Apa itu Difteri?
Difteri adalah penyakit menular akut yang terjadi pada hidung dan tenggorokan. Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri dan biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna pada lapisan dinding rongga mulut (pseudomembran) yang berwarna keabu-abuan bahkan hitam serta terjadi pembengkakan amandel dan kelenjar getah bening.
Penyakit difteri harus ditangani dengan cepat karena infeksi tersebut dapat berbahaya bagi kesehatan sejumlah organ tubuh. Racun yang keluar akibat bakteri difteri bisa merusak bagian jantung, ginjal, hingga otak. Tak hanya itu, jika saluran pernapasan terhalang, hal itu dapat menyebabkan penderita sulit bernapas.
Mengenai Difteri
Penyebab Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menular melalui droplet pernapasan, seperti ketika batuk atau bersin yang berasal dari penderita difteri.
Infeksi bakteri difteri ini juga dapat ditularkan melalui benda-benda yang terkontaminasi air liur penderita, seperti melalui gelas atau sendok dan kemudian digunakan oleh orang lain.
Penyakit difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang pernah berpergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri, memiliki sistem imun tubuh yang rendah, serta hidup di area padat penduduk yang kurang bersih. Oleh karenanya, sangat penting untuk mendapatkan vaksin difteri sebagai bentuk pencegahan.
Baca juga: 6 Penyebab Sistem Kekebalan Tubuh Menurun
Gejala Difteri
Penderita penyakit difteri biasanya akan mengalami gejala berupa pembentukan lapisan berwarna abu ataupun hitam yang menutupi area tenggorokan (pseudomembran) serta terjadi pembengkakan amandel dan kelenjar getah bening di leher.
Beberapa gejala lain difteri adalah:
- Sakit tenggorokan
- Demam dan menggigil
- Lemas
- Kebiruan pada kulit
- Keluar cairan dari hidung bisa berupa darah
- Batuk terus menerus
- Pilek
- Suara serak
- Sakit ketika menelan
Gejala penyakit difteri sendiri biasanya muncul pada hari ke-2 sampai 5 setelah seseorang terpapar atau kontak dengan penderita difteri.
Jika terjadi gejala yang lebih berat, seperti sulit bernapas, keringat dingin, gangguan penglihatan, jantung berdebar, atau kulit menjadi pucat, maka pasien harus segera diperiksakan ke dokter.
Komplikasi Difteri
Difteri adalah salah satu penyakit menular yang perlu mendapatkan penanganan serius karena dapat membahayakan kesehatan jika tidak segera diobati.
Bakteri penyebab difteri bahkan bisa menimbulkan racun yang merusak jaringan saluran pernapasan, termasuk hidung dan tenggorokan, yang menyebabkan pasien menjadi sesak napas.
Beberapa dampak kerusakan atau komplikasi akibat penyakit difteri bahkan dapat menyebabkan peradangan pada otot jantung (miokarditis), menimbulkan risiko gagal ginjal, hingga terjadi kerusakan jaringan jika racun menyerang sistem saraf.
Pencegahan Difteri
Salah satu cara mencegah penyakit difteri adalah dengan vaksin difteri. Imunisasi atau vaksinasi dapat membantu mencegah penyakit difteri yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Pemberian vaksin difteri biasanya dilakukan bersamaan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis) yang dikenal dengan istilah imunisasi DPT. Imunisasi DPT di Indonesia sendiri termasuk ke dalam imunisasi wajib pada bayi usia 2,3, dan 4 bulan.
Setelah mendapatkan vaksin difteri biasanya anak akan mengalami demam ringan, mudah lelah dan rewel. Selain itu, bagian bekas suntikan akan terasa bengkak, memerah, dan sakit. Hal itu merupakan efek samping yang wajar dan akan hilang setelah 2-3 hari pasca vaksinasi.
Baca juga: Manfaat dan Efek Samping Imunisasi DPT
Pengobatan Difteri
Sebelum menentukan diagnosis penyakit, dokter akan melakukan pemeriksaan bagian tenggorokan terlebih dahulu. Jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandel, maka diduga terdapat infeksi difteri.
Namun untuk memastikannya, dokter akan mengambil sampel lendir dari tenggorokan pasien dengan pemeriksaan usap atau swab tenggorokan. Hasilnya akan diteliti di laboratorium apakah mengandung bakteri penyebab difteri atau tidak.
Penyakit difteri membutuhkan prosedur pengobatan yang tepat, termasuk melalui obat-obatan, seperti:
Antitoksin
Salah satu cara pengobatan difteri adalah dengan pemberian antitoksin atau suntikan antiracun. Setelah dokter mengkonfirmasi diagnosis awal difteri, penderita difteri akan diberikan suntikan antitoksin difteri guna melawan racun penyebab difteri.
Antitoksin diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot yang akan menetralkan toksin difteri yang sudah menyebar dalam tubuh.
Namun, sebelum memberikan suntikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi pada kulit (skin test) untuk memastikan bahwa pasien difteri tidak memiliki alergi terhadap kandungan antitoksin tersebut.
Antibiotik
Penanganan penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri ini juga dapat diatasi dengan obat antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Kegunaan antibiotik dapat membantu membunuh bakteri di dalam tubuh serta meredakan infeksi penyebab difteri.
Baca juga: Cara Menangani Bakteri Membandel dengan Obat Antibiotik
Anak-anak dan orang dewasa yang menderita difteri biasanya harus dirawat di rumah sakit dan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke siapapun yang belum mendapatkan imunisasi DPT, khususnya vaksin difteri.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?