Menurut National Health Service (NHS), batuk adalah mekanisme alami tubuh dalam melindungi diri. Silia di dalam hidung akan memberi rasa menggelitik ketika saluran pernapasan menemukan keberadaan benda asing yang masuk.
Fenomena ini yang akhirnya menyebabkan Anda batuk.
Normalnya dengan batuk, Anda akan mendorong keluar bakteri, virus, kotoran, debu juga lendir yang berada dalam saluran pernapasan. Jadi, batuk memang merupakan hal yang normal dan bisa terjadi bukan karena penyakit.
Akan tetapi, jika batuk yang dialami terjadi terus -menerus, bisa jadi disebabkan oleh benda asing yang sulit untuk dikeluarkan oleh tubuh. Dan akhirnya menyebabkan efek yang lebih serius seperti peradangan.
Bila batuknya disertai dengan masuknya bakteri atau virus ke dalam tubuh, maka peradangannya bisa berkembang atau menjadi semakin parah akibat infeksi. Jika hal ini terjadi, maka akan menyebabkan batuk-flu atau radang tenggorokan.
Dua jenis Batuk
Secara umum, terdapat dua jenis batuk yang sering dialami banyak orang, yaitu batuk berdahak dan batuk kering. Keduanya diobati dengan cara penanganan dan obat yang berbeda.
Artinya, obat batuk berdahak tidak bisa digunakan untuk mengobati batuk kering, juga sebaliknya.
Dr. Mehul Thakkar, seorang pulmonologist asal India, menyebutkan bahwa batuk berdahak, atau yang disebut batuk basah terjadi karena banyaknya dahak atau sputum pada saluran pernapasan, terutama pada hidung.
Umumnya batuk ini diikuti dengan gejala flu lainnya, seperti hidung tersumbat, demam, dan sakit pada tenggorokan.
Batuk berdahak disebabkan oleh infeksi oleh virus atau bakteri. Ketika saluran pernapasan terinfeksi, tubuh akan memproduksi lebih banyak lendir. Fungsinya adalah untuk menjebak dan mengeluarkan organisme penyebab infeksi.
Batuk terjadi sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan lendir tersebut.
Oleh karena itu, orang yang mengalami batuk berdahak disarankan untuk membuang dahak, bukan malah menelannya. Menelan lendir justru akan memperlambat penyembuhan.
Sedangkan batuk kering adalah batuk yang tidak disertai produksi lendir atau sputum. Biasanya batuk jenis ini menyebabkan seseorang mengalami batuk tidak henti-henti.
Batuk kering dapat menyebabkan efek iritasi dan peradangan dengan lebih cepat dari batuk berdahak, karena lendir sendiri memiliki fungsi bekerja melumasi dinding saluran pernapasan.
Ketika Anda mengalami batuk kering, kontraksi dinding saluran pernapasan tidak dilindungi lendir sehingga rentan iritasi. Kadang pada beberapa orang dinding saluran pernapasan lebih mudah bengkak, jadi lebih mudah pula tersedak dan sesak napas.
Penyebab Batuk Berdahak dan cara menanganinya
Beberapa kondisi di bawah ini dapat menjadi pemicu munculnya batuk berdahak, antara lain:
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronkus). Penyakit ini biasanya sifatnya ringan dan pada akhirnya akan sembuh dengan sendirinya.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Orang yang menderita bronkitis sering mengeluarkan dahak yang tebal dan berwarna.
- Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas.
Batuk pada asma muncul saat gejala asma kambuh, dan lebih sering terjadi di malam hari.
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pneumonia terjadi akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur.
Batuk yang muncul pada penderita pneumonia awalnya tidak berdahak, namun akan menjadi batuk berdahak yang bisa bercampur darah bila tidak segera diobati.
Pengobatan batuk berdahak bergantung pada penyebab batuk itu sendiri. Batuk berdahak yang disebabkan oleh virus (seperti pada penyakit flu), dapat diatasi dengan konsumsi air putih yang cukup dan beristirahat.
Bila penyebab batuk adalah bakteri, dibutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik sesuai resep dokter.
Beberapa jenis ekspektoran seperti bromhexine HCl dan guaifenesin dapat digunakan untuk mengatasi batuk berdahak, bila memang kondisinya sudah cukup mengganggu.
Bromhexine HCl dan guaifenesin bekerja dengan cara mengencerkan dahak, sehingga lebih mudah dikeluarkan dari saluran pernapasan.
Penggunaan obat harus dilakukan secara rutin dan sesuai dengan dosis yang tertera, agar obat bekerja secara efektif. Pada anak berusia di bawah dua tahun disarankan untuk berkonsultasi ke dokter anak terlebih dahulu, sebelum diberikan obat batuk.
Penyebab Batuk Kering dan cara menanganinya
Beberapa faktor penyebab batuk kering diantaranya:
- Alergi
Reaksi batuk dapat terjadi sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan zat pemicu alergi (alergen) yang masuk ke saluran pernapasan. Gejala lain pada batuk karena alergi yaitu bersin-bersin, pilek, dan gatal.
- Asma
Asma dapat memicu batuk berdahak, namun lebih sering menimbulkan batuk kering. Hal ini karena saluran pernapasan membengkak dan menyempit sehingga menyulitkan bernapas.
- Infeksi virus
Ketika terinfeksi virus flu, biasanya Anda akan mengalami batuk berdahak. Namun setelah pilek sembuh, Anda mungkin mengalami batuk kering akibat infeksi saluran napas yang menjadi sensitif setelah terserang virus.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk kering adalah mengonsumsi air hangat untuk menenangkan dan melembabkan tenggorokan.
Anda dapat mengonsumsi obat untuk batuk kering yang mengandung diphenhydramine HCL dan amonium klorida, jika batuk kering dirasa semakin mengganggu.
Diphenhydramine termasuk ke dalam kelompok obat antihistamin, yang gunanya mengurangi reaksi alergi, termasuk batuk kering. Sedangkan amonium klorida berperan sebagai ekspektoran untuk membantu mengeluarkan zat pemicu batuk dari saluran pernapasan.
Hindari aktivitas yang memerlukan konsentrasi seperti berkendara atau mengoperasikan mesin, karena kandungan diphenhydramine dapat menyebabkan rasa kantuk.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.