Ketahui Penyebab Tingginya Depresi pada Remaja

Faktor lingkungan, pergaulan hingga keluarga juga menyumbang kemungkinan terbesar seseorang mengalami depresi. Depresi tidak boleh disepelekan karena bisa membuat seseorang mengalami gangguan kesehatan hingga tidak dapat beraktivitas dengan normal.
Dipublish tanggal: Agu 24, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Mar 17, 2020 Waktu baca: 2 menit
Ketahui Penyebab Tingginya Depresi pada Remaja

Gangguan depresi tidak hanya dapat menyerang orang dewasa, namun juga rentan menimpa anak-anak usia sekolah dan remaja. Hal ini diungkapkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia Yogyakarta, bahwa sebanyak 3% anak usia sekolah mengalami depresi. 

Sementara terdapat 6% remaja yang mengalami depresi. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi di usia remaja. Jika Anda memiliki anak usia remaja, ada baiknya Anda mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan mereka depresi berikut ini.

Iklan dari HonestDocs
Dermal Fillers Treatment di Reface Clinic

Dermal Filler merupakan perawatan wajah yang berfungsi untuk memperbaiki area tertentu yang memang diperlukan. Misalnya, untuk membantu mengatasi kerutan, garis halus atau cekungan yang disebabkan penuaan, meratakan tekstur dan menghaluskan kulit, hingga menghilangkan bekas luka. Perawatan wajah ini dilakukan dengan menyuntikan cairan seperti asam hialuronat atau kolagen, maupun zat sintesis kebagian wajah yang bermasalah, Contohnya pipi,hidung,bibir,rahang,dagu,area sekitar muka, dan lainnya. Perawatan dermal filler akan menjadikan wajah menjadi lebih berisi sehingga keriput atau garis-garis halus jadi tersamarkan.

Masa remaja adalah saat seseorang mencari jati diri. Kondisi emosi yang masih labil dan mungkin masih sedikit “bingung” ini sangat rentan membuat seorang remaja mengalami depresi. Faktor lingkungan, pergaulan hingga keluarga juga menyumbang kemungkinan terbesar seseorang mengalami depresi. 

Depresi tidak boleh disepelekan karena bisa membuat seseorang mengalami gangguan kesehatan hingga tidak dapat beraktivitas dengan normal.

1. Tekanan di lingkungan

Di masa serba digital saat ini, banyak hal yang dapat menimbulkan tekanan pada seseorang hingga berujung pada depresi bahkan sampai bunuh diri. Media sosial merupakan salah satu faktor terbesar yang membuat remaja rentan mengalami depresi. 

Penggunaan tidak tepat seperti cyberbullying membuat seorang remaja rentan terkena serangan psikis.

Selain itu, tekanan untuk menjadi populer di tengah lingkungan juga membuat mereka melakukan segala cara. Keinginan untuk populer di zaman digital saat ini umumnya dilakukan dengan mengunggah banyak foto “berkualitas” melalui medsos seperti Instagram agar mendapat banyak like dan follower. 

Hal itu menyebabkan remaja hanya berfokus untuk mendokumentasikan foto-foto terbaiknya di setiap acara untuk dapat dipasang di medsos mereka. Mereka kehilangan arti dari ikut serta sebuah acara menjadi hanya sekedar ajang unjuk diri di medsos.

Iklan dari HonestDocs
Dermal Fillers Treatment di Reface Clinic

Dermal Filler merupakan perawatan wajah yang berfungsi untuk memperbaiki area tertentu yang memang diperlukan. Misalnya, untuk membantu mengatasi kerutan, garis halus atau cekungan yang disebabkan penuaan, meratakan tekstur dan menghaluskan kulit, hingga menghilangkan bekas luka. Perawatan wajah ini dilakukan dengan menyuntikan cairan seperti asam hialuronat atau kolagen, maupun zat sintesis kebagian wajah yang bermasalah, Contohnya pipi,hidung,bibir,rahang,dagu,area sekitar muka, dan lainnya. Perawatan dermal filler akan menjadikan wajah menjadi lebih berisi sehingga keriput atau garis-garis halus jadi tersamarkan.

2. Masalah pada percintaan

Mengalami jatuh cinta di usia remaja sebenarnya hal yang wajar apalagi ketika mereka sedang dalam masa pubertas. Hanya saja, banyak dari remaja labil yang tidak mendapat bimbingan dan tuntunan dari orangtuanya akhirnya mudah sekali melakukan bunuh diri ketika putus cinta. 

Tren bunuh diri hanya karena putus cinta bahkan meningkat akhir-akhir ini di kalangan remaja.

3. Stress akibat tekanan di sekolah

Tuntutan akademis maupun ekspektasi yang terlalu tinggi dari orang tua kerap menjadi salah satu faktor penyebab remaja mudah mengalami depresi. 

Tidak hanya tuntutan akademis, perilaku bullying yang masih sering dialami oleh beberapa orang di sekolah juga menyumbang risiko terbesar seseorang mengalami depresi hingga bunuh diri.

Hal ini sekilas mungkin terlihat sepele. Padahal jika tidak ditangani segera, remaja yang menjadi korban bullying maupun mengalami tekanan akademis yang terlalu tinggi rentan terkena depresi.

4. Rendahnya tingkat kepercayaan diri

Masa remaja merupakan salah satu momen yang bisa dibilang cukup rumit. Masa ini adalah masa peralihan dari kondisi anak-anak yang sangat bergantung pada orangtua ke masa Anda mengalami semua hal yang belum pernah dirasakan ketika anak-anak. 

Anda akan mengalami perubahan terhadap bentuk fisik yang cukup signifikan. Anda juga menjalani seluk-beluk masalah percintaan hingga ekspektasi orangtua yang akan semakin meningkat ketika Anda remaja.

Tekanan-tekanan ini sering menimbulkan kepercayaan diri seorang remaja menurun. Hal ini dapat menyebabkan remaja mudah mengalami stress dan depresi.

5. Masalah pada keluarga

Seorang anak yang tumbuh di keluarga broken home akan lebih mudah mengalami depresi. Pertengkaran orangtua yang sering mereka alami akan membuat mereka trauma dan depresi. Kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua dapat menyebabkan remaja mudah mengalami depresi. 

32 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Neavin DR, et al. Treatment of major depressive disorder in pediatric populations. Diseases. 2018;6:48.
Frequently asked questions about pharmacogenomics. National Human Genome Research Institute. https://www.genome.gov/27530645/faq-about-pharmacogenomics/.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app