Berbicara mengenai rokok, memang tidak akan ada habisnya. Pasalnya, selain jumlah perokok aktif yang semakin meningkat, berbagai upaya untuk menghentikan kebiasaan tersebut cukup sulit untuk diterapkan.
Namun, tahukah Anda, cara paling efektif dari upaya tersebut sebenarnya harus datang dari diri sendiri? Percuma, koar-koar akan berhenti merokok, namun tidak diimbangi dengan tekad yang kuat.
Apalagi, niat saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan langkah untuk menjauhkan diri dari rokok seperti lingkungan perokok aktif. Ya, tak bisa dipungkiri jika lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab seseorang mulai merokok.
Nah, selain cara diatas, apabila solusi kebiasaan merokok didukung dengan gambar peringatan bahaya merokok, akankah lebih efektif menurunkan angka perokok aktif di Indonesia? Yuk simak!
Gambar seram peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok
Sebenarnya, larangan untuk merokok sudah sering kita dengar. Bahkan, pada bungkus rokok itu sendiri termuat larangan tersebut karena berbahaya bagi kesehatan seperti kanker paru-paru, jantung, impotensi, sampai kehamilan. Namun, sekali lagi peringatan tersebut hanya dianggap angin lalu.
Lalu, bagaimana jika metode larangan berupa tulisan tersebut diubah dalam bentuk visual bahaya merokok? Menurut hasil studi empiris dan teori psikologi sosial kesehatan, menunjukkan bahwa ada perbandingan yang nyata antara penggunaan visual larangan merokok dengan pesan teks saja.
Pada tahun 1950, penelitian membuktikan bahwa gambar seram lebih efektif untuk memotivasi perubahan pola hidup sehat masyarakat terutama perokok untuk berhenti karena ketakutannya.
Inilah yang menjadikan alasan mengapa bungkus rokok saat ini telah menggunakan gambar seram sebagai larangan yang efektif. Di Indonesia sendiri, cara tersebut mulai diterapkan tahun 2004 lalu. Kini, apakah gambar seram tersebut benar-benar efektif untuk menekan keinginan perokok?
Efektivitas gambar peringatan terhadap perokok aktif
Keefektifan dari gambar peringatan bahaya merokok ini tentu sudah melalui penelitian dan studi lanjut yang dilakukan oleh David Hammond di Kanada.
Menurutnya, dari 616 partisipan, dilaporkan bahwa terjadi pengurangan aktivitas merokok oleh 1/5 partisipan, sedangkan hanya 1% dari mereka yang tetap giat merokok.
Hampir keseluruhan peserta tersebut mengalami respon negatif akibat gambar peringatan termasuk rasa takut dan jijik. Perokok juga melaporkan dampak emosional negatif seperti keinginan untuk berhenti merokok dan mengurangi porsi pada tiga bulan selanjutnya.
Sedangkan, partisipan yang tetap merokok lebih memilih untuk menghindari memperhatikan gambar peringatan tersebut.
Pendapat lain terhadap keefektifan gambar peringatan bagi perokok
Ternyata, penelitian diatas tidak berlaku bagi perokok di lain tempat. Pasalnya, gambar peringatan merokok yang berupa paru-paru membusuk, kanker mulut ganas, sampai gambar tengkorak dinilai sebagai pesan manipulatif.
Penelitian terbaru oleh University of Illinois tahun 2016 menunjukkan bahwa gambar peringatan tersebut dianggap sebagai ancaman atas kebebasan individu sehingga, penganut anggapan ini lebih memilih untuk tetap melawan peringatan tersebut.
Menurut Nicole LaVoile, seorang mahasiswa kedokteran yang ikut serta dalam penelitian ini menyatakan bahwa gambar peringatan bahaya merokok tersebut justru membuat sebagian masyarakat marah, bukannya takut. Sebab, mereka merasa dibohongi oleh kenyataan yang ada disekitarnya.
Masih menurut salah satu peneliti studi tersebut, Brian Quick juga mengungkapkan bahwa tak hanya reaksi negatif terhadap gambar peringatan tersebut, melainkan kecenderungan masyarakat untuk lebih makin giat melakukan yang dilarang sebagai wujud pemberontakan.
Meski di tempat lain gambar peringatan ini dinilai efektif, menurut LaVoile, bisa jadi hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan bea cukai rokok atau larangan merokok di tempat umum.
Nah, kalau menurut Anda, apakah gambar peringatan merokok tersebut cukup efektif mengurangi jumlah perokok aktif di lingkungan sekitar?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.