Pernahkah Anda mendengar tentang istilah laparotomi?
Laparotomi merupakan sebuah prosedur medis yang dilakukan untuk membuka dinding perut agar petugas medis dapat memiliki akses ke organ perut yang perlu diberikan tindakan tertentu atau sebagai prosedur diagnostik.
Prosedur medis ini dilakukan dengan cara membuat sayatan yang cukup besar di area sekitar perut pasien yang sudah diberikan anestesi.
Beberapa kasus yang memerlukan laparotomi ialah penyumbatan atau obstruksi usus, perforasi atau kebocoran usus, atau pendarahan rongga perut.
Seringkali prosedur ini juga dilakukan untuk mengangkat tumor yang tumbuh di sekitar perut. Apabila kondisi pasien kritis, laparotomi dapat dilakukan sebagai operasi darurat, atau bisa dilakukan berdasarkan pemeriksaan sebelumnya.
Indikasi dan kontraindikasi laparotomi
Prosedur medis ini dapat dilakukan apabila pasien mengalami kondisi seperti dibawah ini:
- Rasa nyeri yang hebat pada perut
- Pendarahan gastrointestinal
- Peritonitis, atau radang pada lapisan tipis dinding perut
- Organ usus 12 jari mengalami robekan, bisa juga pada lambung, usus halus atau organ perut yang lain
- Divertikulitis, usus buntu, atau terjadi peradangan pada pankreas
- Penyakit pada empedu
- Trauma atau cedera perut
- Terdapat kanker atau tumor pada organ atau rongga sekitar perut
- Abses hati
- Perlengketan di rongga perut
- Kehamilan di luar rahim
- Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim
Kontraindikasi yang memerlukan perhatian ialah terjadi ketidakcocokan akan obat anestesi tertentu. Biasanya ketidakcocokan ini terjadi pada orang yang menderita sepsis, tumor ganas, dan kondisi kritis lainnya.
Sebelum menjalani prosedur laparotomi, sebaiknya Anda memberi tahu dokter bahwa Anda memiliki kondisi tertentu sehingga pemberian obat serta tindakan yang akan dilakukan dapat disesuaikan.
Peringatan laparotomi
Sebelum menjalani prosedur laparotomi, pastikan bahwa Anda sudah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anestesi agar terhindar dari risiko efek samping negatif akibat obat anestesi.
Beberapa risiko yang bisa Anda alami sebagai reaksi terhadap obat adalah sesak napas, pembekuan darah dan infeksi.
Nah, agar proses pemulihan pasca prosedur laparotomi dapat berjalan dengan lancar, Anda harus beristirahat selama 4 minggu atau sesuai dengan waktu yang direkomendasikan oleh dokter.
Selain itu, Anda juga tidak diperbolehkan untuk menyetir, sehingga keluarga diwajibkan untuk menemani Anda setelah operasi dilakukan.
Sebelum laparotomi
Sama seperti prosedur medis lainnya, sebelum menjalani laparotomi, Anda akan menikuti serangkaian pemeriksaan, seperti:
- Pemeriksaan fisik, yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan fisik secara keseluruhan, serta pemeriksaan lain guna memastikan bahwa pasien sudah siap untuk menjalani operasi.
- Pemindaian, termasuk foto Rongten, CT Scan, dan MRI agar dokter dapat dengan mudah merencanakan prosedur.
- Pemeriksaan darah, yang bertujuan untuk memastikan kadar elektrolit, gula darah, serta fungsi organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.
Selain melakukan pemeriksaan, ada beberapa hal yang harus dilakukan pasien, seperti:
- Berhenti merokok atau minum alkohol beberapa minggu sebelum operasi dilakukan.
- Menghentikan konsumsi obat-obatan seperti asprin, ibuprofen, vitamin E, warfarin, clopidogrel, atau ticlopidine seminggu sebelum operasi. Hal ini bertujuan agar darah di sekitar area operasi tidak membeku.
- Tidak mengonsumsi makanan berserat tinggi, air putih 6-8 gelas sehari, dan obat pencahar. Hal ini disarankan agar usu tidak mengalami infeksi ketika prosedur laparotomi dilakukan.
Prosedur laparotomi
Setelah menghindari beberapa hal yang sudah dijelaskan diatas, pada saat operasi akan dimulai, seperti biasa pasien akan diberikan anestesi.
Umumnya obat anestesi diberikan melalui cairan infus agar pasien tetap tertidur selama prosedur berjalan.
Berikut ini adalah urutan prosedur laparotomi:
- Tim dokter akan merebahkan pasien di meja operasi dengan posisi terlentang dan lengan diposisikan di sebelah kanan tubuh.
- Dokter mulai membuat sayatan secara vertikal ditengah, atas, atau bawah perut. Ukuran sayatan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan. Sayatan yang dibuat di bagian tengah perut biasanya bertujuan agar dokter mudah menggapai membran lapisan perut (peritoneum) dan mengurangi risiko terjadinya pendarahan.
- Setelah sayatan dibuat, dokter akan membuat sayatan yang lebih dalam melalui lemak sukutan hingga ke lapisan linea alba. Lapisan ini akan dibelah hingga lemak preperitoneal terlihat.
- Kemudian, lapisan peritoneum akan dijepit dan diangkat menggunakan forsep, didekat garis sayatan. Tahap ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai organ tubuh yang berada di dalam perut.
- Tahap selanjutnya adalah melakukan ekplorasi, dimana sokter mulai memeriksa apabila terdapat pendaraha, robekan, cedera, tumor, atau kelainan organ internal lainnya. Setelahnya, rongga perut akan dibersihkan menggunakan keteter, organ yang mengalami kebocoran dijahit, atau tumor diangkat.
- Setelah seluruh proses selesai, sebelum penjahitan dilakukan, dokter akan memeriksa kondisi organ perut. Dinding perut dijahit menggunakan benang beda yang memiliki daya serap rendah (polypropylene) atau dengan daya serap baik (polydioxanone). Jahitan biasanya akan dimulai dengan jarak 1 cm dari ujung linea alba, lalu dilanjutkan dengan menjahit di antara sayatan yang dibuat.
- Namun, dokter akan melakukan penjahitan sementara apabila pasien mengalami pembengkakan atau penggembungan usus. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi komplikasi setelah prosedur laparotomi dilakukan, seperyti peningkatan tekanan intra abdomen (IAP), tekanan pada diagrafma dan rongga dada yang menyebabkan gangguan pernapasan, perut mengalami rasa nyeri, atau robekan pada jahitan. Ketika pembengkakan berkurang, jahitan sementara akan diperkuat.
Sesudah laparotomi
Setelah prosedur laparotomi selesai dilakukan, petugas kesehatan akan memeindahkan pasien ke ruang perawatan untuk melakukan observasi lanjutan.
Pasien yang melakukan laparotomi sebagai operasi darurat akan menempati ruang ICU agar dapat dipantau secara intensif.
Dokter juga akan memberikan obat pereda nyeri seperti paracematmol atau morphine, yang telah disesuaikan dengan tingkat nyeri yang dialami pasien.
Selain itu, untuk mengurangi rasa kembung dan mual pasca operasi, pasien diberikan obat antiemetik.
Bagi pasien yang menjalani laparotomi darurat, fisioterapi dan olahraga ringan mungkin disarankan agar kekuatan tubuh dapat kembail seperti sebelumnya dan mengurangi risiko penggumpalan darah.
Namun, olahraga ringan atau gerakan lain dapat dilakukan jika sudah mendapat ijin dari dokter.
Pasca operasi, asupan nutrisi juga harus diperhatikan agar fungsi pencernaan tidak terbebani. Dokter akan memberikan asupan nutrisi melalui cairan infus jika pasien tidak dapat mengonsumsi makanan apapun.
Jika merasakan nyeri yang tidak tertahankan setelah prosedur dilakukan, maka segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Komplikasi laparotomi
Dibawah ini terdapat beberapa risiko yang bisa saja terjadi pasca operasi laparotomi, baik itu darurat maupun terjadwal:
- Gerakan peristaltik usus berhenti (ileus paralitik)
- Penumpukan nanah di dalam organ tubuh (abses)
- Luka operasi mengalami infeksi
- Jahitan pada dinding perut terbuka
- Lubang terbentuk pada saluran pencernaan (enterocutaneous fistula/ECF)
- Kolaps pada paru-paru akibat penyumbatan yang terjadi pada bromkus atau bronkiolus (atalektasis paru)
- Hernia insisional
- Obstruksi usus
- Pendarahan
Apabila pasien mengalami sumbatan akibat adanya gumpalan darah pada lengan atau tungkai, organ tubuh seperti ginjal, paru-paru, limpa rusak, maka segera lakukan penenganan agar tidak semakin memburuk.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.