Untuk kamu yang nge fans banget sama Kpop Korea, tentunya kamu sudah tidak asing lagi bukan dengan grup musik Shinee. Ya grup musik yang membernya para cowo ganteng ini merupakan salah satu grup musik yang sangat populer di kalangan para pecinta musik Kpop.
Nah tentunya kamu juga masih ingat bukan dengan salah satu member grup Shinee yang bernama Kim Jong Hyun yang sudah melakukan bunuh diri dengan cara mengunci dirinya sendiri di apartemen nya yang sudah dipenuhi oleh gas karbon Monoksida sehingga membuat nya keracunan gas karbon Monoksida dan meninggal dunia.
Lalu tahukah kamu apa itu keracunan gas karbon monoksida ? Yuk simak lebih lanjut artikel dibawah ini untuk mengetahui lebih dalam lagi akan penyebab kematian Kim Jong Hyun akhir tahun 2017 yang lalu tersebut.
Apakah Keracunan Karbon Monoksida Itu?
Keracunan gas karbon monoksida ialah suatu keadaan dimana seseorang terlalu banyak menghirup gas karbon monoksida yang membuatnya merasakan sesak nafas dan bila tidak segera keluar dari area yang sudah penuh dengan gas karbon monoksida itu sendiri maka bisa berakibat sangat fatal hingga menyebabkan kematian.
Gas karbon monoksida atau gas CO sendiri ialah gas yang tidak berbau dan tidak memilki rasa namun sangat beracun yang berbeda 180 derajat dengan gas oksigen
Gas karbon monoksida biasanya dihasilkan dari proses pembakaran baik itu pembakaran bensin seperti pada knalpot motor, knlapot mobil ataupun mesin, bisa juga akibat hasil pembakaran dari kompor minyak dan gas, dari genset, dari water heater serta dari alat atau mesin pemanggang yang menggunakan arang.
Apa Yang Terjadi Jika Seseorang Mengalami Keracunan Karbon Monoksida?
Bila seseorang menghirup gas karbon monoksida dalam jumlah yang terlalu banyak, maka gas ini akan terikat pada hemoglobin atau sel darah merah yang ada pada tubuh manusia. Padahal hemoglobin atau sel darah merah ialah sel darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh manusia.
Hal ini tentunya fatal adanya karena hemoglobin yang sudah terikat dengan gas karbon monoksida akan juga membawa racun ke seluruh tubuh manusia itu sendiri dan menyebabkan seseorang mengalami keadaan hipoksia.
Karena sifatnya yang tidak berasa dan tidak berbau, umumnya mereka yang menghirup gas karbon monoksida dalam jumlah yang sedikit tidak akan merasakan banyak gejala, karena gejala yang ditimbulkan layaknya gejala seperti keracunan makanan dimana badan hanya merasa mual, muntah, pusing, sakit perut tanpa disertai demam.
Namun bila orang tersebut terus terusan menghirup gas karbon monoksida maka baru akan muncul gejala yang lebih spesifik lagi seperti:
- Adanya gangguan pada penglihatan
- Menjadi mudah lupa atau pikun
- Badan menjadi sulit dikoordinasi dan tidak seimbang
- Munculnya sakit kepala sebelah atau vertigo
- Kejang kejang
- Mudah emosi dan depresi
- Sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir
- Kehilangan kesadaran.
Lalu bagaimana dengan kasus dari member grup Shinee Kim Jong Hyun yang memang sengaja menghirup gas karbon monoksida dalam kadar sangat tinggi, hal ini tentunya akan sangat berbahaya dan langsung dapat menimbulkan kematian bahkan hanya dalam waktu hitungan menit.
Penanganan Keracunan Karbon Monoksida
Untuk pertolongan bagi penderita yang sudah terlanjur menghirup gas karbon monoksida sendiri tergantung dari tingkat banyaknya gas karbon monoksida yang sudah terhirup. Bila masih dalam tahap sedikit, si penderita hanya perlu untuk menjauhi area yang penuh gas karbon monoksida tersebut.
Bila si penderita sudah terlanjur menghirup dan keracunan dalam jumlah yang banyak maka umumnya dokter akan segera memberikan gas oksigen murni kepada si penderita sehingga kadar oksigen dalam darah si penderita bisa cepat kembali normal.
Selain itu sekarang di rumah sakit besar di Indonesia rata rata sudah menyediakan layan terapi gas oksigen Hiperbarik yang mampu menjadi pilihan alternatif si penderita dalam menghilangkan keracunan gas karbon monoksida dalam dirinya secara bertahap, rutin dan berkala.
Tentunya mengikuti saran dan anjuran dokter dalam pengobatan keracunan karbon monoksida merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan oleh setiap pasien.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.