Pernahkah mendengar tentang obat golongan kortikosteroid? Obat kortikosteroid ini cukup luas digunakan dan menjadi salah satu obat yang sering diresepkan oleh dokter untuk mengatasi beberapa jenis masalah kesehatan.
Kortikosteroid obat apa?
Obat kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid dengan tujuan menggantikan atau meningkatkan jumlah hormon steroid dalam tubuh. Oleh karena itu, obat kortikosteroid yang mengandung hormon buatan sering disebut juga kortikosteroid sintetis.
Obat kortikosteroid tersedia dalam beragam sediaan, meliputi tablet, sirup, injeksi, inhaler, krim, gel, hingga salep kortikosteroid.
Kortikosteroid sendiri sebenarnya diproduksi tubuh secara alami melalui bagian luar kelenjar adrenal (korteks). Obat kortikosteroid biasa digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada tubuh serta menurunkan fungsi kerja sistem imun tubuh yang berlebihan.
Baca juga: Jaga Sistem Imun dengan Konsumsi Vitamin dan Mineral
6 Jenis obat kortikosteroid
Sediaan obat kortikosteroid umumnya terbagi 2, yaitu obat kortikosteroid sistemik dan salep kortikosteroid lokal yang mengandung hormon steroid. Obat kortikosteroid yang memiliki manfaat cukup banyak ini tergolong sebagai obat anti inflamasi atau peradangan karena kemampuannya mengatasi sejumlah penyakit.
Jika obat kortikosteroid sistemik digunakan dengan cara diminum langsung (oral) atau disuntikkan ke dalam pembuluh darah (intravena), tersedia dalam kemasan tablet, sirup, dan injeksi.
Sementara obat kortikosteroid lokal tersedia dalam bentuk salep kortikosteroid, krim atau gel yang khusus digunakan di bagian tubuh tertentu.
6 Jenis obat yang umumnya termasuk dalam obat golongan kortikosteroid adalah:
- Betametason, dengan merek obat Betason-N, Fobancort, Celestamine, Cortamine, Zestam
- Dexamethasone, dengan merek obat Carbidu, Bufacaryl, Dexamethasone, Dextamine, Molacort
- Hidrokortison, dengan merek obat Dermacoid, Cortigra N, Fartison, Enkacort, Sancortmycin
- Methylprednisolone, dengan merek obat Prednox, Tropidrol, Metrison, Lexcomet, Sanexon
- Prednisolone, dengan merek obat Eltazon, Lupred, Klorfeson, Chloramfecort
- Prednison, dengan merek obat Lexacort, Pehacort, Prednison, Trifacort
Manfaat obat kortikosteroid
Umumnya, penggunaan kortikosteroid difungsikan sebagai obat anti inflamasi atau peradangan serta membantu mengatasi masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan fungsi sistem imun tubuh (penyakit autoimun).
Manfaat obat kortikosteroid bisa digunakan untuk menangani kondisi penyakit, seperti asma, rheumatoid arthritis (rematik), bronkitis, penyakit Crohn, psoriasis, ruam kemerahan pada kulit, serta reaksi alergi pada mata maupun hidung.
Selain itu, kortikosteroid juga bisa dipergunakan untuk:
- Mengatur keseimbangan kadar air dan garam dalam tubuh
- Menekan sistem imun tubuh untuk mencegah penolakan saat transplantasi organ
- Meningkatkan hormon kortisol dalam tubuh karena kortikosteroid mirip hormon kortisol
Baca juga: Bahaya dan Cara Mengurangi Hormon Kortisol yang Berlebih dalam Tubuh
Efek samping obat kortikosteroid
Obat kortikosteroid terbilang cukup aman dan tidak terlalu menimbulkan efek samping jika digunakan untuk jangka pendek. Namun, penggunaan kortikosteroid jangka panjang bisa menimbulkan efek samping obat. Selain itu, respon tubuh pada masing-masing orang juga berbeda-beda.
Sejumlah efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan obat kortikosteroid adalah:
- kelemahan otot
- mudah terinfeksi
- osteoporosis
- masalah penglihatan (penglihatan kabur, glukoma)
- tekanan darah tinggi (hipertensi)
- serangan jantung
- tukak lambung
- kadar gula darah tinggi (diabetes)
- masalah kulit (jerawat, stretch mark, mudah memar)
- perubahan mood (depresi, gelisah, mudah marah)
- meningkatkan nafsu makan
- penumpukan lemak dan berat badan berlebih
Oleh karena itu, penggunaan obat kortikosteroid perlu mendapatkan petunjuk dokter. Ibu hamil dan ibu menyusui juga tidak diperbolehkan menggunakan kortikosteroid karena dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatan bayi.
Begitupun dengan penggunaan kortikosteroid pada orang lanjut usia yang kemungkinan dapat meningkatkan risiko efek samping yang lebih berat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.