Perkembangan vaksin COVID-19 hingga saat ini membuat masyarakat semakin antusias untuk divaksin. Sayangnya, ternyata masih ada saja segelintir hoaks vaksin COVID-19 yang diam-diam membuat sebagian masyarakat lainnya justru tidak memercayai vaksin.
Daftar hoaks vaksin COVID-19 yang terbukti salah
Mitos vaksin COVID-19 kian beredar di masyarakat. Kabar ini tentu menyesatkan dan apabila tidak segera diantisipasi bisa menggiring masyarakat jadi ‘ogah’ divaksin. Padahal, vaksin COVID-19 itu penting untuk membentuk kekebalan tubuh supaya tidak tertular virus corona.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Bayangkan, jika ada banyak masyarakat yang termakan hoaks vaksin COVID-19, hal ini pastinya akan menghambat upaya pemerintah dalam menyukseskan vaksinasi ke seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya, upaya membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok di Indonesia terancam tidak maksimal.
Maka dari itu, yuk, jangan lagi percaya hoaks vaksin COVID-19 berikut ini:
1. Vaksin COVID-19 mengandung magnet?
SALAH! Vaksin COVID-19 tidak mengandung magnet atau microchip sehingga menyebabkan koin logam menempel di lengan orang yang divaksin. Akan tetapi, lengan tersebut kemungkinan sedang berkeringat sehingga koin logam bisa menempel dengan mudah.
Faktanya, vaksin berisi kombinasi protein, garam, lipid, dan pelarut -- tidak ada logam di dalamnya. Toh, lubang jarum suntik sangat kecil sehingga tidak mungkin ada partikel magnetik yang bisa melewatinya.
Baca juga: Pahami Informasi Ini Sebelum Vaksin COVID-19!
2. Benarkah ada 10 dokter meninggal setelah disuntik vaksin COVID-19?
SALAH! Faktanya, kesepuluh dokter tersebut memang meninggal karena COVID-19. Namun, waktunya tidak bersamaan dalam kurun 24 jam.
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Kabar hoaks vaksin COVID-19 ini pun baru muncul belakangan. Padahal, kabar wafatnya dokter tersebut terjadi di bulan September dan Desember 2020, artinya sebelum program vaksinasi COVID-19 dilaksanakan di Indonesia.
3. Vaksin corona itu mRNA yang malah bisa sebabkan mutasi virus dan mengubah DNA manusia?
Vaksin COVID-19 yang berbasis mRNA tidak menginstruksikan mutasi virus, tetapi yang dilakukan oleh mRNA adalah memicu respon imun. Makanya, tubuh orang yang divaksin akan membentuk antibodi yang dapat mencegah infeksi virus corona. Jadi, pernyataan di atas sudah jelas SALAH!
4. Vaksin Sinovac itu diperuntukkan bagi ayam, bukan manusia?
SALAH! Mitos vaksin COVID-19 ini sungguh menyesatkan, karena vaksin Sinovac tentu ditujukan untuk melindungi manusia dari infeksi COVID-19. Lagipula, dalam pengembangan vaksin Sinovac sendiri tidak menggunakan ayam.
Toh, Indonesia juga bukan satu-satunya negara yang menggunakan vaksin Sinovac. Jenis vaksin COVID-19 ini juga digunakan di Brazil, Turki, dan Chilli. Tidak ada bukti bahwa ayam-ayam jadi mati setelah divaksin Sinovac.
Baca selengkapnya: 6 Vaksin COVID-19 Telah Disetujui WHO, Sinovac yang Terbaru
5. Vaksin COVID-19 merusak sel otak dan sel darah?
Katanya, kandungan aluminium dalam vaksin COVID-19 bisa merusak sel otak dan sel darah manusia. Padahal, aluminium tersebut justru membuat kemampuan vaksin jadi lebih efektif, lho!
Paket Vaksin Hepatitis B Di NK Health Klinik
Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksin. Paket ini termasuk 3x suntik vaksin Hepatitis B, biaya registrasi, konsultasi dengan dokter, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Hingga saat ini tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa hoaks vaksin COVID-19 bisa merusak sel otak dan sel darah. Jadi, jawaban untuk pertanyaan di atas adalah SALAH!
6. Vaksin COVID-19 bikin mandul?
SALAH! Mitos vaksin COVID-19 yang beredar sejak Desember 2020 ini berawal dari informasi bahwa kandungan pada vaksin dapat menyerang protein penting bernama syncytin-1 yang dibutuhkan dalam perkembangan plasenta.
Padahal, struktur protein spike pada plasenta dan messenger RNA dalam vaksin sangat berbeda. Jadi, tidak ada kaitannya antara vaksin dengan risiko kemandulan alias infertilitas.
Mulai sekarang, berhati-hatilah dalam menerima dan menyebarkan informasi dari lingkungan sekitar, apalagi yang berhubungan dengan vaksin COVID-19. Selalu ingat panduan bersosial media: saring sebelum sharing. Pastikan informasinya sudah benar sebelum kamu bagikan ke orang lain agar kita semua terhindar dari hoaks vaksin COVID-19 yang menyesatkan.
Baca juga: Penyintas COVID-19 Tetap Perlu Divaksin, Bagaimana Aturannya?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.