Seiring bertambahnya usia, tubuh kita tentu sudah tidak lagi sekuat saat muda dulu. Apalagi jika diikuti dengan gaya hidup yang tak sehat, fungsi-fungsi organ tubuh bisa terus menurun sehingga Anda lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Hati-hati, penyakit degeneratif adalah salah satu yang paling sering terjadi.
Penyakit degeneratif adalah penyakit kronis yang umum dialami lansia
Penyakit degeneratif merupakan masalah kesehatan yang terjadi ketika fungsi atau struktur jaringan maupun organ tubuh mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Kondisi ini dapat memengaruhi banyak sistem tubuh, mulai dari sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), tulang dan sendi, hingga pembuluh darah dan jantung.
Umumnya, penyebab penyakit degeneratif adalah karena faktor usia dan gaya hidup tak sehat. Namun, lebih seringnya terjadi akibat faktor usia alias penuaan.
Karena itulah, kondisi ini lebih banyak dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut (lansia) daripada usia muda. Menurut penelitian dalam jurnal Materia Sociomedica, lansia usia 65 tahun ke atas setidaknya mengalami 3-4 penyakit kronis semasa hidupnya.
Jenis-jenis penyakit degeneratif paling umum
1. Arthritis
Arthritis adalah salah satu penyakit degeneratif yang menyerang otot, tulang, dan persendian. Ada 2 jenis arthritis yang sering terjadi, yaitu rheumatoid arthritis (RA) dan osteoarthritis (OA).
Rheumatoid arthritis lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit rematik. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan pada sendi yang menimbulkan rasa nyeri, panas, hingga bengkak. Biasanya terjadi pada tangan, kaki, dan lutut.
Sedangkan osteoarthritis adalah penyakit persendian yang disebabkan oleh kerusakan tulang rawan (kartilago). Seiring bertambahnya usia, tulang rawan terus menipis sehingga mempersempit ruang sendi.
Ruang sendi bisa benar-benar hilang bahkan sampai menyebabkan deformitas. Hal inilah yang kemudian memunculkan rasa sakit, bengkak, kaku pada sendi, hingga sulit bergerak. Osteoarthritis bertanggung jawab terhadap 50% kasus arthritis akibat faktor degeneratif.
2. Diabetes
Diabetes adalah penyakit degeneratif yang dapat terjadi karena 2 hal, yaitu:
- Ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin (diabetes tipe 1)
- Tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara maksimal (diabetes tipe 2)
Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Ketika insulin tidak digunakan dengan baik, kadar gula dalam darah akan sulit dikendalikan dan jumlahnya melonjak dalam tubuh.
Selain memicu diabetes, peningkatan gula darah secara drastis juga dapat mengganggu fungsi organ-organ lainnya. Mulai dari organ hati, pankreas, ginjal (nefropati), saraf (neuropati), hingga mata (retinopati).
Beberapa gejala diabetes tipe 1 meliputi sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsia), sering lapar (polifagi), berat badan turun, dan mudah lelah. Gejala diabetes tipe 2 cenderung lebih ringan, tapi risiko komplikasinya justru lebih besar pada tubuh dibandingkan tipe 1.
Baca Selengkapnya: 15 Gejala Diabetes yang Wajib Dikenali
Diabetes tipe 2 paling sering disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Contohnya konsumsi makanan manis dan tinggi lemak jenuh, jarang olahraga, berat badan berlebih, atau sering minum alkohol. Maka itu, mulailah hidup sehat dari sekarang untuk mencegah terkena diabetes tipe 2.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang paling sering terjadi. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya selalu di atas 140 mmHg.
Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah yang dipompa oleh jantung menuju pembuluh darah. Semakin banyak darah yang dipompa, maka pembuluh arteri akan semakin sempit dan menyebabkan tekanan darah tinggi.
Gaya hidup dan pola makan yang buruk merupakan penyebab hipertensi yang paling umum. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi tanpa sebab atau disebut hipertensi primer.
Untuk mencegah hipertensi, periksa tekanan darah Anda secara rutin. Anda bisa melakukannya sendiri dengan alat tensi atau periksa ke dokter.
Jangan biarkan tekanan darah Anda terus-terusan tinggi. Sebab bila tidak segera ditangani, hipertensi dapat memicu komplikasi serius seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung atau ginjal, stroke, diabetes, hingga kebutaan.
4. Penyakit jantung
Faktor penuaan juga menyebabkan seseorang rentan terkena penyakit kardiovaskular. Dari sekian banyak jenis penyakit kardiovaskular yang ada, penyakit jantung lah yang cukup sering terjadi.
Penyakit ini juga dapat menyerang siapa pun tanpa pandang bulu, usia tua ataupun muda. Apalagi kalau gaya hidup sehari-harinya tidak sehat, misalnya suka makan makanan berlemak tinggi, merokok, jarang olahraga, atau minum alkohol berlebihan.
Ketika terkena sakit jantung, seseorang biasanya akan mengalami gejala berupa nyeri dada, napas ngos-ngosan, nyeri atau mati rasa pada kaki atau lengan, bahkan sampai ke leher, rahang, dan punggung.
Sayangnya, penyakit degeneratif ini tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan hanya berfungsi untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Baca Juga: 7 Jenis Penyakit Jantung dan Ciri-Ciri yang Membedakannya
5. Kanker
Normalnya, sel tubuh manusia akan membelah setiap hari untuk membentuk sel-sel tubuh yang baru. Ketika ada sel mulai menua atau rusak, maka sel tersebut akan mati dan digantikan oleh sel-sel baru.
Lain halnya pada penyakit kanker, sel-sel tua atau rusak yang seharusnya mati justru tetap bertahan hidup. Secara bersamaan, sel-sel baru terus terbentuk secara abnormal walaupun sebetulnya tidak diperlukan. Kondisi inilah yang kemudian akan membentuk massa yang disebut tumor.
Penyebab kanker diketahui berasal dari mutasi gen. Proses perubahan pada gen dapat dipicu oleh banyak faktor, seperti merokok, bahan kimia penyebab kanker (karsinogen), paparan radiasi, hormon, virus, atau bahkan obesitas.
Sejumlah penyakit degeneratif masih bisa disembuhkan selama diobati dengan cepat dan tepat. Namun, sebagian lainnya tidak dapat disembuhkan meski sudah diobati dengan berbagai cara. Maka itu, menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit kronis tersebut.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.