Inversio uteri adalah komplikasi persalinan yang jarang terjadi dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar ketika plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik (inversi) mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir.
Meskipun inversi uteri tidak sering terjadi, namun ketika itu terjadi ada risiko tinggi kematian akibat pendarahan hebat dan shock. Namun, bisa diobati dengan sukses ketika terdeteksi dengan cepat dan diberi penanganan dengan tepat. Oleh sebab itu penting kiranya bagi kita untuk mengetahui gejala, penyebab, dan langkah penanganan pada inversio uteri ini.
Apa Penyebab inversio uteri?
Penyebab pasti dari inversio uteri tidak diketahui sepenuhnya. Namun, faktor-faktor risiko berikut berhubungan erat:
- Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
- Tali pusar pendek
- Bayi lahir sebelum waktunya
- Penggunaan obat relaksan otot selama persalinan
- Rahim abnormal atau lemah
- Riwayat inversio uteri sebelumnya
- Plasenta akreta, dimana plasenta terlalu dalam tertanam di dinding rahim
- Implantasi plasenta pada fundus uteri, di mana plasenta melekat di bagian paling atas dari rahim
Juga, menarik terlalu keras pada tali pusat saat melahirkan plasenta dapat menyebabkan inversio uteri. Oleh sebab itu tali pusat tidak boleh ditarik, cukup ditegangkan saja.
Setelah bayi lahir, normalnya plasenta akan terlepas dengan sendiri dari perlekatannya dengan dinding rahim, rata-rata 10-15 menit setelah bayi lahir. Namun dalam beberapa kasus plasenta tak lepas-lepas, bahkan dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, maka diperlukan tindakan untuk melepaskan plasenta oleh dokter atau bidan, tindakan ini disebut dengan manual plasenta. Tindakan ini dilakukan dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam lahir melalui jalan lahir, kemudian jari-jemari mencari letak plasenta dan mengikis dari tepi perlekatan hingga terlepas seluruhnya.
Apa Tanda-Tanda Inversio Uteri?
Seorang dokter biasanya dapat mendiagnosis inversio uteri dengan mudah, yaitu dengan memperhatikan setiap tanda-tanda dan gejala pada pasien yang meliputi:
- Keluarnya bagian rahim yang menonjol dari vagina
- Setelah melakukan pemeriksaan, rahim tidak berada ditempatnya
- Pendarahan dari jalan lahir, pasien kehilangan cukup banyak darah sehingga tekanan darah cepat turun.
Adapun gejala inversio uteri akibat kehilangan banyak darah antara lain:
Dari pemeriksaan yang dilakukan, dokter akan mengelompokkan inversio uteri ke dalam klasifikasi sebagai berikut berdasarkan keparahannya:
- inversi tidak lengkap, di mana bagian atas rahim telah jatuh terbalik, namun tidak satupun dari bagian rahim yang mencapai leher rahim (serviks)
- inversi lengkap, di mana bagian rahim telah mencapai serviks
- inversi prolaps, di mana bagian atas rahim terlihat keluar dari vagina
- inversi total, di mana rahim dan vagina sama-sama terdorong ke luar
Penanganan Inversio Uteri
Ini merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera mendapatkan penanganan. Dokter akan mendorong bagian atas rahim yang terbalik atau yang ke luar kembali ke atas melalui jalan lahir dengan kepalan tangan. Untuk lancarnya proses ini mungkin diperlukan anestesi umum, seperti halotan (Fluothane) gas, atau obat-obatan seperti magnesium sulfat, nitrogliserin , atau terbutaline.
Setelah uterus kembali ke posisinya, oksitosin (Pitocin) dan metilergonovin (Methergine) diberikan untuk membantu kontraksi rahim dan mencegah terulangnya kembali inversio utero. Baik dokter atau bidan akan memijat rahim sampai kontraksi penuh dan pendarahan berhenti.
Sang ibu akan diberikan cairan infus dan transfusi darah jika diperlukan. Dia juga akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Jika plasenta masih tetap belum lahir, dokter mungkin harus melepaskannya secara manual (manual plasenta).
Ada juga teknik baru untuk memperbaiki inversi uterus menggunakan perangkat balon dan tekanan air. Sebuah balon ditempatkan di dalam rongga rahim dan diisi dengan larutan garam untuk mendorong rahim kembali ke posisinya. Prosedur ini sederhana dan telah berhasil dalam reposisi uterus. Hal ini juga efektif untuk menghentikan kehilangan darah dan mencegah terulangnya inversi rahim.
Jika dokter tidak dapat mereposisi uterus secara manual seperti di atas, maka mungkin diperlukan operasi. Ibu akan diberikan anestesi dan dilakukan sayatan pada perutnya tepat di atas rahim, rahim kemudian akan direposisi dan sayatan ditutup dengan jahitan.
Jika kondisi ini ditangani dengan operasi, maka pada kehamilan berikutnya akan memerlukan operasi sesar untuk melahirkan sang buah hati. Jika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim, maka mungkin akan dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim.
Inversio uteri umumnya mudah untuk didiagnosis dan tindakan serta pengobatan yang cepat sangat penting untuk mengoreksi kondisi ini dan memastikan kesehatan dan kesejahteraan ibu. Jika ditangani dengan cepat, ibu bisa sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan jangka panjang pada rahimnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.