HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
DR. KARTIKA MAYASARI
Ditinjau oleh
DR. KARTIKA MAYASARI

Apendisitis - Penyebab, Gejala dan, Pengobatan

Dipublish tanggal: Mar 1, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit

Usus buntu atau dalam Bahasa medis biasa disebut dengan Apendix yang umumnya memiliki ukuran panjang 3 1/2 inci yang membentang dari usus besar. Suatu studi menunjukkan bahwa usus buntu mungkin memiliki peran dalam kekebalan usus, namun tidak ada pembuktian yang pasti akan hal ini. Satu hal yang harus kita tahu, Kita bisa hidup tanpa adanya usus buntu.

Apendisitis atau radang pada usus buntu adalah suatu keadaan darurat medis yang hampir selalu memerlukan pembedahan segera untuk menyingkirkan atau mengangkat usus buntu.

Jikalau  tidak diobati, usus buntu yang meradang akhirnya akan pecah, atau berlubang, dan akan menumpahkan material- material yang menular atau berbahaya ke rongga perut.

Hal ini dapat menyebabkan Peritonitis, radang serius pada lapisan rongga perut (Peritoneum) yang bisa berakibat fatal kecuali jika diobati dengan cepat dengan antibiotik yang kuat.

Di Amerika Serikat satu dari 20 orang akan menderita radang usus buntu. Meskipun radang usus buntu ini bisa menyerang pada usia berapapun, namun radang usus buntu jarang terjadi di bawah usia 2 tahun dan paling umum terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.  

Gejala klasik dari Radang Usus Buntu

  • Nyeri perut
  • Apendisitis biasanya meliputi onset yang bertahap seperti nyeri tumpul, kram, atau sakit di seluruh perut. Karena usus buntu menjadi lebih bengkak dan meradang, akan mengiritasi lapisan dinding perut, yang dikenal sebagai Peritoneum.
    Hal ini menyebabkan nyeri yang tajam di bagiangt;kanan bawah perut. Rasa sakit ini cenderung lebih konstan dan lebih sakit daripada nyeri tumpul. Namun, beberapa orang mungkin memiliki usus buntu yang berada di belakang kolon. Apendisitis yang terjadi pada orang-orang ini bisa menyebabkan nyeri punggung bagian bawah atau nyeri pelvis.
  • Ketidakmampuan untuk mengeluarkan gas

  • Kehilangan selera makan
    Bila gejala klasik radang usus buntu tidak diatasi dengan cepat, maka gejala Apendisitis lainnya akan muncul, termasuk:
  • Mual dan / atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
  • Pembengkakan perut
  • Demam  antara 37.2 -38.8 derajat celcius.Anda mungkin juga akan mengalami kedinginan atau menggigil. Jika usus buntu Anda pecah, infeksi yang ditimbulkan bisa menyebabkan demam Anda meningkat.
  • Demam yang lebih besar dari 101 ° F (38,3 °) dan peningkatan denyut jantung mungkin berarti usus buntu telah pecah.  

Jika Anda memiliki gejala yang disebutkan di atas, segeralah mencari bantuan medis, karena diagnosis dan perawatan yang tepat waktu sangatlah penting. Jangan makan, minum, atau gunakan obat penghilang rasa sakit, antasida, obat pencahar, atau bantalan pemanas, yang dapat menyebabkan Apendiks yang meradang pecah.  

Gejala Radang Usus Buntu pada anak-anak

Selalu bawa anak Anda ke rumah sakit jika Anda menduga anak Anda menderita Radang Usus Buntu.

Anak-anak tidak selalu bisa menggambarkan bagaimana perasaan mereka. Mereka juga mungkin memiliki cara yang sulit untuk menunjukkan rasa sakitnya, dan mereka mungkin mengatakan bahwa rasa sakit itu ada di seluruh perut mereka.

Hal ini dapat membuat anak Anda sulit untuk menentukan bahwa Radang Usus Buntu adalah penyebabnya. Kebanyakan Orang tua biasanya sulit membedakan gejala antara Radang Usus Buntu atau Infeksi Saluran Kencing (ISK).

Selalu lebih berhati-hati saat berhubungan dengan Radang Usus Buntu. Apendiks yang pecah bisa berbahaya bagi siapa saja, karena risiko kematian tertinggi umunya terjadi pada bayi dan balita.

Anak-anak usia 2 tahun dan lebih muda sering menunjukkan gejala Apendisitis berikut ini:

  • Muntah
  • perut yang lembek
  • perut kembung atau bengkak

Anak-anak dan remaja yang lebih tua cenderung mengalami gejala Apendisitis sebagai berikut:

  • mual
  • Nyeri di sisi kanan bawah perut
  • muntah 

Gejala Apendisitis selama kehamilan

Banyak gejala Apendisitis yang mirip dengan gejala ketidaknyamanan pada kehamilan. Ini termasuk kram perut, mual, dan muntah. Namun, wanita hamil mungkin tidak selalu memiliki gejala klasik Radang Usus Buntu, terutama menjelang akhir kehamilan.

Rahim yang tumbuh dan berkembang mendorong Usus Buntu selama kehamilan. Ini berarti rasa sakit bisa terjadi di perut bagian atas, bukan di sisi kanan bawah perut. Wanita hamil dengan radang usus buntu juga lebih mungkin mengalami episode sakit maag, atau bolak-balik sembelit dan diare.  

Faktor risiko dan pencegahan Radang Usus Buntu

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, di Amerika Serikat, radang usus buntu adalah penyebab paling umum sakit perut yang menyebabkan dilakukannya tindakan pembedahan

Apendisitis bisa terjadi kapan saja, tapi paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun. Dan hal ini lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita.

Anda tidak bisa mencegah terjadinya Radang Usus Buntu, namun ada beberapa langkah yang bisa Anda dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya radang usus buntu. Apendisitis nampaknya kecil kemungkinannya jika Anda mengkonsumsi makanan yang kaya serat.

Anda bisa meningkatkan asupan serat Anda dengan mengonsumsi makanan sehat yang banyak mengandung buah dan sayuran segar. Makanan yang sangat tinggi serat meliputi:

  • Raspberi
  • Spaghetti gandum utuh,dll
  • Apel
  • Buah pir
  • Kacang hijau
  • Brokoli
  • Kacang-kacangan

Meningkatkan jumlah serat dalam makanan Anda dapat mencegah sembelit dan penumpukan kotoran ditubuh Anda. Penumpukan kotoran adalah penyebab paling umum dari Radang Usus Buntu.

Jika Anda memiliki kondisi yang dapat menyebabkan peradangan atau infeksi pada perut, penting untuk Anda bekerja sama dengan dokter untuk mencegah Radang Usus Buntu. Carilah bantuan medis segera jika Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki gejala Radang Usus Buntu.


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Pertanyaan dan jawaban lain tentang kondisi ini
Buka di app