Hipofisis atau yang lebih dikenal dengan kelenjar pituitari merupakan kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi hormon-hormon penting dalam tubuh seperti hormon pertumbuhan, hormon FSH, hormon TSH dan lainnya. Kelenjar ini memiliki ukuran yang kecil dan terletak di dalam otak.
Hipofisis sering disebut kelenjar master, karena memproduksi hormon yang mempengaruhi kinerja organ dan kelenjar tubuh lainnya. Oleh karena itu, jika terjadi gangguan pada kelenjar hipofisis, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Salah satu gangguan yang terjadi pada kelenjar hipofisis adalah munculnya tumor. Lalu, bagaimana mengatasi tumor kelenjar hipofisis? Simak penjelasan berikut ini.
Penyebab Tumor Kelenjar Hipofisis
Tumor kelenjar hipofisis terjadi ketika ada pertumbuhan sel tidak normal pada kelenjar hipofisis. Belum dapat diketahui secara pasti apa yang menyebabkan tumor kelenjar hipofisis, tetapi diduga disebabkan oleh faktor genetik.
Tumor kelenjar hipofisis dapat disebabkan karena mutasi genetik ataupun memiliki riwayat keluarga yang mengalami tumor kelenjar hipofisis.
Tumor kelenjar hipofisis pada umumnya bersifat jinak dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun, tumor ini dapat mengganggu produksi hormon yang mengatur fungsi organ tubuh lainnya.
Tumor yang berukuran lebih dari 1 sentimeter juga dapat menekan kelenjar dan jaringan tubuh disekitarnya.
Gejala Tumor Kelenjar Hipofisis
Tumor kelenjar hipofisis tidak selalu menimbulkan gejala khusus. Pada umumnya penderita tumor hipofisis mengalami gejala sakit kepala, gangguan penglihatan, mudah lelah, perubahan mood, mudah marah, dan sering merasa kedinginan.
Selain itu, penderita tumor kelenjar hipofisis juga mengalami gejala infertilisasi, berkurangnya hasrat seksual, dan menurunnya produksi ASI.
Jika tumor kelenjar hipofisis membesar, maka dapat menyebabkan produksi hormon berkurang. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya hasrat seksual, mual dan muntah, gangguan siklus haid tidak teratur, penurunan berat badan serta demam meriang pada tubuh. Selain itu, tumor kelenjar hipofisis juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti.
Sindrom Cushing
Tumor dapat mensekresi Adrenocorticotropic hormone-secreting (ACTH) sehingga memproduksi hormon kortisol terlalu banyak dan dapat menyebabkan sindrom cushing.
Gejala dari sindrom cushing adalah meningkatnya tekanan darah dan gula darah, penumpukan lemak, munculnya stretch mark dan jerawat, dan mudah memar.
Selain itu, sindrom cushing juga dapat menyebabkan rasa kecemasan, depresi serta gangguan-gangguan psikologis lainnya.
Akromegali
Tumor kelenjar hipofisis dapat menyebabkan produksi hormon pertumbuhan secara berlebihan.
Hal ini dapat menyebabkan akromegali dengan gejala pembesaran pada tangan dan kaki, nyeri pada sendi dan otot, gangguan jantung, dan tumbuhnya bulu tubuh secara berlebihan.
Turunnya hormon seksual
Tumor kelenjar hipofisis dapat menyebabkan kelebihan hormon prolaktin, sehingga kadar hormon seksual akan menurun. Hal ini akan menyebabkan wanita mendapatkan siklus haid yang tidak teratur dan keluarnya cairan seperti ASI di payudara.
Kelebihan hormon prolaktin juga dapat menyebabkan laki-laki mengalami disfungsi ereksi, pertumbuhan payudara dan jumlah sperma berkurang.
Penanganan Tumor Kelenjar Hipofisis
Penanganan tumor kelenjar hipofisis berbeda-beda, disesuaikan dengan ukuran tumor. Selain itu, penanganan tumor juga disesuaikan dengan jenis tumor apakah jinak atau tidak.
Berikut penanganan yang biasa dilakukan untuk mengatasi tumor kelenjar hipofisis.
Operasi
Operasi pengangkatan tumor kelenjar hipofisis dilakukan, jika tumor menekan saraf optik dan mengganggu produksi hormon secara berlebihan.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan untuk mengecilkan ukuran tumor. Kemoterapi dapat dilakukan untuk menyembuhkan tumor kelenjar hipofisis atau mengurangi gejala penyakit.
Terapi radiasi
Terapi radiasi dilakukan jika tumor kelenjar hipofisis tidak dapat ditangani dengan operasi. Terapi radiasi juga digunakan jika tumor muncul kembali setelah operasi.
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan dilakukan untuk menurunkan produksi hormon yang berlebihan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.