Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TBC), terutama bila diduga telah terjadi resistensi. Obat ini biasanya digunakan secara kombinasi dengan obat TBC lainnya, seperti isoniazid, rifampicin, dan pyrazinamide. Obat ini adalah anti tuberculosis yang bekerja dengan cara menghambat satu atau lebih metabolit bakteri rentan yang mengakibatkan gangguan metabolisme sel, menghambat multiplikasi, hingga kematian sel. Obat ini aktif terhadap bakteri yang rentan hanya saat bakteri itu sedang mengalami pembelahan sel.
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Obat ini tersedia di pasaran dengan kadar :
- Ethambutol 250 mg dan 500 mg
Indikasi
Kegunaan ethambutol adalah untuk hal-hal berikut :
- Mengobati penyakit tuberculosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Penggunaan obat ini sebaiknya tidak secara tunggal namun dikombinasikan dengan obat-obat anti tuberculosis yang lain.
- Obat ini juga digunakan untuk mengobati infeksi oleh Mycobacterium avium complex, dan Mycobacterium kansaii.
Kontra indikasi
- Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap ethambutol.
- Tidak boleh diberikan kepada pasien yang menderita neuritis optik, kecuali ada penilaian klinis yang menyatakan obat ini bisa diberikan.
- Jangan menggunakan obat ini kepada pasien yang tidak bisa mendeteksi dan melaporkan terjadinya gangguan penglihatan, misalnya anak-anak < 13 tahun.
Efek Samping
Berikut adalah beberapa efek samping ethambutol yang mungkin terjadi :
- Efek samping yang sering dilaporkan akibat pemakaian obat ini adalah terjadinya gangguan penglihatan (neuritis retrobulbar) yang disertai penurunan visus, skotoma sentral, buta warna hijau-merah, serta penyempitan pandangan. Efek samping ini lebih rentan dialami jika obat digunakan dengan dosis berlebihan atau penderita gangguan ginjal.
- efek samping yang juga sering adalah reaksi alergi, dan gangguan pada saluran pencernaan.
- Efek samping yang jarang adalah terjadinya masalah pada organ hati (penyakit kuning), neuritis perifer, efek samping pada sistem saraf pusat, serta hiperurisemia.
Penggunaan oleh wanita hamil
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan ethambutol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Meskipun hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan acuan keamanan obat pada manusia, fakta bahwa obat ini terbukti memiliki efek buruk terhadap janin hewan harus menjadi perhatian serius.
Telah ada laporan kelainan mata pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan ethambutol. Jika tidak benar-benar dibutuhkan atau masih bisa menggunakan obat lain yang lebih aman, penggunaan oleh wanita hamil sebaiknya tidak dilakukan.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan obat ini, adalah sebagai berikut :
- Pasien yang menggunakan obat ini harus melaporkan kepada dokter bila merasakan gangguan penglihatan sedini mungkin.
- Sebaiknya lakukan pemeriksaan mata sebelum menggunakan obat ini. Jika selama penggunaan ethambutol terjadi gangguan penglihatan, pemakaian obat harus segera dihentikan.
- Penggunaan obat ini untuk anak-anak di bawah 13 tahun, atau anak yang belum bisa mengidentifikasi dan melaporkan adanya gangguan penglihatan, sebaiknya tidak dilakukan.
- Pasien dengan cacat visual seperti penderita katarak, kondisi radang berulang pada mata, neuritis optik, dan retinopati diabetes harus mendapatkan pertimbangan yang sangat matang secara klinis jika ingin menggunakan ethambutol.
- Perhatian serius harus diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan ginjal, karena potensi efek samping akan meningkat. selain itu, penyesuaian dosis perlu dilakukan mengingat obat ini diekskresikan melalui ginjal.
- Obat ini bisa menyebabkan terjadinya hiperurisemia, hati-hati menggunakannya untuk penderita penyakit asam urat (gout).
- Obat ini terutama digunakan jika diduga terjadi resistensi. Jika resiko terjadinya resistensi rendah, obat ini bisa dikesampingkan.
- Karena obat ini kadang-kadang menimbulakn efek toksisitas pada hati, pemeriksaan periodik organ hati perlu dilakukan.
- Jika anda ibu menyusui, sebaiknya hanya menggunakan obat ini jika direkomendasikan oleh dokter meskipun belum ada laporan pasti bahwa obat ini memberikan efek buruk jika digunakan selama menyusui.
- Sebaiknya obat digunakan bersama makanan untuk mengurangi efek terhadap saluran pencernaan.
Interaksi obat
Berikut adalah interaksi ethambutol dengan obat-obat lain jika digunakan secara bersamaan :
- Obat-obat antasida terutama yang mengandung Aluminium hidroksida mengurangi absorpsi ethambutol. Sebaiknya penggunaan bersamaan obat ini dihindari atau setidaknya penggunaan antasida diberi jarak minimal 4 jam setelah penggunaan ethambutol.
Dosis ethambutol
Berikut adalah dosis ethambutol yang umum digunakan untuk orang dewasa dan anak usia > 13 tahun :
Untuk mengobati tuberculosis aktif
- Awal : 15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari selama 6-8 minggu, dikombinasikan dengan isoniazid.
- Lanjutan : 25 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari selama 60 hari, dikombinasikan dengan setidaknya satu obat anti TBC lain. Setelah 60 hari dosis dapat diturunkan sampai 15 mg/kg BB secara oral, 1 x sehari.
Untuk mengobati infeksi Mycobacterium avium intraseluler
- Untuk mengobati infeksi Mycobacterium avium intraseluler: 1 x sehari 900 mg , 15 mg/kg BB secara oral.
- Pengobatan AVI paru terdiri dari : clarithromycin dikombinasikan dengan 2-4 obat lain seperti ethambutol, rifampicin, clofazimine atau obat lainnya. Lama pengobatan 18-24 bulan.
- Pengobatan MAI : clarithromycin atau azithromycin dikombinasikan dengan 1-3 obat lain seperti ethambutol, clofazimine, ciprofloxacin, ofloxacin, rifampicin, rifabutin, atau amikacin.
- Dosis lazim dewasa dan anak usia > 13 tahun untuk profilaksis Mycobacterium avium intraseluler
Penyesuaian dosis untuk penderita gangguan ginjal :
- Kliren kreatinin < 10 ml/menit : dosis biasa setiap 48 jam.
- Kliren kreatinin 10-50 ml/menit : dosis biasa setiap 24-36 jam.