Apakah Penyakit Epilepsi?
Sebagai orang tua, tentunya akan sangat khawatir jika melihat anaknya tiba-tiba terjatuh dan kejang tanpa alasan yang jelas. Para orang tua mengetahui bahwa kejang dalam waktu lebih dari 15 menit dapat memicu kerusakan otak dan menyebabkan penurunan IQ sang anak atau bahkan menyebabkan sang anak menderita keterbelakangan mental.
Namun yang menjadi masalah adalah menentukan apa yang menjadi penyebab utama dari kejang tersebut. Apakah kejang disebabkan oleh demam yang biasa disebut dengan “stip” atau kejang disebabkan oleh gangguan neurologis seperti epilepsi atau yang dikenal dengan istilah “ayan”
Epilepsi adalah kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa penyebab. Sebelum kejang, anak masih beraktifitas seperti biasa, setelah kejang anak juga kembali beraktifitas seperti biasa. Kejang pada epilepsi biasanya disertai pengeluaran busa pada mulut, tapi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa.
Serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaaat (anak tampak bengong/seperti melamun), tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga. Gejala klinis kejang sangat tergantung dari area otak yang menjadi fokus kejang.
Sedangkan kejang karena pengaruh lain seperti kejang demam ”stip” pasti diawali dengan demam tinggi yang kemudian disusul dengan demam. Selain kejang demam, kejang juga bisa disebabkan oleh gangguan metabolik seperti rendahnya kadar gula dalam darah.
Oleh karena itu, jelas perbedaannya bahwa epilesi murni disebabkan oleh kelainan sistem saraf tanpa adanya faktor lain yang mempengaruhinya.
Apakah Penyebab Epilepsi?
Jenis epilepsi simptomatik merupakan jenis epilepsi yang dapat diketahui penyebabnya. Beberapa kondisi yang menjadi faktor penyebab epilepsi simtomatik adalah sebagai berikut:
- stroke
- tumor otak
- infeksi meningitis
- cedera otak
- kerusakan otak pada masa kandungan akibat infeksi atau nutrisi buruk
- kelainan genetik
- penyakit autisme
- neurofibromatosis
Adapun beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan epilepsi, termasuk:
- faktor stress
- demam tinggi
- tidak mengkonsumsi obat antikonvulsan secara teratur
- kurang tidur
- saat menstruasi
- penggunaan obat lain yang mengganggu kinerja obat antiepilepsi
- konsumsi minuman beralkohol
Gejala Penyakit Epilepsi
Gejala paling umum yang terjadi saat epilepsi adalah kejang berulang, yang terjadi pada seluruh bagian otak dan menimbulkan gejala di sekujur tubuh..Kejang-kejang umum sendiri memiliki banyak tipe, termasuk:
- Kejang tonik-klonik.
Jenis ini yang paling banyak terjadi pada kejang umum. Gejalanya dapat terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap tonik yang ditandai dengan hilang kesadaran, tubuh menjadi kaku, serta tubuh dapat jatuh ke lantai. Tahap berikutnya adalah tahap klonik yang ditandai dengan anggota tubuh bergerak-gerak (kelojotan), kehilangan kendali atas buang air besar dan buang air kecil, lidah tergigit, serta sulit bernapas. Kejang ini biasanya berhenti setelah beberapa menit. Sesudah itu, penderita dapat merasa pusing, bingung, lelah, atau sulit mengingat apa yang sudah terjadi.
- Kejang petit-mal.
Kejang seperti ini sering terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan memandang dengan tatapan kosong atau melakukan gerakan tubuh yang halus, seperti mata berkedip atau mengecap bibir. Kejang ini menimbulkan kehilangan kesadaran yang singkat.
- Kejang tonik.
Kejang ini membuat semua otot kaku seperti kejang tonik-klonik tahap pertama, sehingga keseimbangan tubuh bisa hilang dan tubuh bisa jatuh. Kejang jenis ini akan mempengaruhi otot punggung, lengan, dan tungkai.
- Kejang atonik.
Kejang ini membuat seluruh otot tubuh mengendur atau kehilangan kendali, sehingga tubuh bisa jatuh. Kejang yang disertai dengan kehilangan kesadaran ini berlangsung sangat singkat dan penderita dapat segera bangun kembali.
- Kejang mioklonik
Kontraksi tiba-tiba dari otot lengan, tungkai atau seluruh tubuh. Kejang ini biasanya terjadi setelah bangun tidur dan berlangsung selama kurang dari satu detik, meski beberapa penderita dapat merasakannya selama beberapa saat.
- Kejang klonik.
Kejang seperti ini muncul sebagai gerakan otot berkedut yang berulang atau berirama (kelojotan) seperti halnya fase kedua kejang tonik-klonik. Kendati demikian, otot tidak menjadi kaku pada awalnya. Kejang jenis ini terjadi pada otot leher, wajah, dan lengan.
Bagaimana mendiagnosa seorang anak menderita Epilepsi atau tidak?
Untuk menentukan kejang seorang anak murni disebabkan oleh gangguan neurologis atau bukan, dapat dilakukan pemeriksaan EEG (Pemeriksaan elektroensefalografi).
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) dilakukan terutama untuk melihat fokus kejang berasal dari otak sebelah managt;kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang) , adakah penyebaran kejang ke daerah lain di otak serta untuk melihat jenis epilepsi.
Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat antiepilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi, dan menentukan prognosis (perjalanan penyakit epilepsi itu sendiri) di kemudian hari.
Apakah Epilepsi merupakan penyakit keturunan?
Faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, akan tetapi tidak semua jenis epilepsi disebabkan oleh faktor genetik.
Pada anak dengan gangguan perkembangan otak, pernah mengalami perdarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput otak dsb dapat terjadi kerusakan sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat dapat menjadi fokus timbulnya kejang pada epilepsi.
Bagaimana pengobatan Epilepsi yang dapat dilakukan?
Untuk pengobatan dan dosis obat epilepsi pada anak, harus diberikan dengan resep dokter. Sangat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antikonvulsan seperti diazepam tanpa arahan dari dokter.
Sebagian besar jenis epilepsi pada anak memerlukan pengobatan sampai 2 tahun bebas kejang, bukan 2 tahun minum obat.
Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak penelitian dan literatur bahwa angka kekambuhan kejang akan semakin kecil jika anak minum obat sampai 2 tahun bebas kejang dibandingkan hanya minum obat sampai 1 tahun bebas kejang.
Pada Epilepsi jenis tertentu (Juvenile Myoclonic Epilepsy) mungkin memerlukan pengobatan seumur hidup. Jenis epilepsi yang berat juga memerlukan pengobatan yang lebih lama dengan lebih dari 1 macam obat antiepilepsi.
Obat anti Epilepsi tidak boleh langsung dihentikan, penghentian obat harus dilakukan secara bertahap selama 3-6 bulan, tergantung dari jumlah obat yang diminum.
Rata-rata memerlukan waktu 3-4 bulan penurunan obat. Hanya dokter yang boleh memutuskan kapan penghentian obat anti epilepsi, demikian juga dengan penyesuaian dosis. Orangtua tidak boleh menghentikan sendiri, menambah atau mengurangi dosis tanpa konsultasi dengan dokter.
Tips pengobatan Epilepsi pada anak
- Pastikan anak anda minum obat secara teratur. Penghentian obat tiba-tiba akan mengakibatkan timbulnya kejang atau status epileptikus.
- Jika satu dosis terlewat / lupa, segera minum obat tersebut begitu teringat kembali.Tanyakan pada dokter anda apa yang harus dilakukan jika anak lupa minum satu dosis obat.
- Diskusikan obat-obat atau vitamin lain yang diberikan dengan dokter anda apakah bisa mempengaruhi kerja OAE. Obat seperti dekongestan, asetosal dan obat herbal bisa berinteraksi dengan OAE.
- Jangan ganti OAE dari merk paten ke obat generik tanpa berkonsultasi dengan dokter, karena perbedaan pemrosesan obat dapat mempengaruhi metabolisme OAE dalam tubuh.
- Anak penderita epilepsi sebaiknya memakai tanda pengenal
- Jika OAE diminum ketika anak berada di sekolah, beritahukan guru maupun pengawas mengenai hal tersebut.
- Hindari habisnya persediaan OAE dengan menyediakan obat cadangan untuk 2 minggu.
- Simpan OAE di tempat yang sulit dijangkau anak kecil.
- Untuk anak yang sudah besar, jam dengan alarm pengingat waktu minum obat dilengkapi dengan kotak obat akan sangat bermanfaat.
- Bagi OAE dalam beberapa dosis untuk pemakaian seharí, hal ini memudahkan ketika anak menginap di luar rumah.
- Sangat penting untuk mengetahui dan mengenali pencetus kejang pada anak anda sehingga serangan kejang bisa dihindari.
Pencetus yang sering dialami :Lupa minum obat, kurang tidur, terlambat atau lupa makan, stres fisik dan emosi, anak dalam keadaan sakit atau demam, kadar obat antiepilepsi yang rendah dalam darah, cahaya yang berkedip-kedip yang dihasilkan komputer, TV, video game dll (pada pasien epilepsi fotosensitif)
Segera panggil ambulans/tenaga kesehatan, jika
- Kejang berlangsung lebih lama dari 5 menit
- Jika kesadaran dan pernapasan tidak membaik setelah serangan berakhir
- Jika kejang berulang tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang
- Jika perasaan bingung berlangsung lebih dari 1 jam
- Jika kejang terjadi di dalam air dan kita curiga air masuk ke saluran pernapasannya. Hal tersebut akan merusak jantung dan paru.
Umumnya kejang karena epilepsi akan berhenti dengan sendirinya, namun jika hal-hal diatas terjadi, ada baiknya jika Anda tidak menunda untuk membawa anak Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan segera.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?