Mengenali secara mendalam gejala khas DBD begitu penting lantaran cukup banyak orang keliru dalam membedakannya dengan penyakit infeksi lain, terutama tipes. Akibatnya kerap terjadi kesalahan atau keterlambatan dalam penanganan.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat hidup dan vektor utamanya. Dinamakan demam berdarah lantaran virus ini dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah yang dapat berakibat fatal.
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan penularan virus dengue yakni, faktor host seperti kerentanan atau respon imun dan faktor lingkungan seperti kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, perilaku, sosial ekonomi serta kondisi geografi.
Bicara mengenai gejala, ternyata banyak jenis penyakit lain dengan gejala yang hampir menyerupai DBD. Misalnya seperti pada penyakit tipes yang juga dapat menyebabkan timbulnya gejala demam tinggi, mual dan bintik merah. Dengan demikian, mengetahui gejala khas DBD menjadi penting guna menghindari salah diagnosis yang mungkin dapat terjadi.
Secara garis besar, gejala khas DBD meliputi demam akut yang kemudian dapat bersifat bifasik, nyeri otot dan sendi yang hebat, munculnya ruam merah dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia) yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah.
Berikut gejala khas DBD selengkapnya:
1. Demam Akut
Demam sebagai gejala khas DBD umumnya bersifat akut atau terjadi secara tiba-tiba. Misalnya seorang anak yang di kemarin pagi masih nampak sehat dan bugar, mendadak lesu dan demam di malam atau keesokan harinya.
Jika diukur dengan termometer, maka akan didapati suhu tubuh tinggi berkisar antara 38°C hingga 41°C yang dapat menyebabkan wajah memerah. Sering kali disertai pula dengan keluhan pegal/nyeri persendian, sakit kepala terutama di dahi, mual dan nyeri di belakang mata.
Terkadang, demam DBD bersifat bifasik yang ditandai dengan menurunnya suhu tubuh pada hari ke 3-5 untuk kemudian naik kembali pada hari selanjutnya meski tidak setinggi di awal infeksi. Suatu gambaran demam atau panas tubuh yang menyerupai punggung unta atau pelana kuda.
Manifestasi bahaya atau fase kritis DBD sebenarnya terjadi pada waktu pertengahan tersebut yang dapat berlangsung selama 24-48 jam. Dimana suhu tubuh mendadak berangsur-angsur turun disertai dengan berkeringat banyak dan nampak begitu loyo. Pada waktu ini, penting untuk tak lagi menunda penanganan ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Baca juga: 3 Fase Demam Berdarah (DBD) yang Harus Anda Tahu
2. Nyeri Otot dan Sendi
Infeksi virus dengue juga dapat menyebabkan timbulnya gejala nyeri otot dan sendi yang cukup hebat hingga seolah-olah menusuk tulang. Karena itu, penyakit DBD kerap pula dijuluki sebagai ‘breakbone fever’ atau masyarakat awam menyebutnya dengan flu tulang.
Nyeri ini dapat dirasakan disekujur tubuh termasuk di bagian belakang mata. Umumnya gejala nyeri otot dan sendi ini akan segera menyusul seiring dengan timbulnya demam tinggi dan akut di awal infeksi. Dan akan berangsur-angsur membaik dengan sembuhnya penderita.
3. Ruam Merah
Ruam pada kasus DBD dapat timbul bersamaan dengan onset demam tinggi berupa flushing yang ditandai dengan kemerahan pada daerah wajah, leher juga dada. Selain itu, dapat pula timbul di waktu pertengahan (hari ke 3-5) berupa bintik-bintik merah kecil (petechiae) atau bercak lebih besar di bawah permukaan kulit (ecchymoses).
Bila area kulit ditekan atau diregangkan maka bintik atau bercak kemerahan tersebut tidak akan memudar, hal ini sangat berguna untuk membedakan dengan bintik di kulit akibat nyamuk dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, dapat pula disertai dengan perdarahan ringan seperti mimisan dan perdarahan di gusi bahkan perdarahan masif yang dapat berujung pada kematian.
Menjelang fase penyembuhan di hari terakhir, terkadang ruam merah dapat timbul hanya pada area kaki dan tangan saja sehingga nampak memberi pola spesifik layaknya kaos kaki dan tangan.
4. Menurunnnya Jumlah Trombosit
Gejala khas DBD lainnya ditandai dengan adanya penurunan jumlah trombosit hingga kurang dari 100.000/ul. Selain itu, disertai atau segera disusul pula dengan peningkatan nilai hematokrit lebih dari 20% yang mencerminkan adanya peningkatan permeabilitas kapiler juga perembesan plasma darah (hemokonsentrasi).
Penurunan trombosit ini biasanya terjadi di hari ke-3 atau lebih saat suhu tubuh mendadak turun dan dapat dipasikan melalui pemeriksaan darah. Asupan cairan elektrolit yang cukup sangat dibutuhkan pada masa ini guna membantu mengencerkan darah yang memekat.
Pada fase ini sebaiknya penderita segera melakukan rawat inap agar dapat diintervensi melalui cairan infus dan intervensi medis lainnya sehingga mampu bertahan dalam melewati masa krisis.
Bila tidak, penderita dapat mengalami syok (dengue shock syndrome) yang ditandai dengan hipotensi mendadak, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang), sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, sakit perut parah, disorientasi, muntah dan perdarahan hebat.
Jika fase tersebut berhasil dilewati, maka kadar trombosit akan kembali meningkat dan akan terus naik tanpa mungkin lagi mengalami penurunan. Pada tahap ini, penting untuk menjaga cairan yang masuk agar tidak berlebih guna menghindari edema paru dan komplikasi berat lainnya.
Pengobatan dan pencegahan penyakit DBD
Pada dasarnya, pengobatan DBD hanya bersifat suportif dan simtomatis guna mengelola gejala dan menjaga agar infeksi tidak semakin parah. Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian terapi cairan guna menutupi kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan pemberian terapi substitusi komponen darah yang mungkin dibutuhkan.
Pemberian antipiretik berupa parasetamol bertujuan untuk mengurangi demam dan nyeri, injeksi omeprazol sebagai terapi pencegahan terhadap gangguan pencernaan dan beberapa obatan lainnya seperti injeksi ondancentron dan cefixim. Perbaikan kondisi penderita DBD dapat terlihat seiring dengan meningkatnya kadar trombosit, nafsu makan dan keaktifannya.
Kabar baiknya, saat ini telah tersedia pemeriksaan darah terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1). Dimana pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi virus dengue lebih awal bahkan pada hari pertama dimulainya demam. Berbeda dengan pemeriksaan antibodi dengue, yakni IgG dan IgM dengue yang lebih efektif dilakukan pada hari ke 3/diatasnya.
Sementara itu, pencegahan DBD dapat dilakukan melalui vaksin bernama dengvaxia. Sayangnya, keberadaan vaksin tersebut hingga saat ini tengah dievaluasi kembali keamanan dan manfaatnya oleh BPOM. Maka dari itu, pencegahan terbaik yang dapat diterapkan yakni dengan menjaga kebersihan sekitar melalui gerakan 3M plus.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.