Bayi yang baru lahir umumnya hanya disarankan minum ASI atau susu formula saja hingga usianya mencapai 6 bulan. Setelah itu, si kecil biasanya sudah boleh dikenalkan dengan MPASI (makanan pendamping ASI).
Nah, jika susu merupakan makanan wajib, bagaimana dengan keju? Bolehkah bayi makan keju? Bila jawabannya ‘ya’, maka kapan ia boleh mulai makan keju?
Manfaat keju untuk bayi
Menurut Akademi Dokter Anak Amerika, pemberian keju pada sebagian besar bayi sebenarnya sah-sah saja. Pihak Kementerian Kesehatan RI-pun mengakui bahwa keju termasuk sumber protein yang disarankan untuk balita.
Ya, selain rasanya enak, keju memang kaya nutrisi yang baik untuk tumbuh-kembang si kecil. Lantas, apa saja manfaat keju untuk bayi itu? Berikut penjabarannya secara sekilas:
- Sumber protein - penting untuk membangun tubuh dan pembentukan vitamin D.
- Kalsium - diperlukan agar gigi dan tulang bayi tumbuh kuat.
- Sumber B12 - vitamin yang rata-rata terdapat pada daging ini, juga ada dalam keju.
- Kalori - membuat anak tetap berenergi sepanjang hari
- Vitamin A - baik untuk kesehatan mata
Aturan memberikan keju pada bayi
Tapi tentunya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan keju pada buah hati. Apa sajakah itu?
- Ia sudah dapat mengunyah atau mengemut makanan
Kalau si kecil tampaknya sudah mampu mengemut atau mengunyah, maka pengenalan keju sudah dapat dilakukan. Kemampuan ini biasanya sudah ada ketika anak masuk usia 6-9 bulan.
- Perkenalkan makanan padat lainnya dulu
Tak perlu buru-buru untuk menyuguhkan keju pada si kecil. Sebaiknya, perkenalkan ia dengan makanan padat lainnya seperti sereal, maupun daging, buah, atau sayuran yang dilumat jadi bubur (puree).
- Kejunya sudah dipasteurisasi
Ketika memilih produk keju untuk bayi, pastikan kalau itu sudah dipasteurisasi (baca label kemasannya). Berbeda dengan yang belum dipasteurisasi, keju ini biasanya tidak terkontaminasi listeria monocytogenes, bakteri penyebab penyakit bawaan makanan pada bayi.
Contoh jenis keju yang aman untuk bayi antara lain cheddar, edam, parmesan, mozarella, cottage, ricotta, mascarpone, hingga cream cheese.
- Kenalkan saat dirumah
Saat ingin mengenalkan keju pertama kalinya pada bayi, lakukan di rumah ketimbang tempat umum seperti restoran atau lainnya. Hal ini untuk berjaga-jaga saja, sebab seandainya si kecil muntah atau diare setelah makan keju, maka akan lebih mudah menanganinya.
- Sajikan dengan berbagai cara
Biasanya Anda mungkin selalu menyajikan kejunya dalam potongan kecil (seukuran jari bayi) untuk menghindarkan resiko tersedak. Padahal masih ada cara memberikan keju pada bayi lainnya yang bisa dicoba, misalnya:
- Melted cheese - lelehkan kejunya di atas sedikit roti atau kraker sebagai snack
- Lelehkan dalam potongan sayuran
- Tambahkan sedikit ke kocokan telur
- Campurkan cream cheese dalam pasta
Selain beragam metode tadi, Anda juga boleh bereksperimen memberikan jenis keju berbeda. Biarkan si kecil memilih citarasa keju mana yang paling ia sukai.
- Tidak ada reaksi/ riwayat alergi
Beberapa bayi sebaiknya tidak makan keju hingga dokter menyalakan lampu hijau. Alasannya karena produk susu tersebut masuk dalam daftar alergen (zat pemicu alergi) paling umum.
Mereka ini biasanya mengalami kondisi seperti:
- Mengidap eksim (intensitas sedang hingga kronis)
- Memiliki alergi makanan tertentu
- Pernah menunjukkan reaksi alergi makanan tertentu di waktu lampau
Bayi yang alergi terhadap susu dan produk turunannya misalnya, rata-rata menunjukkan gejala:
- Kulit gatal, bengkak, hingga muncul bintik merah
- Muntah
- Diare
- Gangguan pernapasan
- Sakit perut
- Batuk
- Mata berair
- Mengi
- Hilang kesadaran
Intensitas gejala di atas bisa berlainan pada tiap anak, mungkin ada yang ringan saja, tapi bisa juga ada yang berat.
Umumnya gejala tersebut langsung timbul usai si kecil mengonsumsi susu atau produk turunannya. Namun reaksinya terkadang juga dapat muncul beberapa jam hingga hari berikutnya.
Gejala alergi susu yang muncul belakangan rata-rata seperti diare (bisa juga disertai darah), muncul ruam di kulit, tersedak, muntah, hingga kolik (bayi terus-menangis).
Jadi bila si kecil menunjukkan gejala alergi susu setelah makan keju, segera hentikan pula pemberian susu formula maupun produk olahan susu lainnya. Selain itu, bawa anak ke dokter, terlebih jika ia mengalami gejala serius semacam bengkak pada mulut atau tenggorokan hingga sesak napas.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.