Kebiasaan orang saat tentu berbeda-beda. Ada yang terbiasa menikmati makan dengan suasana tenang, namun ada pula yang lebih suka makan sambil mendengarkan musik keras-keras.
Di kebanyakan restoran atau food court, biasanya mereka memperdengarkan musik untuk menciptakan suasana yang ramai dan santai. Tetapi tahukah kamu bahwa mendengarkan musik saat makan bisa memengaruhi selera makan? Terutama jika musik diperdengarkan dengan volume yang kencang.
Hubungan volume musik dengan selera makan
Hal ini terdengar masuk akal jika contohnya adalah restoran cepat saji yang sering memutar musik kencang-kencang. Mungkin mereka bermaksud agar pengunjung bisa memesan lebih banyak makanan.
Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukanlah sebuah penelitian oleh sejumlah peneliti dari University of South Florida.
Dalam jurnal yang mereka publikasikan itu, para peneliti sengaja memperdengarkan musik dengan tingkat kebisingan 50-70 dB selama dua hari berturut-turut di sebuah café di Stockholm, Swedia. Tingkat kebisingan ini diperkirakan setara dengan suara pengering rambut, penyedot debu atau alarm jam.
Hasilnya, jenis musik dan volume yang diperdengarkan ternyata memang dapat memengaruhi selera makan orang yang datang di café tersebut.
Ada tiga jenis menu yang disajikan yaitu sehat, tidak sehat dan netral. Selama dua hari tersebut, terlihat bahwa orang-orang akan lebih memilih menu makanan yang sehat ketika mendengarkan jenis musik yang tenang dan volumenya tidak terlalu kencang.
Mereka cenderung memilih makanan seperti salad buah, sedangkan orang-orang yang mendengarkan musik kencang kebanyakan memilih makanan seperti burger atau kue cokelat.
Penelitian berikutnya dilakukan di lokasi yang berbeda, yaitu di suatu swalayan. Orang-orang yang diperdengarkan musik bervolume kencang secara tidak sadar cenderung memilih bahan makanan yang kurang sehat, sedangkan mereka yang diperdengarkan musik bervolume pelan memilih bahan makanan sehat.
Hal ini cukup menunjukkan bahwa volume musik dapat memengaruhi pilihan dan selera makan seseorang, baik mereka mendengarkan musiknya secara sengaja atau tidak.
Bagaimana jika tidak mendengarkan musik?
Dari hasil penelitian tadi, beberapa orang berpikir mungkin sebaiknya saat makan atau berbelanja di swalayan tidak sambil mendengarkan musik. Sebab kita bisa terpengaruh memilih menu atau bahan makanan yang sehat ketika diperdengarkan musik dengan volume yang pelan.
Namun ternyata kenyataannya terbalik. Kelompok orang yang cenderung tidak mendengarkan musik justru memiliki sikap yang serupa dengan mereka yang mendengarkan musik dengan volume kencang, yaitu memilih makanan kurang sehat.
Akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa genre musik ternyata bisa membawa pengaruh besar. Misalnya seperti musik klasik dan blues, yang mana ketika orang mendengarkan musik tersebut maka ritme nafas dan detak jantung bisa jadi lebih stabil sekaligus meningkatkan mood.
Akhirnya suasana hati dan pikiran menjadi lebih tenang dan nyaman.
Di situlah kemudian kita dapat terpengaruh untuk mengambil keputusan yang logis, contohnya dengan memilih menu makanan sehat atau mengambil bahan makanan sehat karena itu dianggap paling menguntungkan.
Sedangkan musik up beat atau bertempo cepat dan diperdengarkan dengan volume keras ternyata bisa membuat otak bekerja lebih aktif. Akibatnya kita bisa merasa stres secara tidak sadar dan membuat keputusan yang terburu-buru tanpa berpikir logis sehingga terkadang keputusan itu tidak tepat.
Sepertinya keterkaitan volume musik dengan selera makan juga bisa diterapkan untuk menciptakan pola makan yang sehat. Mungkin kamu sebaiknya lebih sering menyetel musik bergenre lembut dan menenangkan di rumah agar lebih logis dan memilih bahan-bahan yang sehat saat akan mengolah makanan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.