Hernia biasanya dikenal dengan sebutan “turun berok”. Kondisi ini disebabkan karena adanya kelainan dan kelemahan pada otot yang mengakibatkan organ tubuh tidak tersangga di tempat yang seharusnya. Penyakit hernia memiliki beberapa jenis yang dapat ditemukan pada pria maupun wanita.
Baca juga: Sifat, Gejala, dan Pencegahan Hernia
Apa saja jenis hernia yang sering menyerang wanita?
Hernia terjadi akibat organ otot pada tubuh berada di luar posisi yang semestinya. Hal tersebut disebabkan oleh otot-otot yang mulai melemah dan akibatnya tidak ada kekuatan untuk menahan organ tersebut. Jika sudah begitu, biasanya organ dalam tubuh akan keluar melalui celah otot yang melemah sehingga membentuk sebuah tonjolan yang dapat terlihat di permukaan kulit. Pada wanita terdapat 4 jenis hernia, yaitu hernia hiatus, hernia umbilikalis, hernia femoralis, dan hernia inguinalis tidak langsung.
Hernia femoralis
Hernia femoralis merupakan kondisi terjadinya usus yang mencuat ke bagian selangkangan atau paha atas. Hal ini akan menyebabkan terjadinya benjolan di area tersebut. Resiko terjadinya hernia jenis ini sangat tinggi terjadi pada wanita, apalagi jika wanita mengalami obesitas ataupun sedang hamil.
Hernia femoralis kerap kali dianggap mirip dengan hernia inguinalis karena memiliki kesamaan tonjolan yang tumbuh di tempat yang sama, yakni munculnya benjolan di area selangkangan. Umumnya, hernia femoralis ini tidak terasa sakit dan sulit untuk terlihat jika ukurannya masih kecil. Namun jika tonjolannya mulai membesar baru akan muncul rasa sakit apalagi jika sedang mengangkat benda berat atau berdiri.
Hernia hiatus
Hernia hiatus merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya benjolan diafragma ke arah rongga dada. Tonjolan ini terjadi akibat organ dari rongga perut yang naik ke atas melewati celah diafragma.
Hernia hiatus sering terjadi pada wanita yang mengalami obesitas dan wanita berusia 50 tahun ke atas. Hernia jenis ini memang tidak menimbulkan gejala ketika ukurannya masih kecil, akan tetapi jika sudah membesar maka akan timbul beberapa gejala seperti sering bersendawa, nyeri pada dada dan perut, sulit menelan, dan mengalami kenaikan asam lambung.
Baca selengkapnya: Penyebab, Gejala, dan Diagnosis Hernia Hiatus
Hernia umbilikus
Hernia umbilikus terjadi akibat adanya lemak, usus, dan cairan yang mencuat ke arah dinding rongga perut dekat pusar. Hal ini menyebabkan timbulnya benjolan yang berada di sekitar pusar. Biasanya hernia umbilikus sering terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak dan mengalami obesitas.
Hernia inguinalis tidak langsung
Hernia inguinalis termasuk dalam jenis hernia yang biasanya menyerang kaum pria. Akan tetapi jenis hernia inguinalis tidak langsung termasuk kategori hernia yang menyerang wanita. Hernia ini menyebabkan benjolan di area selangkangan. Tonjolan yang muncul bisa menyebabkan rasa sakit seperti terbakar, apalagi dalam keadaan sedang membungkuk, mengangkat benda berat, dan juga batuk.
Hernia ini memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dan akan lebih sering terjadi ketika seorang wanita sering mengangkat benda-benda berat sambil menahan napas, suka merokok, mengalami konstipasi, batu dan bersin yang tak kunjung sembuh, serta mengalami kekurangan gizi.
Tes untuk mengetahui hernia
Jika Anda ingin mengetahui apakah Anda mengalami hernia atau tidak, Anda dapat melakukan beberapa tes yang disarankan oleh dokter. Tes yang dilakukan meliputi tes darah, manometri esofagus (mengukur tekanan dan gerakan kerongkongan), esophagram (mengetahui gambaran di bagian perut, usus kecil, dan kerongkongan), dan endoskopi (meneropong lambung melalui kerongkongan).
Dengan melakukan pemeriksaan ke dokter dapat mencegah sedini mungkin terjadinya hernia. Selain itu, Anda sebaiknya rajin mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti makan buah-buahan dan sayuran disertai dengan olahraga secara teratur. Melakukan olahraga rutin juga dapat menjaga berat badan agar Anda tidak mengalami obesitas. Untuk menghindari hernia, Anda sebaiknya juga berhati-hati jika sedang mengangkat benda-benda berat dan hindari mengejan atau menahan napas secara berlebihan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.