Mendengar kata formalin, mungkin yang terlintas di benak Anda adalah zat untuk mengawetkan mayat. Sayangnya, senyawa yang satu ini justru kerap disalahgunakan sebagai pengawet makanan dengan alasan harganya murah dan mudah didapatkan di pasaran. Padahal, fungsi formalin dalam dunia medis ditujukan untuk mengobati sejumlah masalah pada tubuh.
Apa itu formalin?
Formalin adalah larutan yang mengandung 37% formaldehid dalam air. Dilihat dari tampilannya, zat ini tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, formalin tidak boleh ditambahkan ke dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet makanan. Pasalnya, di dunia kesehatan, senyawa ini lebih ditujukan sebagai bahan disinfektan dan pengawet mayat.
Baca juga: 3 Jenis Pengawet Makanan Berbahaya yang Perlu Diketahui
Konsumsi produk pangan mengandung formalin, terlebih dalam jangka panjang, dapat memicu sejumlah penyakit dalam tubuh: Mulai dari gastritis, sirosis hati, kanker hati, bahkan bisa menjalar hingga ke ginjal dan jantung. Bila dikonsumsi oleh ibu hamil, dampaknya bisa sangat berbahaya yang tak hanya bagi kesehatan ibu hamil itu sendiri, tetapi juga bayi dalam kandungannya.
Fungsi formalin topikal untuk pengobatan
Jangan buru-buru salah kaprah bahwa penggunaan formalin hanya untuk mengawetkan mayat saja. Di dunia medis, senyawa yang dikenal dengan formaldehyde ini juga bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah gangguan kesehatan, khususnya di permukaan kulit.
Lebih jelasnya, berikut fungsi formalin topikal (obat oles) untuk pengobatan, antara lain:
1. Mengobati kutil
Formalin adalah obat luar yang dapat digunakan untuk mengobati kutil di permukaan kulit. Kutil terjadi ketika kulit terinfeksi virus human papillomavirus (HPV) dan menyebabkan timbulnya benjolan disertai pengerasan pada kulit.
Baca juga: Meski Mirip, Kenali 6 Bentuk dan Jenis Kutil pada Tubuh
Hati-hati, kutil dapat menular jika terjadi kontak langsung dengan penderita. Jika kutil tergores atau terkelupas, partikel virus juga dapat menyebar ke area kulit lainnya. Maka itulah, penyakit kulit ini harus segera diobati agar tidak menularkannya pada orang lain.
Formalin bekerja dengan menghambat pertumbuhan kulit yang tidak normal pada kulit. Kandungan formaldehid di dalamnya juga memiliki sifat virusidal yang mampu membunuh virus penyebab kutil dan mencegah agar tidak semakin infeksi.
Untuk mengobati kutil, dosis formalin yang dibutuhkan adalah 1 x sehari. Cukup oleskan tipis-tipis pada area kulit yang terdapat kutil menggunakan alat pemulas atau cotton bud. Jangan pakai jari secara langsung.
Tidak perlu menambahkan dosis formaldehyde agar kutilnya cepat hilang atau sembuh. Alih-alih menyembuhkan, tindakan demikian justru dapat memicu risiko efek samping yang membahayakan tubuh.
2. Mengatasi bau dan keringat berlebih di kaki
Bagi Anda yang memiliki masalah kaki berkeringat atau sampai menimbulkan bau tak sedap, formalin topikal bisa jadi solusinya. Formalin bertindak sebagai antiperspiran yang mampu mengurangi produksi keringat di kaki sehingga meminimalkan bau yang ditimbulkan.
Perhatikan efek samping formalin pada kulit
Meskipun umumnya aman digunakan sebagai obat luar, formalin juga dapat menimbulkan efek samping pada tubuh. Berat atau ringannya efek samping tersebut dipengaruhi oleh usia, dosis obat, dan respon tubuh masing-masing pasien terhadap pengobatan.
Sejumlah efek samping formalin yang umum terjadi meliputi:
- Kulit menebal atau menipis;
- Kulit kemerahan atau iritasi;
- Gatal;
- Ruam;
- Kulit membengkak.
Hindari mengoleskan formalin pada kulit wajah, terutama di area sekitar mata, hidung, atau mulut. Bila terkena, segera bilas dengan air dan sabun.
Perlu diingat bahwa formalin adalah obat luar. Bisa dibayangkan bahwa efek sampingnya pada kulit saja bisa cukup mengganggu, apalagi jika masuk ke dalam tubuh. Bila muncul efek samping yang mengganggu dan terus memburuk setelah menggunakan formalin topikal, segera periksakan diri ke dokter.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.