Pada dasarnya, prosedur aborsi dilarang dilakukan di Indonesia terkecuali didukung dengan alasan medis yang membahayakan kondisi Ibu.
Baik Anda menjalani aborsi bedah atau menggunakan pil aborsi, penting untuk menjaga diri Anda setelah menjalani prosedur. Banyak wanita yang mengalami beberapa efek samping, termasuk kram perut, perdarahan vagina ringan, mual, payudara sakit, dan kelelahan.
Pendarahan setelah aborsi
Banyak wanita akan mengalami pendarahan setelah aborsi. Selama periode ini, Anda mungkin mengalami bercak yang ringan hingga berat selama beberapa hari.
Gumpalan darah yang keluar juga merupakan gejala normal yang sering terjadi pasca-aborsi. Namun, gumpalan darah yang besar (ukuran bola golf) selama lebih dari dua jam tidak dapat dikatakan normal.
Pendarahan berat didefinisikan dengan menggunakan dua atau lebih pembalut maksimal dalam satu jam, atau pendarahan hebat selama 12 jam atau lebih.
Bila terjadi, gejala ini mungkin merupakan tanda komplikasi terutama jika darah berwarna merah terang setelah 24 jam pertama pasca aborsi atau jika disertai rasa sakit yang menusuk dan persisten.
Berhubungan seksual setelah aborsi
Setelah menjalani prosedur aborsi, biasanya disarankan agar Anda menunggu sekitar dua minggu sebelum berhubungan seks. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko infeksi dan merupakan bagian penting dari perawatan pasca-aborsi.
Jika Anda tiba-tiba mengalami rasa sakit yang tajam saat berhubungan seks setelah aborsi, hubungi dokter Anda untuk penanganan lebih lanjut.
Efek samping dan komplikasi
Efek samping normal yang seringkali muncul setelah aborsi meliputi:
- kram perut
- perdarahan vagina ringan
- mual dan muntah
- payudara yang sakit
- kelelahan
Walaupun aborsi medis dan bedah umumnya dianggap aman, kadang-kadang dapat menyebabkan komplikasi serius.
Salah satu komplikasi yang paling umum adalah infeksi. Infeksi ini dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau paparan bakteri melalui vagina, seperti berhubungan seks terlalu cepat. Anda dapat mengurangi risiko infeksi ini dengan menunggu untuk melakukan hubungan seks dan menggunakan pembalut.
Gejala infeksi yang sering terjadi meliputi keputihan berbau, demam, dan nyeri panggul yang parah. Infeksi yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul. Oleh karena itu, segera hubungi dokter Anda untuk mendapat perawatan medis secepatnya.
Komplikasi potensial lain yang mungkin dialami seorang wanita setelah aborsi meliputi:
- Aborsi tidak lengkap atau gagal, di mana janin masih hidup atau belum sepenuhnya dievakuasi dari rahim. Ini dapat menyebabkan komplikasi medis yang serius.
- Perforasi uterus, yang menimbulkan gejala nyeri perut hebat, perdarahan, dan demam.
- Syok septik, yang menimbulkan gejala demam, kedinginan, sakit perut, dan tekanan darah rendah.
Beberapa gejala dapat menunjukkan komplikasi darurat. Jika Anda mengalami salah satu dari gejala ini, cari perawatan medis secepat mungkin:
- demam
- pendarahan yang sangat berat
- keputihan berbau kuat
- panas dingin
- sakit perut yang parah
Tips perawatan pasca-aborsi
Setelah aborsi, dokter Anda akan memberi petunjuk perawatan khusus. Untuk mengurangi efek samping dan meningkatkan kenyamanan Anda setelah aborsi, Anda dapat:
- Gunakan bantalan pemanas, yang bisa meredakan kram.
- Tetap terhidrasi, terutama jika Anda mengalami muntah atau diare.
- Mendapat dukungan dari orang sekitar, karena beberapa wanita mengalami perubahan emosional dari perubahan hormon drastis.
- Konsumsi obat penahan sakit seperti ibuprofen untuk mengurangi kram dan rasa sakit.
- Pijat perut Anda di lokasi terjadinya kram.
- Kenakan bra yang pas untuk meredakan nyeri payudara.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.