Nama permainan PUBG atau Player Unknown Battle Ground mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar pada 2 tahun belakangan ini. Permainan bergenre battle royale dengan gaya First Person Shooter yang dirilis oleh Tencent Games pada akhir tahun 2017 ini langsung menjadi trending, dengan puncak 3,24 juta jumlah download pada bulan Januari 2018.
Melihat game online yang sedang booming, penggemar dunia E-Sport dari Indonesia juga tidak mau ketinggalan dalam mengikuti hype yang sedang berlangsung didalamnya, termasuk PUBG ini. Dari orang-orang yang memang bekerja dalam dunia E-Sport, sampai dengan anak-anak kecil yang pada hakikatnya masih butuh pendampingan orang tua dalam menggunakan smartphone.
Bermain game pada dasarnya memang dijadikan sebagai sarana penghilang rasa stress dan juga bosan, namun menghabiskan waktu untuk bermain secara berlebihan juga dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan seseorang, terutama anak-anak.
Banyak sekali anak-anak yang sedari dulu sudah dibiasakan mengakses smartphone mengalami kecanduan bermain game online dan PUBG juga merupakan salah satu permainan yang digandrungi anak-anak jaman sekarang. Mulai dari penurunan daya lihat karena terlalu lama memandang layar, sampai dengan gangguan kesehatan mental yang dapat terjadi.
Gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan mental anak
Depresi
Kecanduan bermain PUBG secara terus menerus seringkali membuat anak-anak menjadi lupa waktu dan pada akhrinya menyebabkan kurang tidur dan makan. Rasa ingin bermain kembali ketika kalah sebagai bentuk balas dendam ataupun iming-iming untuk meraih kemenangan kembali saat mencapai kemenangan kerap menjadi alasan untuk mengesampingkan waktu tidur. Dimana anak akan mengalami depresi dan akan mengurangi kemampuan bersosial mereka.
Gelisah
Rasa gelisah sering muncul ketika sang anak tak dapat memainkan game kesukaannya. Rasa penasaran atas kekalahan maupun kemenangan menjadi pemicu bagi sang anak untuk memainkan gadget mereka kembali. Anak yang mengalami kegelisahan biasanya akan lebih temperamental ketika mereka tidak diperbolehkan untuk memainkan gadget mereka.
Manajemen waktu yang buruk
Psikologi Sosial menjelaskan bahwa anak yang terlalu sering bermain games, terutama game online dengan otomatis akan memiliki manajemen waktu yang buruk. Selain itu Family Time dimana anak seharusnya dapat berinteraksi dan belajar bersama orang-orang terdekatnya otomatis akan terkuras karena waktu yang digunakan untuk bermain PUBG
Kecanduan
Kecanduan juga merupakan salah satu gangguan dapat terdeteksi dengan mudah. Terlihat dari anak-anak yang sudah memegang konsol permainannya, mereka tidak akan bisa begitu saja melepaskannya. Layaknya obat-obatan terlarang yang jika sudah kecanduan, siapapun pasti akan sulit untuk meninggalkannya.
Penurunan kemampuan mengingat
Materi abu-abu merupakan gen yang terhubung dengan pembentukan kecerdasan seseorang. Sedangkan hippocamus sendiri merupakan bagian otak yang berguna untuk mensolidasi ingatan pendek ke ingatan jangka panjang serta kemampuan navigasi spasial.
Bermain game FPS (First Person Shooter) seperti yang ada didalam game battle royale PUBG dapat menimbulkan peningkatan inti nukleus yang berfungsi sebagai pembentuk kebiasaan sekaligus penurunan pada materi hippocamus. Secara esensial, bermain PUBG mampu menurutkan kemampuan mengingat seseorang dan memiliki resiko tinggi untuk mengalami post-traumatic disorder (PTSD) yang pada nantinya akan menambah kecenderungan untuk terjangkit Alzheimer ketika anak sudah lebih dewasa.
Demikian merupakan beberapa gangguan yang dapat menghambat perkembangan mental anak karena kecanduan bermain PUBG. Oleh karena itu hal ini juga menjadi peringatan bagi orang tua untuk dapat lebih memberi pengawasan terhadap anak-anak mereka, serta mengatur jadwal bermain yang sehat bagi anak-anaknya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.