Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan metabolisme tubuh untuk memecah jenis gula alami yang disebut laktosa. Laktosa umumnya ditemukan dalam produk susu, seperti susu protein hewani, keju dan yogurt. Seseorang mengalami intoleransi laktosa ketika usus halus tidak dapat memproduksi cukup hormon laktase yang dapat digunakan untuk mencerna dan memecah laktosa.
Ketika ini terjadi, laktosa yang tidak tercerna bergerak ke usus besar. Bakteri yang biasanya ada di usus besar berinteraksi dengan laktosa yang tidak tercerna dan menyebabkan gejala seperti kembung, gas, dan diare. Kondisi ini juga bisa disebut defisiensi laktase.
Intoleransi laktosa sangat umum terjadi pada orang dewasa, terutama mereka yang keturunan Asia, Afrika, Amerika asli, atau Mediterania. Menurut Mayo Clinic , hampir 30 juta orang Amerika di atas usia 20 mengalami intoleransi laktosa. Kondisi ini tidak mengancam jiwa, tetapi menimbulkan ketidaknyamanan.
Intoleransi laktosa biasanya menyebabkan gejala gastrointestinal, seperti perut kembung, dan diare, sekitar 30 menit hingga dua jam setelah mengkonsumsi susu atau produk susu lainnya yang mengandung laktosa.
Orang yang mengalami intoleransi laktosa mungkin perlu menghindari produk makanan atau minuman yang berasal dari susu atau mungkin perlu mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung enzim laktase sebelum mengkonsumsi makanan yang mengandung susu.
4 Jenis intoleransi laktosa
Ada 4 jenis utama intoleransi laktosa, masing-masing memiliki penyebab yang berbeda:
1. Intoleransi laktosa primer
Intoleransi laktosa primer adalah jenis intoleransi laktosa yang paling sering ditemukan. Kebanyakan orang terlahir dengan cukup laktase. Bayi membutuhkan enzim untuk mencerna ASI mereka.
Jumlah enzim laktase yang dibuat seseorang dapat berkurang seiring waktu, hal ini terjadi seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang tidak mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung laktosa. Penurunan laktase bertahap. Jenis intoleransi laktosa lebih sering terjadi pada orang dengan keturunan Asia, Afrika, Amerika Asli, atau Mediterania.
2. Intoleransi laktosa sekunder (karena penyakit atau cedera)
Penyakit usus seperti pada penyakit seliaka dan penyakit radang usus, pasca operasi atau cedera pada usus kecil Anda juga dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Tingkat laktase dapat kembali normal jika kelainan yang mendasarinya diobati.
3. Intoleransi laktosa bawaan (dilahirkan dengan kondisi)
Dalam kasus yang sangat jarang, intoleransi laktosa dapat diwariskan. Gen yang rusak dapat ditularkan dari orang tua ke anak, sehingga tidak ada laktase pada anak. Kondisi ini disebut sebagai intoleransi laktosa bawaan.
Dalam hal ini, bayi Anda akan tidak toleran terhadap ASI. Mereka akan mengalami diare segera setelah mengkonsumsi ASI atau susu formula yang mengandung laktosa. Jika tidak dikenali dan diobati sejak dini, kondisinya dapat mengancam jiwa. Diare dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Kondisi ini dapat diobati dengan mudah dengan memberikan bayi susu formula bebas laktosa.
4. Intoleransi laktosa perkembangan
Kadang-kadang, jenis intoleransi laktosa yang disebut intoleransi laktosa perkembangan terjadi ketika bayi lahir prematur. Hal ini disebabkan karena produksi laktase pada bayi dimulai pada usia kehamilan 34 minggu.
Apa saja gejala intoleransi laktosa?
Gejala intoleransi laktosa biasanya terjadi antara 30 menit hingga dua jam setelah makan atau minum susu atau produk yang mengandung susu, dan gejalanya meliputi:
- kram perut
- perut kembung
- gas
- diare
- mual
Gejalanya dapat berkisar dari gejala ringan hingga gejala berat. Tingkat keparahannya tergantung pada berapa banyak laktosa yang dikonsumsi dan berapa banyak laktase yang diproduksi orang tersebut.
Bagaimana mendiagnosa intoleransi laktosa?
Jika Anda mengalami kram, kembung, dan diare setelah minum susu atau makan dan minum produk yang mengandung susu, dokter Anda mungkin akan melakukan pemeriksaan intoleransi laktosa. Tes konfirmasi dapat mengukur aktivitas laktase dalam tubuh. Tes-tes ini meliputi:
Tes intoleransi laktosa
Tes darah ini mengukur reaksi tubuh Anda terhadap cairan yang mengandung kadar laktosa tinggi.
Tes nafas hidrogen
Tes ini mengukur jumlah hidrogen dalam napas Anda setelah mengonsumsi minuman tinggi laktosa. Jika tubuh Anda tidak dapat mencerna laktosa, bakteri di usus Anda akan memecahnya.
Proses bakteri memecah gula seperti laktosa disebut fermentasi. Fermentasi melepaskan hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas ini diserap dan akhirnya dihembuskan. Jika Anda tidak sepenuhnya mencerna laktosa, tes napas hidrogen akan menunjukkan jumlah hidrogen yang lebih tinggi dari biasanya.
Tes keasaman tinja
Tes ini lebih sering dilakukan pada bayi dan anak-anak. Tes ini dilakukan dengan tujuan mengukur jumlah asam laktat dalam sampel tinja. Asam laktat menumpuk ketika bakteri di usus memfermentasi laktosa yang tidak tercerna.
Bagaimana mengobati intoleransi laktosa?
Saat ini tidak ada cara untuk membuat tubuh Anda menghasilkan lebih banyak laktase. Pengobatan untuk mengatasi intoleransi laktosa dilakukan dengan cara mengurangi atau menghentikan produksi makanan atau minuman yang mengandung laktosa.
Kebanyakan orang yang mengalami intoleransi laktosa masih dapat mengkonsumsi hingga 1/2 cangkir susu tanpa mengalami gejala apa pun. Produk susu bebas laktosa juga dapat ditemukan di sebagian besar supermarket.
Dan tidak semua produk susu mengandung laktosa dengan jumlah yang tinggi. Anda mungkin masih bisa mengkonsumsi beberapa keju, seperti cheddar, Swiss, dan Parmesan, atau produk susu lain seperti seperti yogurt. Produk susu rendah lemak atau tanpa lemak biasanya memiliki lebih sedikit kandungan laktosa.
Suplemen enzim laktase yang dijual bebas tersedia dalam bentuk kapsul, pil, tetes, atau kunyah yang dapat dikonsumsi sebelum mengonsumsi produk susu. Obat tetes juga dapat ditambahkan ke dalam susu sebelum dikonsumsi. Mengkonsumsi probiotik juga dapat membantu mencerna laktosa.
Orang yang intoleransi laktosa dan tidak mengkonsumsi susu atau produk susu dapat kekurangan kalsium, vitamin D, riboflavin, dan protein. Oleh karena itu dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen kalsium atau makan makanan yang mengandung tinggi kalsium atau diperkaya kalsium.
Rencana jangka panjang: Menyesuaikan diri dengan diet dan gaya hidup bebas laktosa
Gejala akan hilang jika Anda mengurangi konsumsi susu dan produk susu lainnya. Biasakan untuk membaca label makanan dengan cermat untuk mendeteksi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Selain susu dan krim, perhatikan juga mengonsumsi bahan-bahan lain yang berasal dari susu, seperti:
- konsentrat protein whey
- kasein atau kaseinat
- keju
- butter
- yogurt
- margarin
- bubuk susu kering
- nougat
Banyak makanan yang mungkin tidak Anda duga mengandung susu dan laktosa, tetapi sebaliknya mengandung laktosa dalam jumlah yang cukup tinggi. Contohnya termasuk:
- salad dressing
- wafel
- daging olahan
- saus
- sereal sarapan kering
- campuran kue
- sup instan
Susu dan produk susu sering ditambahkan ke dalam makanan olahan. Bahkan beberapa krim non-susu dan obat-obatan dapat mengandung produk susu dan laktosa.
Intoleransi laktosa tidak dapat dicegah. Gejala intoleransi laktosa dapat dicegah dengan mengurangi konsumsi susu. Minum susu rendah lemak atau bebas lemak juga dapat mengurangi gejala. Cobalah alternatif susu seperti susu almond, rami, kedelai, atau susu beras. Selain itu Anda juga dapat mengkonsumsi produk susu yang tidak mengandung laktosa.
Kenapa anak saya umur 34 minggu setiap habis minum susu (asi atau formula) selalu mencret?