Setiap tanggal 27 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia. Hal ini menandakan bahwa penyakit kusta mendapatkan perhatian khusus di dunia, dengan harapan masyarakat dapat menghapus stigma negatif yang menganggap kusta sangat mudah menular. Padahal, kusta tidak mudah menular dan bahkan gejalanya bisa dicegah agar tidak semakin parah dengan minum obat kusta.
Kusta adalah penyakit kronis dan progesif yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Kondisi yang juga disebut dengan penyakit Hansen ini menyebabkan timbulnya borok pada kulit, kelemahan otot, hingga kerusakan saraf. Jika tidak segera diobati, penyakit kusta dapat menyebabkan cacat parah bahkan permanen.
Kenali jenis-jenis kusta
Sebelum meresepkan obat kusta, dokter akan mempertimbangkan jenis kusta dan gejala yang dirasakan pasien. Ada 2 jenis kusta yang umum di Indonesia, antara lain:
1. Kusta kering atau pausi basiler (PB)
Tipe kusta kering ditandai dengan munculnya sekitar 1-5 bercak putih yang mirip seperti panu. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada satu saraf tubuh, tapi tidak ditemukan adanya bakteri pada sampel kulit yang terinfeksi.
2. Kusta basah atau multi basiler (MB)
Jenis kusta basah umumnya ditandai dengan munculnya lebih dari 5 lesi atau lebih dan mirip seperti kadas. Bakteri mulai dapat terdeteksi pada sampel kulit yang diidentifikasi.
Baca Juga: Kusta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Tanda dan gejala kusta
Penyakit kusta sering ditakuti secara berlebihan, sehingga masyarakat kerap menghindari penderita kusta dengan alasan takut ketularan. Padahal, kusta tidak mudah menular karena sebetulnya 95% orang memiliki kekebalan alami terhadap kusta.
Kusta yang mudah menular pun biasanya berasal dari jenis kusta basah yang belum diobati. Penularan bakteri penyebab kusta umumnya terjadi melalui pernapasan, baik lewat bersin atau batuk. Jadi, Anda tak perlu khawatir untuk bersalaman atau merangkul penderita kusta karena ini tidak akan membuat Anda mudah ketularan.
Meski demikian, gejala kusta tetap perlu diwaspadai karena biasanya tidak langsung muncul hingga 20 tahun lamanya. Bakteri kusta berkembang sangat lambat sehingga perlu diperhatikan sejak dini. Semakin cepat terdeteksi, maka semakin cepat pula penanganan dapat dilakukan supaya gejalanya tidak makin parah.
Sejumlah tanda dan gejala kusta yang paling utama antara lain:
- Kelemahan otot
- Baal atau mati rasa di tangan dan kaki
- Lesi atau borok kulit
Macam-macam obat kusta yang diresepkan dokter
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengembangkan terapi dengan kombinasi obat-obatan untuk mengobati semua jenis kusta. Pemberian antibiotik termasuk salah satu bagian terapi yang dapat membantu membunuh bakteri penyebab kusta, bisa dengan salah satu atau beberapa antibiotik sekaligus.
Berikut ini sejumlah obat kusta yang dapat diresepkan dokter, yaitu:
1. Dapsone
Dapsone adalah obat kusta yang bersifat bakteriostatik untuk melemahkan serta menghentikan pertumbuhan bakteri Mycobacterium leprae. Pengobatan ini kerap diandalkan untuk mengatasi kusta kering maupun basah yang dikombinasikan dengan jenis antibiotik lainnya.
Dosis dapsone untuk kusta kering (dikombinasikan dengan rifampicin)
- Anak usia < 10 tahun: sesuai anjuran dokter
- Anak usia 10-14 tahun: 50 mg setiap hari selama 6 bulan
- Dewasa: 100 mg setiap hari selama 6 bulan
Dosis dapsone untuk kusta basah (dikombinasikan dengan rifampicin dan clofazimine)
- Anak usia < 10 tahun: sesuai anjuran dokter
- Anak usia 10-14 tahun: 50 mg setiap hari selama 12 bulan
- Dewasa: 100 mg setiap hari selama 12 bulan
2. Rifampicin
Rifampicin merupakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakeri kusta. Jika dikombinasikan dengan dapsone, pengobatan ini ampuh mengatasi gejala kusta kering. Sedangkan bila dikombinasikan dengan clofazimine dan dapsone, maka bisa membantu mengobati kusta basah.
Dosis rifampicin untuk kusta kering (dikombinasikan dengan dapsone)
- Anak usia < 10 tahun: sesuai anjuran dokter
- Anak usia 10-14 tahun: 1 x sebulan 450 mg, diminum selama 6 bulan dalam pengawasan dokter
- Dewasa: 1 x sebulan 600 mg, diminum selama 6 bulan dalam pengawasan dokter
Dosis rifampicin untuk kusta basah (dikombinasikan dengan dapsone dan clofazimine)
- Anak usia < 10 tahun: sesuai anjuran dokter
- Anak usia 10-14 tahun: 1 x sebulan 450 mg, diminum selama 12 bulan dalam pengawasan dokter
- Dewasa: 1 x sebulan 600 mg, diminum selama 12 bulan dalam pengawasan dokter
3. Clofazimine
Kombinasi antibiotik clofazimine, dapsone, dan rifampicin sering kali digunakan sebagai resep obat kusta basah. Lama pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kusta pada pasien, biasanya sekitar 6-12 bulan. Orang dengan kusta yang cukup parah mungkin membutuhkan pengobatan antibiotik yang lebih lama.
Dosis clofazimine untuk kusta basah(dikombinasikan dengan dapsone dan rifampicin)
- Anak usia < 10 tahun: sesuai anjuran dokter
- Anak usia 10-14 tahun: 50 mg diberikan pada hari-hari alternatif selama 12 bulan DAN 1 x sebulan dengan dosis 150 mg dalam pengawasan dokter
- Dewasa: 50 mg setiap hari selama 12 bulan DAN 1 x sebulan dengan dosis 300 mg dalam pengawasan dokter
4. Minocycline
Obat kusta berupa antibiotik minocycline biasa digunakan untuk mengatasi lesi kusta kering yang masih sedikit atau tahap awal. Antibiotik jenis ini diberikan dengan dosis 100 mg dan dikombinasikan dengan rifampicin dan ofloxacin.
5. Ofloxacin
Ofloxcin kerap dikombinasikan dengan rifampicin dan minocycline untuk mengobati kusta kering.
Dosis untuk orang dewasa
- Rifampicin 600 mg
- Ofloxacin 400 mg
- Minocycline 100 mg
Dosis untuk anak-anak
- Rifampicin 300 mg
- Ofloxacin 200 mg
- Minocyline 50 mg
Baca Juag: Jenis-Jenis Golongan Antibiotik dan Fungsinya
6. Obat anti-inflamasi
Selain dengan antibiotik, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan yang bersifat anti-inflamasi untuk mengendalikan nyeri saraf dan kerusakan pada tubuh. Contohnya aspirin, prednisone, atau thalidomide. Pengobatan jenis ini dapat diberikan beberapa bulan atau hingga 1-2 tahun.
Thalidomide bekerja dengan menekan sistem imun tubuh sehingga dapat membantu mengatasi nodul kulit kusta. Namun, obat ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena dapat meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi.
Konsultasikan lebih lanjut pada dokter mengenai obat kusta yang sesuai dengan jenis kusta dan gejala yang Anda rasakan. Setiap jenis obat mungkin saja menimbulkan efek samping, tapi biasanya tergolong ringan. Yang terpenting, selalu ikuti dosis dan aturan minum obat kusta dari dokter agar gejalanya tidak bertambah parah dan mencegah risiko cacat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.