tidak memicu tekanan darah menjadi tinggi tapi justru menyebabkan tekanan darah rendah. Penggunaan obat depresan inilah yang membuat tekanan darah jadi melonjak. Kondisi ini terutama dialami oleh orang-orang yang minum obat antidepresan trisiklik.
Obat antidepresan bekerja dengan mengubah respon tubuh terhadap zat kimia alami yang ada di otak. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan risiko hipertensi.
2. Gangguan jantung dan stroke
Obat antidepresan merupakan obat keras yang dihimbau untuk tidak dikonsumsi sembarangan tanpa pengawasan dokter. Berdasarkan hasil penelitian, mengonsumsi obat antidepresan dapat meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler berupa penyakit stroke dan jantung.
Kandungan obat antidepresan diam-diam dapat menghambat penyerapan serotonin, sehingga lambat laun memicu gangguan pada jantung, hati, paru-paru, dan ginjal. Hati-hati, minum antidepresan yang berlebihan tidak akan membuat depresi Anda sembuh, tapi justru meningkatkan risiko kematian.
3. Risiko patah tulang dan osteoporosis
Siapa sangka bahwa minum antidepresan secara terus-menerus ternyata dapat meningkatkan risiko patah tulang akibat tulang keropos atau osteoporosis. Efek samping obat depresan ini lebih rentan dialami oleh penderita rheumatoid arthritis.
Rheumatroid arthritis merupakan penyakit kronis yang menyebabkan rasa nyeri, keterbatasan gerak, serta mengganggu fungsi persendian. Bila tak segera diatasi, penyakit ini dapat memicu patah tulang dan osteoporosis, bahkan risikonya makin meningkat jika dibarengi dengan minum obat glukokortikoid atau antidepresan.
Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa risiko patah tulang dan osteoporosis pada penderita rheomatroid arthritis mengalami peningkatan setelah ia mengonsumsi obat antidepresan selama 30 hari.
Tak hanya mengancam kesehatan tulang, rheumatroid arthritis yang tak segera diobati juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Mulai dari penyakit kardiovaskuler, gangguan mental, hingga gangguan pencernaan.
Perlu ditekankan lagi bahwa antidepresan merupakan jenis obat keras yang tidak bisa digunakan sembarangan dan harus dengan pengawasan dokter. Semua obat keras yang digunakan secara terus-menerus tentunya akan menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sebelum minum antidepresan, sebaiknya konsultasikan dahulu kepada dokter. Dokter akan membantu meresepkan obat yang sesuai, sehingga Anda bisa terhindar dari risiko efek samping obat depresan yang membahayakan tubuh.
Baca Juga: Cara Cerdas Mengatasi Depresi Sampai Tuntas
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.